Vindra adalah menantu yang tinggal di rumah keluarga istrinya dan selama itu juga, Vin selalu mendapatkan hinaan dan di rendahkan karena kastanya yang rendah.
Namun suatu hari, tanpa sengaja ia mendapatkan batu permata dan mengaktifkannya kembali yang membuatnya memiliki kemampuan medis dan berhasil menyelamatkan seorang anak yang berada diambang Kematian. Berkat pertolongannya membuat Vin mendapatkan black Card yang mampu mengubah hidupnya.
Bagaimana kisah Vindra, Mengubah hidupnya dari menantu hina menjadi Penguasa tak tertandingi bersama batu permata dan keahlian Medis yang dimilikinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Pergi ke rumah Sakit
Vin sedang duduk dan menunggu bus di sebuah halte. Tujuannya yaitu untuk menjenguk Memei, putri dari Ambar. Secara kebetulan Sifa melintas mengunakan mobilnya dan melihat Vin yang duduk sendirian. Sifa segera menyinggahi Vin untuk berbicara padanya.
"Mau pergi kemana kamu? Masuklah ke mobil bersamaku dan aku akan mengantarkan kemana tujuanmu." Ucap Sifa mencoba membuka pembicaraan sekaligus basa-basi agar bisa pergi bersama.
"Tidak perlu aku bisa pergi sendiri." Tolak Vin begitu saja.
Vin tau kalau Sifa hanya basa basi agar bisa bicara dengannya dan dia juga tau kalau Sifa pasti sudah tau kebenarannya, tapi tetap saja dia keras kepala dan tidak mau meminta maaf sama seperti ibunya. Hal itu yang membuat Vin benar-benar masih kesal padanya.
"Lebih baik pergi bersamaku, akan aku antarkan kemana pun tujuanmu, agar ku tidak perlu menunggu bus di sini." Sifa mengulangi perkataannya namun Vin tetap menolak.
"Lebih baik kamu pergi, gak usah hiraukan aku dan gak usah peduli aku akan pergi kemana, karena aku masih bisa jalan sendiri." Saut Vin sambil memalingkan wajahnya. Namun Sifa tak merasa sakit hati.
Sifa kembali ke mobil dan mengambil bungkusan, "Ini, aku tau kamu belum makan, ambillah untuk mengganjal perutmu yang keroncongan." Sifa memberikan Bungkusan yang berisi roti dan air mineral yang sengaja ia beli untuk Vin.
Vin tak mau mengambil, tapi Sifa tetap meletakkannya di bangku dan segera meninggalkan Vin.
****
Setelah menunggu bus cukup lama, akhirnya Vin pun bisa menuju rumah sakit setelah menaiki bus. Vin pun akhirnya sampai di rumah sakit namun ia mendapati Sifa juga ada disana. Vin mengacuhkannya, dengan memilih langsung menuju bangsal untuk menemui Ambar, tapi Sifa malah membuntuti Vin dari belakang.
Saat bertemu Ambar, Vin melihat Ambar yang nampak linglung, putus asa dan sangat layu. Sangat terlihat dengan jelas dari wajahnya kalau dia sangat memikirkan putrinya yang masih terbaring di rumah sakit.
"Bagiamana keadaan putri anda Nyonya?" Tanya Vin membuat Ambar terkesiap lalu segera berdiri saat melihat pria yang sudah menyelamatkan putrinya.
" Tuan Vin. Terimakasih tuan sudah menyelamatkan Memei, aku juga minta maaf atas tamparan salah paham itu, sekali lagi maafkan aku." Ucap Ambar sambil membungkuk.
"Tidak perlu minta maaf nyonya itu hanya salah paham dan aku baik-baik saja. Oya aku tadi bertanya bagaimana kondisi putri nyonya saat ini, apa dia sudah membaik?" Tanya Vin namun Ambar menggeleng putus asa.
"Harapan Memei untuk sembuh sangat kecil, aku tidak tau lagi apakah Memei bisa bertahan. Tuan Vin, tolong bantu aku untuk menyelamatkan putriku sekali lagi, seperti waktu itu. Aku percaya Tuan bisa melakukannya." Ucap Ambar memohon sambil menyatukan kedua telapak tangannya.
Sifa yang ada di samping Vin mendengar permohonan Ambar, tak tahan untuk tidak ikut campur dan langsung menyela pembicaraan.
"Nyonya, mohon maaf, suamiku itu tidak bisa melakukan pengobatan, hal yang terjadi waktu itu mungkin hanya kebetulan. Putri nyonya sudah ditangani oleh para dokter hebat di rumah sakit ini jadi percayakan saja pada mereka." sela Sifa , tapi Ambar masih menaruh harapan pada Vin untuk bisa menyembuhkan putrinya.
Ambar ingin menarik tangan Vin dan membawanya masuk ke dalam bangsal untuk melihat kondisi putrinya, namun di halangi Sifa.
"Apa yang anda lakukan Nyonya, sudah aku katakan suamiku bukanlah dokter dan dia tidak tau ilmu pengobatan, aku takut jika anda tetap memaksanya yang ada dia malah membunuh putri nyonya." Cegah Sifa, ia tidak mau Vin melakukan kesalahan dan membuat semuanya semakin runyam.
"Kenapa kamu mencegahku Sifa? bukankah kamu sudah tidak perduli lagi dengan apa yang aku lakukan. Dan sekarang kenapa kamu seakan takut aku melakukan kesalahan dan terjadi padaku? Apa kamu sudah sadar akan kesalahanmu padaku? Tapi bukan waktu yang tepat untuk mendengar ocehan mu dan Apa salahnya jika aku mencoba? toh itu juga tidak akan merugikan mu." Saut Vin
"Apa kamu mau bertaruh demi keselamatan anak itu? Kamu tidak punya keahlian apa-apa yang ada kamu malah akan membuat masalah besar Vin apa kamu sadar itu?." Ucap Sifa yang sebenarnya mencemaskan Vin dan takut jika Vin mendapatkan masalah.
"Vin, bisakah kamu maafkan aku atas sikapku tadi pagi! aku benar-benar tidak bermaksud untuk mengusir mu. Aku hanya terbawa suasana tegang yang terjadi tadi. Tolong maafkan aku. Aku benar-benar menyesal." ucap Sifa yang akhirnya meringankan lidahnya untuk bisa mengucapkan kata maaf yang sebelumnya belum pernah ia lakukan, dan nada penyesalan pun cukup terdengar dengan jelas.
Vin hanya bisa menghela nafas, hatinya masih sakit mengingat sikap Sifa padanya.
"Aku sangat kecewa padamu Sifa , karena kamu tak pernah mau percaya padaku, padahal aku tidak pernah berbohong padamu tapi ku lebih percaya kepada mereka ketimbang aku yang selalu berusaha jujur." Ungkap Vin dan Sifa hanya bisa mengulang kata maaf agar bisa mendapatkan maaf dari Vin.
Di tengah pembicaraan Vin dan Sifa. Para dokter yang menangani Memei tiba-tiba bergegas masuk ke dalam ruangan untuk memeriksa kondisi Memei yang tiba-tiba detak jantungnya berhenti. Para dokter pun berusaha menyelamatkan pasien semampu mereka, namun pada akhirnya harus menggelengkan kepalanya dan menyatakan jika Memei sudah tidak bisa di selamatkan lagi
Salah satu dokter keluar untuk memberitahu Ambar.
"Maafkan nyonya, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi takdir berkata lain, Nyawa putri nyonya sudah tidak dapat di tolong lagi. Pasien meninggal." Ucap sang dokter membuat Ambar langsung lemas dan terduduk di lantai, masih tak percaya jika apa yang dia takutkan akan benar-benar terjadi.
Ambar pun tak kuasa menahan kesedihan dan air mata ia lampiaskan untuk berteriak histeris mendapati Putrinya sudah tidak bernyawa lagi. Semua dokter hanya bisa tertunduk pasrah karena tidak bisa menyelamatkan pasiennya lagi.
Mendengar Memei sudah tidak bernyawa, Vin pun menyerobot masuk kedalam ruang ICU untuk memastikan dan ingin melihat langsung dengan matanya dan juga penglihatannya serta dibantu batu permata.
Jiwa gadis itu pun kembali terlihat dan menghampiri Vin seperti waktu saat kecelakaan.
"Paman tolong aku. Aku masih ingin bersama mama. Paman tolong aku." Ucap gadis yang hanya bisa di lihat Vin.
'Baik, paman akan berusaha membantu mu menyatukan dengan ragamu." Gumam Vin
Vin melihat dari Penglihatannya, jika Memei mengalami gagal jantung yang membuat pernafasannya berhenti
"Izinkan aku untuk mencoba menyelamatkannya." Ucap Vin. Membuat semua orang yang mendengar ucapan Vin tercengang, namun tidak dengan Ambar, ia malah mengiyakan dan membiarkan Vin melakukan.
Vin pun melangkah menghampiri gadis tersebut yang sudah terbaring tanda nafas lagi.
To be continued ☺️☺️☺️