Sinopsis: Namaku Ebby Zahran. aku seorang OB di sebuah rumah sakit besar, aku selalu di salahkan oleh kakak tiriku, bahkan aku selalu di jadikan layak nya seorang babu. padahal aku putra kandung keluarga mamah. aku putra kedua dari mamah, papah ku sudah tiada, aku kira setelah mamah menikah lagi aku akan bahagia mempunyai kakak tiri . kakak tiriku putra kandung dari papah tiriku. mamah dan papah tiriku belum di karuniai anak.
aku juga belum pernah mendapatkan kebahagiaan dari kakak ku. dia selalu acuh, aku tak tau apa yg membuat nya seperti itu.
Ikuti kisah ku ini, semua tak mudah untukku.
hanya untuk hiburan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon delita bae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 17" Kado buat mamah.
Aku sangat bersemangat saat berjalan menuju ke rumah. Senyum ku ukir , semoga saja kado bolu coklat ini mamah terima aku dalam hati berharap demikian.
Langit mendung, tanda - tanda hujan akan turun lagi, beberapa kali aku mendengar suara petir menyambar saling menyahut.
Aku bergegas mempercepat langkah ku sedikit lagi rumah ku terlihat.rintik - rintik hujan pun turun dan semakin besar, hingga aku terpaksa menunggu di pos ronda yg ada di samping kiri dari aku lewat.
Aku tidak mau menembus lebat nya hujan karna aku takut bolu ini rusak.
Aku memastikan bolu untuk mamah tidak rusak, aku sebisa nya menutupi bolu itu dengan tangan ku.
Tidak ada tanda hujan akan reda , hingga akhir nya aku pasrah menunggu sampai reda. Saat aku sedang sibuk memperhatikan indah nya kekuasaan Allah , sayup- sayup seseorang berlari di bawah guyuran hujan dengan memakai jas hujan dan payung ukuran besar warna hijau muda ke arah ku.
" Ayo pulang!" Papah menarik ku masuk ke dalam pelukan nya. Lalu papah menghela nafas berat nya sejenak, karna lelah berlari dari rumah. beliau sudah tidak lagi muda jadi cepat lelah.
" Ayo pah" Aku membawa bolu itu dengan tangan bergetar. Kami berjalan cepat karna hujan nya semakin deras.
Setelah perjalanan kami sampai di rumah. rumah sudah penuh dengan para tamu yg tak lain teman mamah sedang menikmati cemilan dan makanan lain nya yg sudah ada di meja .
Aku dan papah masuk ,melangkah memasuki ruang tengah , aku mencari mamah sambil membawa bolu itu.
Mamah sedang memakai make up lalu melihat bayangan ku yg ada di dekat pintu.
" Mah, ini kado buat mamah dari ku" aku memulai memberanikan diri sambil mendekati mamah.
" Cukup jangan masuk!!" Mamah menghentikan langkah ku sambil mengangkat tangan nya.
Dengan hati teriris aku mundur , senyum yg tadinya aku ukir kini berubah menjadi air mata jatuh membasahi pipi.
" Kasian Ebby, dia beli kado ini dengan penuh perjuangan uang nya pun bukan dari aku, tapi hasil kerja nya sendiri , dia kerja lain juga , asal kamu tau itu!!!" Papah menghampiri sambil menggosok rambut nya dengan handuk mini.
" Biarin, aku nggak sudi nerimanya!!" Mamah berlalu keluar meninggalkan aku dan papah. Aku terduduk lemas sambil memandangi bolu itu air mata ku tak bisa tertahan lagi, hingga jatuh membanjiri kedua pipi ku.
" Bangun sayang!" Papah membangunkan aku dengan pelan, lalu beliau mengusap pipi ku penuh kasih sayang. Handuk mini itu jatuh ke lantai.
" Hiks.....aku mau mamah sekali saja menerima kado ku pah" aku melangkah membawa bolu itu keluar , hujan semakin deras.
Aku duduk lemas di bawah guyuran hujan sambil melihat ke atas langit sangat gelap dan penuh kilatan petir menyambar.
" Jika kematian ku adalah kebahagiaan mamah maka jemput aku sekarang, aku sudah lelah.....Akhhhhh!!" teriak ku meremas kuat dada ini yg terasa sesak sekali mengingat semua nya yg terjadi hari ini.
" Bangun! jangan bicara seperti sayang, papah mau bahagia" Papah berlinang air mata sambil memeluk tubuh ku, baju ku basah semua di iringi suara isak tangis ku yg hampir deras sama dengan hujan yg kini semakin besar di susul angin ribut menyapa wajah ku.
Jderrr!" suara petir itu kembali menyambar pohon yg ada di pinggir rumah. Membuat jantung ku berdegub kencang karna kaget. Air mata ku kini tak berharga lagi bagi mamah.
Papah dengan cepat membopong tubuh ku, kesadaran ku mulai hilang, akhir nya aku menutup mata ku , semua tenaga ku sudah habis menangisi takdir hidup ini.
Papah membawa ku ke kamar, baju basah ku di salin dengan baju kering yg ada di lemari.
Tangan nya bergetar karna dingin , membuka kancing baju ku, setelah beres papah memakai kan baju kering itu, lalu membaluri perut ku dengan minyak angin yg ada di meja dekat jam beker.
Setelah di pastikan tubuhku hangat, beliau meraih handuk untuk menggosok rambutku.
' Sayang , papah sangat sedih melihat mu menderita seperti ini, semoga aja nanti ada kebahagiaan menghampiri mu'batin papah mengecup kepala ku sambil tersenyum sendu.
Hari ini ulang tahun mamah harus nya aku bisa memberikan kado itu plus ucapan doa nya tapi itu tak berarti buat mamah, beliau tak mengizinkan ku masuk ke kamar nya.
Sungguh perih dan sakit sekali hati ini, jauh lebih sakit di banding waktu aku sakit fisik .
Aku tidak pernah menyangka akan menerima semua ini, luka yg aku rasakan tidak sesakit luka hati ini ketika mamah menolak pemberian kado dariku, padahal aku berjuang untuk terus membuat nya bahagia tapi nyata nya semua itu tak berarti buat mamah.
Aku membuka kedua mata ku aku mencoba melihat pelan ke arah papah yg sedari tadi menunggu ku.
Tanpa kata yg terucap aku hanya diam, tubuhku sakit tapi tak sesakit hati ini.