Rea adalah gadis manis anak angkat keluarga Mahendra. Rea tumbuh menjadi gadis manis, anggun, lemah lembut namun pendiam. Dirinya jarang berekspresi karena didikan mamanya yang melarangnya untuk terlalu terlihat ceria. Rea selalu tersenyum, meskipun dirinya tak menyukai hal yang dia lakukan, dia akan tetap tersenyum
Saat kepindahannya, dirinya mengenal Arjuna. Juna mungkin terlihat nakal, namun Rea tak malu untuk tertawa dihadapan Juna dan Rea tak perlu memakai topeng saat berhadapan dengan orang lain. Rea menganggap bahwa Juna adalah tempatnya untuk pulang
Namun hubungan mereka kandas karena perbuatan mamanya. Membawa Rea pergi jauh dari Juna. Sampai akhir pun Rea dipaksa pindah agar bisa jauh
~Aku akan melepas topeng itu dan akan membuatmu menjadi jauh lebih berekspresi. setelahnya kau tidak akan pergi dariku~ Arjuna'
~Terima kasih Juna, aku menjadi sosok yang lebih baik setelah mengenalmu. Aku selalu menyayangimu Juna~ Andrea
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5 - MENJADI DEKAT
Tak terasa sudah 2 bulan Rea di Indonesia dan bersekolah di SMA Prima Keil. Dan selama bersekolah, ia mengetahui bahwa sekolah terbaik juga memiliki sisi kelamnya. Banyaknya kasus bullying, dimana siswa kaya akan merundung siswa yang miskin. Meskipun mereka memiliki prestasi yang baik baik akademik maupun non akademik, namun siswa dari keluarga kaya akan merundung siswa dari keluarga menengah kebawah karena iri baik karena paras maupun prestasi.
Selama di sekolah itu, setiap harinya Rea melihat pasti ada saja yang dirundung. Rea hanya bisa membantu mereka secara diam-diam karena tidak ingin masa damai di sekolahnya rusak karena hal itu.
Selain bullying, Rea harus menghadapi satu makhluk yang cukup merepotkan. Siapa lagi kalau bukan Arjuna atau kerap di panggil Juna. Juna, pemuda itu selalu saja mencoba mengganggunya setiap hari dimulai menjahilinya dengan mengganggunya saat pelajaran berlangsung, atau tidak secara tiba tiba menarik ulur buku miliki atau mengambil buku yang ia baca. Namun terkadang ia menjadi baik dengan membagikan makanan yang Ia bawa.
Seperti saat ini, Juna mengganggunya dengan menarik-narik bukunya saat pelajaran berlangsung
“Juna, tidak bisa kah kau tidak jahil untuk sehari” ujar Rea kesal
“Tidak bisa, mengganggumu cukup menyenangkan”
“Terserah kau saja, aku sudah lelah menghadapimu” Rea sudah pasrah dengan perilaku dan sikap Juna
Respon yang diberikan Rea menjadi hiburan tersendiri bagi Juna.
Juna adalah pemuda yang cukup ceria, berani, dan juga friendly serta jangan lupakan bahwa dia adalah pria tampan. Meskipun dia adalah murid beasiswa dengan segudang prestasi di bidang non-akademik yaitu bidang basket serta taekwondo.
Seperti siswa beasiswa lainnya, cukup banyak yang tidak menyukai Juna terutama dari anak orang kaya yang mengikuti basket. Juna adalah kapten tim basket dan hal itu membuat mereka iri. Namun karena Juna juga merupakan sabuk hitam taekwondo banyak dari mereka tidak berani berurusan dengannya.
Selain itu, Juna juga memiliki banyak penggemar. Meskipun dia dari murid beasiswa banyak siswa perempuan menyukai Juna karena parasnya yang rupawan.
Rea sebagai teman sebangkunya pun terkadang menjadi objek iri siswa perempuan lainnya yang ingin duduk disamping pria itu. Namun mereka tidak berani mendekat karena mereka takut dengan Juna. Juna cukup temperamental, jadi mereka tidak ingin mengganggunya apalagi membuatnya marah
Tetapi, ada keuntungan yang Rea dapat selama duduk disamping pemuda itu, yaitu coklat. Banyak penggemar dari Juna memberikan makanan manis seperti kue, kukis, coklat bahkan permen baik produk dari lokal maupun luar negeri selalu terdapat di loker miliknya. Dan Juna tidak menyukai itu dan akhirnya makanan itu akan diberikan padanya.
***
Hari ini merupakan hari senin, dimana hari yang sangat tidak dinanti untuk datang. Seperti biasa saat dia datang, dia melihat Juna sedang tidur di bangkunya.
“Juna, bangunlah. Apakah kau tidak pernah tidur di rumah?” tanyanya yang keherenan melihat Juna yang selalu tidur di kelas
“Ahh kau Rea, kau sedang datang rupanya” jawabnya sembil mengusap matanya
“Juna, kau belum menjawab pertanyaanku”
“Hemm, aku tentu saja tidur tapi hanya sebentar. Aku sangat mengantuk sekarang”
“Jadi aku ingin tidur sebentar saja, nanti bangunkan aku saat guru datang” ujarnya kemudian tertidur di pangkuan Rea
Rea yang terkejut dengan tindakan Juna pun terdiam. Ingin berdiri agar Juna terbangun, namun dirinya kasihan karena sepertinya Juna sangat kelelahan. “Baiklah hanya kali ini aku membiarkannya” pikir Rea
Siswa yang berada di dalam kelas melihat apa yang baru saja terjadi merasa heran namun juga memekik senang karena melihat adegan romantis menurut mereka.
***
Bel istirahat berbunyi. Saat guru telah pergi dari ruang kelas, semua siswa beranjak pergi untuk segera pergi ke kantin. Rea yang hendak pergi ke kantin pun tak sengaja berpapasan dengan kakaknya
“Kakak, kenapa kak lewat ruang kelasku”
“Kakak ingin mengajak adik makan bersama, sekalian nanti kakak tidak bisa pulang bersama adik. Kakak harus tambahan sebelum olimpiade berlangsung adik. Tidak apa-apa kan?”
“Tentu kak, Rea bisa pulang sendiri. Kan ada taksi kak”
“Ya sudah, ayo ke kantin bersama kakak”
Saat akan beranjak pergi, Rea melihat kearah dalam ruang kelasnya. Terlihat bahwa teman dekat dari Juna telah bersama dengan pria itu. Kemudian Rea pergi bersama kakaknya.
***
Saat ini sudah waktu pulang, banyak siswa yang sudah pergi pulang. Rea yang sedang menunggu taksi di halte pun merasa kesepian karena sepinya area sekolah saat ini.
“Rea, lo ngapain disini?”
“Ahh Juna, aku sedang menunggu taksi karena kakak sedang ada tambahan”
“Lo gue anter gimana?”
“Lo lihat hari ini mendung, sepertinya bentar lagi hujan dan lo ingin nunggu disini sendirian?”
Tawaran yang diberikan oleh Juna, membuat Rea bingung. Di satu sisi memang iya harus segera pulang, tetapi iya takut merepotkan Juna
“Gimana Rea?” tanya Juna kembali. Karena tak kunjung ada jawaban membuat ia berpikir bahwa Rea tidak ingin naik motornya
“Ahh lo malu ya naik motor butut ini” ujar Juna sepertinya ingin menyindir Rea
Mendengar perkataan Juna itu membuat Rea merasa bersalah
“Bukan Juna. Itu, sepertinya kamu hanya membawa satu helm dan lagi kau lihat penampilanku. Aku memakai rok, bagaimana caranya aku bisa naik motor itu?”
“Dan lagi, kalau hujan gimana?. Kamu membawa pelindung”
“Ahh maksudku coat, ah mantel maksudnya”
Perkataan yang dilontarkan Rea membuat ia tertawa merasa aneh dengan repon dari Rea
“Rea, lo tenang aja, di job ada helm cadangan. Untuk duduk, karena lo pakai rok lo bisa duduk menyamping. Dan kalau hujan kita bisa menepi dulu. Jadi gimana, mau bareng?”
Karena penjelasan dari Juna mau tidak mau lebih baik dirinya ikut bersama Juna saja daripada menunggu taksi yang tak kunjung datang serta dirinya harus segera pulang apalagi cuacanya seperti ini, pikir Rea
“Baiklah, aku ikut denganmu” ujar Rea
Mendengar persetujuan Rea, Juna pun merasa senang
“Ayo cepat naik Rea, keburu hujan” perintah Juna
Namun Rea sedikit kebingungan bagaimana caranya agar duduk dengan rapi tanpa menyingkap roknya. Melihat raut wajah bingung dari Rea, Juna pun tertawa pelan
“Duduk menyamping Rea, dan pakai helmnya” kemudian Rea duduk sesuai dengan instruksi yang diberikan Juna.
Menaiki motor adalah pengalaman pertama bagi Rea karena selama ini dirinya selalu memakai mobil. Hal tersebut dikarenakan bagi ibunya menggunakan mobil terlihat anggun. Dan dirinya di tuntut untuk tumbuh menjadi gadis yang anggun layaknya boneka Barbie
Selama di perjalanan, Rea cukup menikmatinya. Terasa angin yang selalu menerpa wajah dan menguruai rambutnya serta mampu melihat pemandangan sekitar dengan lebih leluasa. Juna melihat senyuman yang terpatri di wajah Rea pun ikut tersenyum
“Rea, lo belum ngasih tau gue dimana rumah lo”
“Oh iya, maaf aku aku lupa untuk memberi tahumu”
Akhirnya mereka pergi ke rumah Rea. Saat sampai di sekitar area rumah Rea, Rea pun meminta untuk berhenti dan memberitahu bahwa rumahnya sudah dekat. Dirinya tidak ingin Juna bertemu dengan ibunya. Raut kekhawatiran Rea tampak jelas terlihat, membuat Juna mengerti dan cukup bisa menebak bagaimana keluarga Rea.
Setelah menurunkan Rea sesuai permintaan darinya, Juna pun izin untuk segera pulang.
Rea pun hanya mengucapkan terima kasih dan maaf. Juna pun mengerti permintaan maaf yang dimaksud Rea. Dirinya cukup bisa menebak bagaimana watak dari ibunya Rea. Rea sampai ketakutan pasti ibunya sedikit menyeramkan apalagi saat anaknya pulang menggunakan kendaraan miliknya ini, pikir Juna
Setelah melihat kepergian Juna, Rea pun berjalan menuju rumahnya.
TIIN… TIINNN….
Suara klakson terdengar, membuat Rea menengok siapa yang membunyikan klakson itu. Ternyata itu adalah kakaknya
“Adik, kenapa kau berjalan kaki. Bukankah kau bilang akan naik taksi dek”
“Ahh kakak, tadi aku bersama dengan temanku tapi menggunakan motor. Aku takut kalau mama marah jadi aku turun sedikit lebih jauh dari rumah”
Mama memang cukup menyeramkan, apalagi kalau anak-anaknya melakukan sesuatu yang tidak disukainya, pikir Deo
“Naiklah dek, ayo pulang bersama kakak”
Mendengar perintah kakaknya, Rea pun segera menaiki mobil kakaknya itu
“Untuk masalah ini serahkan pada kakak. Kau mengerti?”
“Ehmm mengerti kak”
***
Hari ini adalah hari minggu, dimana hari libur bagi seorang pelajar. Di hari minggu yang cerah ini, Rea bersantai ria di perpustakaan mini miliknya. Membaca adalah kegiatan yang sangat disukai oleh Rea.
Saat sedang asik membaca, terdengar suara ketukan pintu .
“Masuk” perintah Rea
“Adik tidak ingin keluar hari ini?” tanya Deo yang melihat adiknya masih sibuk membaca
“Memang mau kemana kak?”
“Kakak ingin pergi ke mall buat beli sepatu dan jaket, adik mau nemenin?”
“Beliin Rea buku baru ya kak”
“Boleh, nanti habis beli buku kita beli es krim kesukaan Rea”
“Oke, aku siap-siap dulu ya” kemudian berlari menuju kamarnya untuk berganti pakaian
Keantusiasan adiknya itu membuatnya merasa senang. Meskipun Rea bukan adik kandungnya, Deo sangat menyayanginya. Harapan Deo hanyalah adiknya tetap tersenyum bahagia, dia akan melawan siapapun yang melenyapkan senyuman adiknya.
“Ayo kak, Rea sudah siap” terdengar suara adiknya yang ternyata sudah menunggu dirinya di bawah
“Sebentar, kakak ambil kunci mobilnya dulu”
Selama di perjalanan, hanya suara lagu dan senandung dari Rea yang terdengar di dalam mobil. Saat di lampu merah, ia melihat sepertinya ada festival. Melihat keramaian itu, Rea ingin sekali pergi kesana.
“Kakak, bisakah kita kesana sebentar” menunjuk kearah keramaian yang ia lihat.
Melihat arah tunjuk adiknya pun membuat Deo paham bahwa adiknya sepertinya penasaran dengan kegiatan yang ada disana
“Sepertinya ada festival, adik mau kesana?”
“Ehmm.. Rea ingin melihat-lihat”
“Baiklah, kita kesana sebentar”
Mereka pergi ke festival itu untuk melihat-lihat. Rea begitu antusias melihat betapa ramainya festival itu. Banyak makanan yang ingin Rea coba. Namun mengingat apa yang diajarkan ibunya bahwa dirinya tidak bisa memakan makanan sembarangan pun menjadi sedih. Melihat wajah muram adiknya pun membuat Deo bertanya-tanya
“Adik ingin beli sesuatu?”
“Rea ingin beli itu” tunjuk Rea kearah sebuah kedai yang menjual makanan khas Negeri Tirai Bambu yaitu China.
Melihat arah tunjuk adiknya, jelas Deo akan menolak makanan itu. Dirinya tahu makanan apa it, Stinky Tofu. Makanan tradisional Tiongkok yang terbuat dari tahu yang di fermentasi dengan air garam dan bahan lain sehingga memiliki bau yang menyengat.
“Tidak Rea, kita tidak bisa membeli makanan itu. Nanti ketahuan mama dan Rea akan dimarahi mama. Kakak tidak ingin Rea dimarahi hanya karena makanan itu”
“Lihat ada banyak jenis makanan lain, Rea bisa memilihnya karena sepertinya ini adalah festival makanan” jelasnya lagi
“Baiklah, Rea akan memilih makanan yang tidak memiliki bau yang menyengat”
Mengelilingi tempat festival mereka memilih banyak jenis makanan seperti Croffle, tanghulu, almond coockies, mochi, pudding, dan jenis makanan manis lainnya
Saat berjalan-jalan, Rea tidak sengaja melihat sebuah kedai. Dirinya melihat sepertinya dirinya mengenal siapa yang berjualan disana
“Kakak itu sepertinya teman sekelas Rea” tunjuk Rea kearah sebuah kedai
“Teman Rea?”
“Iya kak, teman sebangku Rea”
“Ahh kakak tahu siapa dia. Saat kakak ke kelas Rea dia selalu melihat kearah Rea”
“Apakah kalian dekat?” lanjutnya
Rea terlihat kebingungan dalam menjawab saat diberi pertanyaan itu
“Rea tenang saja, kakak akan merahasiakan mengenai teman Rea. Rea bebas berteman siapapun asal dirinya baik pada Rea, Rea mengerti?”
Mendengar perkataan kakaknya itupun membuat Rea tersenyum senang. Deo, kakaknya itu selalu bisa mengerti dirinya, pikir Rea
“Ayo kita samperin temanmu itu”
Mereka pun menghampiri teman dari Rea. Saat sampai di kedai temannya itu, Rea tersenyum senang bahwa temannya itu sangat bekerja keras. Dengan berpura menjadi pembeli, mereka membeli dagangan dari dirinya
“Permisi kami ingin membeli 4 tusuk sosis bakar, 2 tusuk cumi bakar” ujar Rea
Mendengar suara yang dikenalinya, penjual itu lantas mendongak untuk mengetahui siapa pemiliki suara itu
JUNA POV
Saat sedang asik membakar pesanan milik pelanggannya, tiba-tiba terdengar suara yang mirip dirinya kenal. Gue sepertinya kenal suara itu, mirip suara Rea pikirku
Saat mendongak, yang gue lihat ternyata beneran Rea. Gue kaget, Rea ada disini bersama seorang pria yang ia kenal, kakak Rea
“Rea, lo ngapain disini”
“Aku tentu saja membeli makanan Juna mau ngapain lagi” jelas Rea
“Sama siapa lo kesini?”
“Sama kakak” “ ini kakak” Rea sedang memperkenalkan kakaknya
Sudah gue duga, pasti sama kakaknya
“Halo teman Rea, salam kenal. Saya kakaknya Rea. Kau bisa panggil saya Deo, Kak Deo.” Jelas laki-laki disamping Rea
“Salam kenal kak”
“Oh iya, tadi kalian pesan apa?”
“Membeli 4 tusuk sosis bakar, 2 tusuk cumi bakar, kakak mau pesan yang lain?” tanya Rea
“Tidak dek, itu sudah cukup. Kau lihat berapa banyak makanan yang kamu beli hari ini” tunjuk Kak Deo yang memperlihatkan camilan yang telah dibeli Rea
Aku yang melihat interaksi mereka menganggap bahwa hubungan antar persaudaraan mereka sangat baik. Dan sepertinya kakaknya tidak pernah menganggap seseorang dengan sebelah mata
“Baiklah tunggu sebentar ya”
JUNA POV END
“Kakak beli minuman dulu ya, kau tunggu sini” ujar Kak Deo
“Kamu, tolong jaga dan awasi adik saya ya, dia terkadang suka keluyuran” lanjutnya untuk meminta tolong
“Tenang kak, Juna awasin Rea” setelah mendengar ucapan itu dariku dirinya lekas pergi untuk membeli minuman
Mendengar percakapan antara kakak dan Juna membuat Rea mendengus, dikira anak kecil apa, pikir Rea
Melihat mimik wajah Rea yang seperti kesal karena ucapan dari kakaknya itu pun membuat Juna tertawa. Terpikirkan akan sesuatu, emudian dirinya pun bertanya kepada Rea
“Rea, setelah melihat gue lo masih mau jadi teman gue”
Pertanyaan aneh dari juna membuat Rea kebingungan
“Memang Juna kenapa? Ada yang salah dengan Juna?”
“Maksud gue, gue ini bukan orang kaya kek elo. Lo masih mau jadi teman gue?”
Mendengar pertanyaan dari Juna itu, Rea mendengus kesal
“Tentu saja, Juna teman Rea. Meskipun Rea sering kesal dengan sikap menyebalkan Juna. Tapi Juna tetap temen Rea”
“Kakak lo gak marah kalau elo temenan sama orang kek gue?”
“Tentu saja kakak tidak. Kakak orangnya santai, katanya Rea boleh berteman dengan siapapun asal teman itu baik pada Rea. Itu katanya”
Juna menjadi tenang setelah mendengar perkataan dari Rea
Tak lama kemudian, Kak Deo datang dengan membawa sekantong minuman dengan berbagai macam merk.
“Ini untuk Rea” Kak Deo mengeluarkan sebotol minuman kesukaan Rea, minuman dengan rasa jeruk. Kemudian mengeluarkan satu botol lagi untuk dirinya sendiri
“Ini buat kamu, sekalian dengan adik kamu” katanya saat mengulurkan sebuah kantong plastik yang berisikan sisa dari minuman yang telah dipilihnya tadi
“Saya tidak tahu kesukaanmu dan adikmu apa jadi saya membeli itu” ujarnya
“Terima kasih kak atas minumannya” ujar Juna yang kemudian menyimpan minuman pemberian Kak Deo
“Ini kak pesanan kalian tadi” ujar Juna
“Baiklah terima kasih ya, Juna.” Kemudian mengambil pesanan miliknya
“Ayo Rea, kita harus pergi sekarang”
“Ehmm” sambil mengangguk
“Kami pergi dulu ya” ujar Rea
Setelahnya Juna memandang kepergian Rea dengan kakaknya. Dia merasa senang bahwa Rea tidak memandang orang lain dengan rendah.
Setelah pertemuan tak sengaja di Festival makanan, hubungan Rea dan Juna menjadi sangat akrab bahkan Rea sudah mengetahui teman dekat dari Juna. Kakaknya pun tidak mempermasalahkan kedekatan mereka, bahkan Deo selaku kakaknya Rea merasa senang karena akhirnya Rea memiliki teman dekat. Tak jarang mereka bermain bertuga, karena Deo harus tetap menjaga kondisi adiknya itu.
***
Sudah setahun berlalu Rea dan keluarganya pindah ke Indonesia. Rea pun telah menjadi siswa SMA tingkat akhir dan kakaknya telah memasuki dunia perkuliahan. Semuanya melakukan aktivitas seperti biasanya. Hal yang berbeda adalah kakaknya, Deo telah pergi berkuliah di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Kepergian Deo, membuat Rea menjadi kesepian.
Seperti biasa, kegiatan awal di pagi hari adalah sarapan bersama. Sarapan yang begitu hening.
“Rea, hari ini kamu mau berangkat dengan papa atau di antar Pak Surya atau Rea mencoba membawa kendaraan sendiri” tanya papa
“Rea tidak boleh membawa kendaraan sendiri. Rea harus tumbuh menjadi seorang tuan putri. Tidak ada tuan putri yang membawa kendaraan sendiri mas” sergah mama
Mama selalu terobsesi membuat Rea tumbuh menjadi seorang perempuan yang lembut dan anggun seperti tuan putri dalam dongeng.
Mendengar perkataan istrinya membuat Yudha selaku seorang papa dari anak gadisnya pun menghela nafasnya. Dirinya tau bagaimana obsesi istrinya yang ingin anak gadisnya tumbuh menjadi tuan putri yang lembut dan anggun layaknya tuan putri di negeri dongeng.
Jika Yudha menghela nafasnya karena sikap istrinya, lain hal dengan Rea. Dirinya ingin membantah perkataan ibunya, namun dirinya tidak memiliki keberanian itu. Rea hanya menerima apa yang telah disiapkan ibunya.
“Baik ma, Rea ikut perkataan mama saja.” ujar Rea
“Baguslah, Rea nanti diantar Pak Surya saja ya, karena papa harus meeting pagi ini” ujar mama
Setelah pembahasan itu, Rea pun berangkat bersama Pak Surya, supir pribadinya.