"Andai aku mempunyai kesempatan kedua, aku ingin menjadi orang baik. Aku ingin meminta maaf, dan aku ingin melindungi Vittoria," batin Paolo sebelum jantungnya berhenti berdetak.
Paolo Sorgia adalah ketua mafia yang paling ditakuti di Italia. Diakhir hidupnya dia memohon pengampunan kepada Tuhan agar diberikan kesempatan hidup lagi untuk memperbaiki semua kesalahannya. Siapa sangka permohonannya terkabul, namun dia bertransmigrasi ke tubuh pemuda gendut.
"Kenapa tubuhku penuh lemak? Dimana perut sixpack-ku?" Paolo meraba perutnya yang dipenuhi lemak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Autunno (Musim Gugur) sebentar lagi tiba.
Saat musim gugur, daun–daun akan berubah warna menjadi kuning, orange, merah dan lain sebagainya. Banyak tumbuhan yang mulai layu dan rontok. Saat musim gugur tiba, udara menjadi menurun, terasa dingin.
Musim gugur menjadi waktunya bagi burung – burung untuk bermigrasi. Kebanyakan burung akan pergi menuju tempat yang lebih hangat untuk menghindari cuaca dingin. Banyak hewan seperti tupai akan mengumpulkan makanan selama musim gugur untuk persiapan menghadapi musim dingin.
Siang itu, Douglass menggosok kedua tangannya ketika memasuki toko bunga Ibu Isa, udara di luar sana sangat dingin. Kemudian mengendurkan syal-nya yang melingkar di leher. Dia menyapa Ibu Isa dan Paolo bergantian.
"Terima kasih, Douglass." Ibu Isa tersenyum lebar lalu menatap puluhan bunga-bunga cantik dengan berbagai macam jenis berjajar rapi di dalam pot-pot.
"Terima kasih untuk?" Douglass tidak paham dengan ucapan Ibu Isa. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil menatap bingung pada wanita paruh baya itu. Dia baru saja tiba di toko bunga, tapi Ibu Isa sudah mengucapkan terima kasih kepadanya? Apa maksudnya.
"Ehem!!!" Paolo berdehem keras sambil menatap Douglass.
Douglass menatap Paolo sambil menggerakkan alisnya, seolah meminta penjelasan.
Paolo yang berdiri di belakang Ibu Isa berbicara menggunakan bahasa isyarat. "Bilang saja iya. Aku yang membelikan bunga ini semua untuk Ibu, tapi atas namamu," ucap Paolo tanpa suara, hanya menggerakan bibirnya saja sambil menujuk semua bunga yang ada di sana.
Douglass membulatkan mulutnya, dan mengangguk cepat, setelah memahami bahasa isyarat yang di tunjukkan Paolo.
"Masa lupa? Kata Daniel, kau yang sudah membelikan semua bunga ini. Terima kasih banyak Douglass. Kau adalah malaikat untuk kami, dan sekali lagi terima kasih juga untuk uang yang sudah kau berikan," ucap Ibu Isa lembut, dan penuh kebahagiaan.
"Ah, Oke ... sama-sama, Ibu," jawab Douglass tersenyum canggung, tapi juga merasa bersalah karena sudah berbohong.
"Kami jadi tidak tahu harus membalas kebaikanmu dengan cara apa," ucap Ibu, tidak enak hati pada Douglass.
Douglass melipat bibirnya, dia bingung ingin menjawab apa, tapi sesaat kemudian ada sebuah kalimat yang tiba-tiba keluar dari mulutnya. "Tak perlu sungkan, Bu. Hiduplah dengan bahagia dengan putramu, itu sudah cukup."
Ibu Isa tersenyum penuh haru, bahkan kedua matanya berkaca-kaca. "Semoga Tuhan membalas segala kebaikanmu, Amen." Doa Ibu Isa untuk Douglass.
"Amen." Douglass turut mengaminkan doa tulus wanita paruh baya itu.
"Ibu, aku ingin berbicara dengan Douglass sebentar," ucap Paolo sambil menarik tangan Douglass keluar dari toko bunga.
"Iya, teraktir Douglass minum kopi di kafe," seru Ibu Isa pada putranya.
"Oke!" Paolo mengangkat ibu jarinya tanpa menoleh ke belakang. Dia terus berjalan dengan Douglass menuju kafe terdekat.
*
*
Di Kafe. Paolo mendorong Douglass hingga terduduk kasar di kursi.
"Kau aku berikan waktu 1 hari untuk mencari para pelaku itu, tapi kenapa jadi mundur 1 minggu! Kau bisa kerja atau tidak!" bentak Paolo dengan nada pelan, sambil menatap tajam Douglass.
"Maafkan aku, Boss. Ternyata sangat sulit meretas data CCTV di kota ini. Tapi, kau tenang saja, aku sudah menemukan pelakunya. Mereka adalah genk motor Black Piton. Menariknya genk motor ini masih ada hubungannya dengan Black Devil," jelas Douglass seraya mengeluarkan poselnya, memperlihatkan bukti-bukti yang sudah simpan di ponselnya.
"Minta rokok!" pinta Paolo sambil mengambil alih ponsel Douglass.
"Kau masih di bawah umur, jadi tidak boleh merokok." Douglass mengingatkan Paolo.
"Shiit! Aku lupa kalau sekarang aku kembali menjadi anak-anak. Berarti aku juga tidak boleh meminum wine atau sejenisnya?"
Douglass menjawab dengan gelengan kepala, sambil berkata, "tunggu 2 tahun lagi baru bisa."
Paolo kembali mengumpat kesal. Di saat pikirannya sedang rumit seperti ini dia sangat membutuhkan rokok dan alkohol, tapi karena dia berpindah ke tubuh Daniel yang masih berusia 15 tahun, maka dia harus menahannya, tidak mungkin 'kan kalau dirinya merusak kesehatan jasmani Daniel.
Paolo langsung fokus ke layar ponsel Douglass yang memperlihatkan rekaman CCTV saat Black Piton merusak toko bunga Ibu Isa. Selain itu ada rekaman CCTV lain di sudut kota memperlihatkan Black Devil dan Black Piton bertemu di malam hari.
"Lihat, Black Devil memberikan koper, mungkin isinya uang bayaran untuk Black Piton karena sudah berhasil merusak toko bunga Ibu Isa," ucap Paolo, menggerakkan kedua jarinya di permukaan touch screen ponsel tersebut, meng-zoom in dan zoom out, memperjelas gambar.
"Aku tidak akan membiarkan semua ini terjadi. Kita harus mengatur siasat untuk menghancurkan mereka semua! Dan lagi ... karena Black Devil aku di skors sekolah selama 2 minggu, sial sekali hidupku!" geram Paolo sambil menggertakkan giginya, hingga membuat pipi gemoy-nya bergoyang.
Reinkarnasi, bukan transmigrasi.
Berubah 180 derajat, bukan 360 derajat