Eilaria gadis yang hidupnya penuh tekanan kini harus mampu memutuskan hubungan dengan keluarga Drake, hanya saja Davian Drake tak akan bisa melepas Eila begitu saja. Bagaimana pria red flag itu mengejar mati-matian gadis kesayangannya? Akan kah Eila dapat menerima Davian bersama nya?
- WARNING !!! Kalian bisa membaca dari BAB 51 - BAB 58 jika tidak suka alur maju mundur.
Ini untuk mempermudah pembaca yang tidak suka cerita rumit. Terima kasih semua yang sudah support. BIG LOVE
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuan La, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
“Sudah puas bermain mu Eilaria Drake.” Sapa Davian tepat didepan rumah Jillian.
Eila terperanjat mendapati pria itu nekat datang menjemputnya di rumah Jillian. Jillian menggenggam erat tangan Eila dan menghampiri Davian yang menunggu bersandar di mobilnya.
“Aku tidak tahu kau memiliki banyak waktu untuk datang ke tempat ku Tuan Davian.” Balas Jillian.
“Ya aku sangat sibuk. Namun aku meluangkan waktu untuk menjemput tunanganku.” Jawab Davian menatap tajam kearah Eila.
Eila sadar akan statusnya meski bukan ini yang diharapkan. Namun ia masih terikat dengan keluarga Drake. Setidaknya ia harus menjaga nama baik Drake dan segera mengakhiri hubungannya.
“Lian… aku akan kembali.” Pamit Eila dengan tenang dan melepaskan genggaman tangan Jillian.
“Aku akan menghubungimu kembali jika sudah tiba. Terimakasih.”
“Eila waktu ku tidak banyak.” Sela Davian.
Tak ingin mendengar basa-basi, Davian segera menarik tangan Eila dan membawanya masuk kedalam mobil.
“Bisakah kau perlakukan dia dengan baik.” Kesal Jillian.
Davian mulai geram. Tak seperti dirinya, Jillian bahkan bisa menahan rasa cemburunya dengan baik meski Eila bersama Davian.
“Perlu ku pertegas disini. Eila adalah tunangan ku. Dia milik keluarga Drake. Jaga moralmu Tuan Jillian.”
“Akhirnya kau menyebut namaku Tuan Davian.” Senyum Jillian pada Davian yang bahkan ia benci melihat senyum pria itu.
“Tapi kurasa Eila berhak memutuskan hidupnya. Dan masalah moral.” Jillian mendekati Davian, “Jika aku tidak bermoral maka dia sudah kumiliki seutuhnya semalam. Kau tahu kami cuman berdua semalam.”
BUUUUG!!
“KAU BERANI MENYENTUHNYA!” Murka Davian. Ia sudah menahan emosinya dari semalam yang bahkan ia tidak dapat tidur hanya memikirkan Eila bersama pria lain. Semalaman.
Eila yang melihat Davian menghajar Jillian berusaha untuk keluar namun pintu mobil itu tidak dapat dibuka dari dalam. Ia sengaja melakukannya agar Eila tidak kabur.
“DAVIAAN HENTIIIKAAN.” Eila berulang kali berteriak dan mencoba membuka pintunya. Bahkan mobil itu sangat kedap suara, sekencang apapun Eila berusaha teriak dari dalam. Maka suaranya tidak terdengar dari luar.
Jillian dapat melihat Eila yang khawatir padanya. Namun dia tidak akan berhenti sampai disitu. Tujuannya memang memancing amarah Eila untuk memberontak.
“Aku masih menghormatinya. Meski aroma tubuhnya sangat memancing adrenalin ku.”
BUUUUGGG!!
BIIP BIIP BIIP
Ponsel Davian berdering. Ia tersadar Eila berada didalam mobil itu. Melihat kejadiannya.
“Jangan buat aku membunuhmu.”
Davian bergegas masuk ke dalam mobilnya dan mengemudikannya dengan kecepatan penuh. Tidak ingin beradu argumen didalam mobil, Davian membawa mobilnya dengan kecepatan lebih. Membuat Eila ketakutan didalamnya menutup wajahnya.
“Turun.” Ucap Davian membuka pintu mobil dan menjulurkan tangannya.
Eila masih mencoba mengontrol degup jantungnya. Tubuhnya kembali gemetar hebat. Butuh waktu satu jam untuk mengemudikan mobil dari rumah Jillian ke kondominiumnya, namun dalam kendali Davian hanya butuh lima belas menit.
“KAU GILA.” Eila mendorong tubuh Davian dan bergegas masuk ke dalam lift. Ia sangat marah.
Tak banyak kata yang terucap, Eila sudah tidak peduli jika Davian akan menyiksanya. Tidak peduli jika dirinya dihina dan dijatuhkan.
Tidak peduli jika Naya nanti akan menghancurkannya juga,
Eila bergegas mengambil kopernya dan memasukkan semua barang-barangnya.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Davian menarik lengan Eila.
Eila menepis tangan Davian. Dia enggan menjawab. Kembali merapikan semua barangnya.
BIIP BIIP BIIP
Davian merampas ponsel Eila dan melihat Jillian menghubunginya.
PRAAAANG!!
Tepat di hadapan Eila, Davian membanting ponsel Eila hingga pecah. Bahkan layar ponsel menggores pergelangan kakinya. Tak masalah jika pria itu menyiksanya saat ini. Ia akan bertahan.
“Bagus… jadi kau akan tinggal bersamanya?” Ketus Davian, “Kau sungguh tidak bermoral Eila. Kau sudah bermalam dengannya dan itu masih kurang. Sehebat apa dia melayani mu.”
“Aku akan tinggal di asrama. Sejak awal ini bukan tempat ku. Kau bisa bebas bersamanya.” Jawab Eila menahan emosinya, tak apa jika ia direndahkan.
“Kau jangan lupa. Aku tunanganmu. Nama keluarga Drake sudah kau gunakan. Kau ingin menghancurkan nama besar itu? Kau ingin mempermalukan paman dan bibi?” Davian selalu tahu kelemahan Eila. Ia tak mungkin mengecewakan bibi Helen dan Paman Edward Drake.
Eila menghentikan langkah nya. Ia mencengkram erat gagang kopernya.
“Kau ingin aku bagaimana?” Tangis Eila lirih.
“KAU SELALU MENGGUNAKAN ALASAN ITU UNTUK MENCEGAH KU. Kau tahu aku tidak bisa mengecewakan orang tua mu. TAPI AKU PUNYA HIDUP KU SENDIRI DAV.”
“Jika bisa memilih, dipemakaman itu aku enggan bernaung pada keluarga Drake. Lalu kenapa jika ayah ku memiliki hubungan baik dengan paman, itu hubungan mereka. Tidak kau dengan ku. Sejak awal aku tidak berniat masuk kedalam keluarga Drake. Terlebih harus bertunangan mu.”
“Aku menyesal harus melakukan itu semua. Kau bisa mengakhirinya. Aku sangat bersedia. Kau tidak perlu mengasihi ku lagi.” Ketus Eila.
BUUUGG!!
Eila memejamkan matanya. Saat Davian mengarahkan tinjunya ke wajahnya. Perlahan Eila membuka mata, ia terperanjat melihat tangan Davian menghantam tembok keras. Darah mengalir diantara ruas jarinya.
Pria itu tengah menahan emosi karena ucapan Eila yang menyakitkan, tak mengertikah kalau perasaan Davian terlalu dalam untuknya. Hanya saja perlakuan Davian padanya sering dianggap keliru oleh Eila.
Eila dapat merasakan hangat nafasnya Davian menerpa pundaknya. Sangat cepat. Bahkan degup jantungnya bisa ia rasakan.
“Putuskan tunangan ini. Kau bisa bebas dengan hidupmu. Kau tidak perlu mencemaskan ku.” Sahut Eila menahan tangisnya.
Eila melepas cincinnya dan melemparkannya ke lantai. Davian semakin terperanjat dengan keberanian Eila saat itu.
“Selangkah kau pergi dari rumah ini. Aku akan menghancurkan hidupmu Eil.”
“Kau kira aku peduli. Sejak awal hidup bersamamu, aku sudah hancur.”
Eila tetap berniat keluar dari tempat itu. Berkali-kali perkataan Eila menghujam perih jantungnya. Sangat sakit, terasa sesak.
Ia tahu selama ini dirinya salah menghadapi dan memperlakukan Eila. Namun rasa cemburunya itu terlalu besar sehingga menyakiti Eila.