Pertemuannya kembali dengan keluarga kandungnya membawa kehidupan baru bagi Luna. Dia harus menikah dengan kakak iparnya sendiri sesuai wasiat terakhir sang kakak sebelum meninggal.
"Lu-Luna... Belajarlah untuk mencintai kak Andra. Menikahlah dengannya, kakak mohon....."_ Aleena
"Tidak kak, aku tidak mau. Mana mungkin aku menikahi kakak iparku sendiri."_ Luna.
Pernikahan yang terjadi tanpa cinta itu apakah akan berlangsung lama, atau hanya akan bertahan seumur jagung saja?
"Sampai kapanpun kamu tidak akan pernah bisa menggantikan posisi Aleena dihati aku, sekalipun kamu adalah adik kandungnya."_ Raffandra.
Yang penasaran dengan ceritanya langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Dan jangan lupa masukkan sebagai favorit, beri like, vote, hadiah dan bintang 5 nya. Terimakasih 🙏🥰
💖💖💖💖💖
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 : WCTR
Hari ini Luna menyibukkan dirinya dengan mengikuti Andra. Saat ini dia sedang berada di gedung Rainbow Group, atau lebih tepatnya diruangan kerja Andra.
Sudah sejak pagi Luna berada diruangan itu berdua bersama dengan Andra. Sementara Andra sibuk dengan pekerjaannya, Luna sedang duduk-duduk santai di sofa. Namun Luna sepertinya sudah mulai bosan, sejak tadi dia hanya bermain handphone dan membaca majalah saja.
Luna menatap Andra yang sedang serius bekerja, sejak sampai diruangan itu suaminya itu langsung disibukkan dengan pekerjaannya dan tidak berbicara sepatah katapun padanya.
"Jika kamu sudah lelah, aku akan menyuruh Hansen untuk mengantarkan kamu pulang." Andra berbicara tanpa menatap Luna. Matanya masih fokus pada layar laptopnya.
Luna segera bangun dan menghampiri meja kerja Andra. "Mana mungkin aku lelah, aku akan menunggumu sampai kamu pulang."
"Baiklah, terserah kamu saja."
Tujuan Luna berada di sana memang untuk sebuah misi, yaitu misi membuat Andra jatuh cinta padanya. Selama ini mereka tidak pernah menghabiskan waktu berdua karena Andra selalu terkesan menghindar darinya. Luna pikir jika dia bersama dengan Andra selama 24 jam setiap harinya maka kemungkinan untuk jatuh cinta sangatlah besar.
"Aku bosan..."ucap Luna dengan suara pelan namun masih terdengar di telinga Andra.
Andra menarik kursinya mundur, pandangannya kini beralih pada Luna yang sedang berdiri di depan mejanya.
"Aku tidak menyuruhmu untuk ikut. Bukankah tadi pagi aku sudah menawarkan untuk mengantarkan kamu kerumah papa kamu lagi." Andra mengingatkan.
"Aku tau, tapi kan aku hanya ingin lebih dekat denganmu. Memangnya tidak boleh aku dekat-dekat dengan suamiku sendiri. Selama empat bulan ini kita tidak pernah ngobrol seperti pasangan suami istri lainnya. Bagaimana aku bisa membuat kamu jatuh cinta padaku jika kita tidak pernah memiliki waktu untuk berdua." ucap Luna dengan wajah tertunduk lesu.
Andra segera bangun dari duduknya, dia menghampiri Luna dan berdiri di hadapan gadis itu.
"Aku sudah tidak sibuk, sekarang cepat tunjukkan padaku." ucap Andra.
Luna nampak terkejut, pikirannya melayang jauh saat mendengar ucapan Andra tadi. Kemudian dia berjalan mundur dua langkah dengan cepat, menyilangkan kedua tangannya didadanya.
"Me-menunjukkan apa? Jangan macam-macam disini! Kita sedang ada dikantor." raut wajah Luna nampak begitu panik.
"Maksudku, tunjukkan bagaimana caramu untuk membuatku jatuh cinta padamu. Memangnya apa yang kamu pikirkan?" tanya Andra menaikkan sebelah alisnya.
Luna berpura-pura tertawa, lagi-lagi dia merasa sangat malu karena berfikir jika Andra akan mengajaknya untuk melakukan ritual suami istri. Luna segera menurunkan kedua tangannya dari dadanya.
"Ma-maksudku kita sedang ada dikantor. Sebaiknya kita mencari tempat yang lebih nyaman untuk ngobrol berdua." ucap Luna beralasan.
"Ruangan ini cukup aman untuk sekedar ngobrol berdua. Tidak ada yang berani masuk tanpa seijin ku. Kamu bisa mengatakan apapun yang ingin kamu katakan." ucap Andra.
Luna tidak langsung menjawab, dia bahkan tidak tau apa yang akan dia obrolkan dengan suaminya itu.
Andra nampak menunggu jawaban dari Luna, dia menyenderkan tubuhnya pada sisi meja, memasukkan kedua tangannya pada saku celananya sambil matanya terus memperhatikan wajah gadis itu. Menunggunya untuk berbicara.
Luna menjadi sangat gugup saat menyadari Andra sedang memandanginya. Wajah pria itu nampak begitu tenang, namun tatapannya mampu membuat jantung Luna berdetak sangat kencang.
"Seperti apa kriteria wanita idamanmu?" Luna akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
Andra nampak terdiam cukup lama, sampai akhirnya dia menjawab pertanyaan istrinya itu.
"Yang pasti dia adalah wanita yang cantik, memiliki hati yang lembut." ucap Andra.
Kemudian Andra melanjutkan ucapannya. "Dan satu hal yang paling penting, wanita itu harus bisa menjaga hatinya untukku."
Kalimat terakhir begitu menusuk dihati Luna. Dia teringat akan Aleena yang sudah mengkhianati Andra, walaupun dia belum bisa memastikan semua itu. Namun bagaimana jika Andra mengetahui dan melihat foto-foto yang disimpan oleh Felicia?
"Tapi bagaimana jika wanita itu...." Luna tidak melanjutkan kata-katanya saat mendengar seseorang mengetuk pintu ruangan itu.
"Masuk!" perintah Andra, dan pintu pun terbuka. Rupanya Hansen yang datang dengan membawa dua kantong kresek yang berisi makanan dan cemilan untuk Luna.
"Tuan, ini barang-barang yang anda minta." Hansen menunjukkan dua kantong kresek ditangannya.
"Taruh diatas meja."
Hansen menaruh dua kantong kresek itu diatas meja. Rupanya tadi Andra memberikan perintah pada Hansen untuk membelikan makanan dan cemilan untuk Luna karena takut gadis itu tidak merasa lapar dan bosan.
"Saya juga sudah menyiapkan mobil didepan, tuan."
Andra menganggukkan kepalanya, "Kamu tunggu aku dibawah. Dan ajak Felicia juga bersamamu."
"Baik, tuan." Hansen segera pergi, dia menghampiri meja kerja Felicia untuk mengajak wanita itu turun bersamanya.
Pandangan Andra beralih pada Luna saat Hansen sudah keluar dari ruangannya. Dia berjalan mendekati gadis itu.
"Diatas meja ada makanan untukmu. Aku harus pergi sebentar untuk bertemu dengan klien diluar." ucap Andra.
"Bersama kak Felicia?" tanya Luna.
Andra menganggukkan kepalanya, "Iya."
Andra kembali melanjutkan kata-katanya. "Aku tidak akan lama. Kita bisa melanjutkan obrolan kita nanti setelah aku kembali."
Luna tidak menjawab, dia bahkan sudah tidak berniat untuk melanjutkan obrolan mereka tadi. Bukan karena takut jika dirinya tidak termasuk dalam kriteria wanita idaman Andra. Namun Luna lebih mengkhawatirkan jika Andra mengetahui kebenaran tentang hubungan Aleena dengan seorang pria.
Kemudian Andra berjalan melewati Luna, namun tangannya ditahan oleh gadis itu. Dia segera membalikkan badannya kembali untuk menatap wajah Luna. Mata Luna nampak berkaca-kaca.
"Kak, aku...." Luna tidak sanggup untuk melanjutkan kata-katanya. Dia memeluk tubuh Andra dan mulai menitikkan air matanya. Menangis dalam diam.
"Bagaimana jika aku tidak berhasil membuat kamu jatuh cinta padaku? Bagaimana jika setelah aku pergi, kamu mengetahui kebenaran tentang kak Aleena? Apakah kamu masih baik-baik saja?" kata hati Luna.
Dibandingkan dengan perasaannya, Luna lebih mengkhawatirkan perasaan Andra. Dia tidak ingin Andra merasa sedih dan kecewa. Baginya kebahagiaan Andra adalah kebahagiaannya, walaupun dia tidak akan pernah memiliki hati pria itu dalam hidupnya.
"Apa kamu baik-baik saja?" Andra merasa bingung dan sedikit khawatir karena Luna tiba-tiba saja memeluknya.
Luna segera menyeka air matanya, kemudian dia melepaskan pelukannya dari Andra.
Luna berpura-pura untuk tersenyum. "Aku baik-baik saja. Hanya saja, kamu akan pergi dengan kak Felicia. Waktumu lebih banyak dengannya daripada denganku, bagaimana jika nanti kamu malah jatuh cinta padanya?"
"Aku bukan anak kecil, aku bisa membedakan antara urusan pribadi dan urusan pekerjaan." ucap Andra membuat Luna merasa sedikit lega mendengarnya.
Kemudian Andra kembali berkata-kata. "Aku harus segera pergi. Sebaiknya kamu makan makananmu. Aku tidak mau kamu sampai sakit. Karena aku tidak mau direpotkan untuk itu."
Luna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dia yakin jika sebenarnya Andra memiliki hati yang lembut, pria itu hanya menunjukkan sikap dinginnya diluar saja.
Andra pun pergi meninggalkan Luna, dia turun ke lantai paling bawah digedung itu. Dimana saat ini Hansen dan Felicia sudah menunggunya di dalam mobil.
...🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃...
Marvel sudah merasa lebih baik setelah semalam dia meminum obat yang diberikan oleh Andra. Hingga siang ini Marvel berkunjung ke Rainbow Group untuk menemui sahabatnya itu karena ingin berterima kasih sekaligus ingin bercerita tentang gadis yang bernama Luna.
Marvel membuka pintu ruangan kerja Andra.
"Ndra?"
...🍁🍁🍁🍁🍁🍁...
LO MENTINGIN ANAK LO DAN HANCURIN KEBAHAGIAN ORANG TAK BERDOSA GITU?
LO BAIK BANGET JADI PAPA, MENYURUH ANAKNYA JADI JALANG.
kalau gak suka langsung dorong kuat2 dong.
sekuat2 nya tenaga wanita masih kalah sama tenaga laki2.
kebanyakan ngomong
"apa apaan apa apaan" cih