Menutupi jati dirinya sebagai pemimpin dari dunia bawah yang cukup ditakuti, membuat seorang Kenzo harus tampil dihadapan publik sebagai CEO dari perusahaan Win's Diamond yang sangat besar. Namun sikapnya yang dingin, tegas serta kejam kepada siapa saja. Membuatnya sangat dipuja oleh kaum wanita, yang sayangnya tidak pernah ia hiraukan. Dengan ditemani oleh orang-orang kepercayaannya, yang merupakan sahabatnya juga. Membuat perusahaan serta klan mereka selalu mencapai puncak, namun Kenzo juga hampir setiap hari menjadi sakit kepala oleh ulah mereka.
Hingga pada akhirnya, Kenzo bertemu dengan seorang wanita bernama Aira. Yang membuat hidupnya berubah begitu drastis, bahkan begitu memujanya sampai akhirnya Aira harus pergi dari kehidupan Kenzo dan membawa dua darah daging yang tidak ia ketahui.
Bagaimana kehidupan Kenzo saat kepergian Aira dari kehidupannya serta mengetahui darah dagingnya tumbuh dan hidup dan menjadi anak yang sangat berpengaruh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BMr. K 18.
Saat tiba di sebuah rumah sakit, Kenzo segera membawa Aira ke ruangan tindakan. Dimana para tim medis pun dengan cepat membantunya, namun Kenzo bersikeras untuk tetap berada didalam ruangan tersebut.
"Akan kau ledakkan rumah sakit ini jika kalian menyuruhku keluar, cepat periksa wanitaku!" Ancam Kenzo yang dimana ia menggunakan senjata ditangannya.
Semua tim medis disana menjadi begitu takut akan ancaman itu, mereka pun mau tidak mau melakukan pemeriksaan dengan disaksikan oleh Kenzo sendiri. Beberapa alat medis telah terpasang pada tubuh Aira, betapa kegetnya mereka mendapati adanya luka yang cukup dalam, pada bagian pinggang kanannya.
"Cepat siapkan peralatan, kita akan menutupnya. Hubungi dokter yang bersangkutan untuk segera bersiap." Ujar dokter penanggung jawab saat itu.
"Baik dokter." Kemudian mereka mempersiapkan apa yang akan diperlukan.
"Maaf tuan, pasien akan kami alihkan ke ruang operasi. Terdapat luka tusukan yang cukup dalam pada bagian pinggang pasien, kami harap anda bisa keluar sementara dari ruangan ini." Ujar dokter tersebut kepada Kenzo.
"Luka tusukan?" Beo Kenzo atas penjelasan dari dokter.
"Benar tuan, kami harapkan kerjasama anda. Silahkan." Dokter meminta Kenzo untuk segera keluar agar mereka bisa cepat bekerja.
Dalam keterdiamannya, Kenzo mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi. Dirinya tidak melihat jika Aira terkena tusukan, hanya saja. Ia mendengar suara teriakan dan kemudian mulut mungilnya itu mendapatkan bekapan dari musuhnya. Mungkin disaat itu terjadi penusukan, sungguh Kenzo ingin berteriak dengan keras saat itu juga. Betapa menyesalnya dirinya tatkala membiarkan wanitanya terluka, betapa cerobohnya.
Kenzo duduk dengan begitu rapuhnya, tubuh yang biasanya penuh dengan semua tenaga. Kini, seakan tidak berdaya sedikitpun. Wajah yang menunduk dan bertumpu pada kedua tangan, keadaan pikirannya sedang begitu kacau.
"Zo, Kenzo. Lu kenapa ada disini?" Louis yang baru saja tiba didepan ruang tindakan, setelah dihubungi oleh tim dokter lainnya.
Tanpa menjawab, Kenzo hanya menolehkan wajahnya menghadap Louis. Lalu bersandar pada dinding yang berada dibelakangnya.
"Hei Sel, kalian kenapa bisa ada disini?" Melihat kedatangan Ansel, Louis semakin bingung.
Sesaat Ansel meminta pada Louis untuk memberikannya waktu agar bisa menetralkan nafasnya, ia menarik Louis untuk menyingkir dari sisi Kenzo. Menceritakan apa yang sedang terjadi pada Louis. lalu pria yang berprofesi sebagai dokter itu dapat memahami apa yang terjadi.
"Aku senang jika dia sudah berdamai dengan masa lalunya, hanya saja. Kenapa dia seperti patung hidup Sel? Ya sudah, kamu temani dia. Aku akan masuk, semoga luka wanitanya tidak berbahaya." Louis menepuk pundak Ansel dan menghampiri Kenzo sejenak dan masuk ke dalam ruang tindakan.
Kekacauan tersebut telah ditangani oleh Ricky beserta yang lainnya, mereka mengejar para pelaku dan membawa yang tertangkap lalu menahannya. Memberikan sedikit salam perkenalan dan menyerahkan akhirnya pada tuan mereka.
Disaat Kenzo menunduk, ia baru menyadari jika kemeja yang ia kenakan terdapat noda berwarna merah. Dimana noda merah itu berasal dari darah Aira yang sempat berada dalam pelukannya, perasaan bersalah itu kian menjadi. Namun Ansel segera mengalihkannya, karena ia tahu jika Kenzo sedang berada dalam keadaan terpuruk.
"Minumlah, percayalah. Nona Aira adalah wanita yang kuat, dia pasti bisa melaluinya. " Ansel ikut duduk disamping Kenzo.
"Aku lalai, Sel." Ansel menepuk bahu Kenzo perlahan, ia tidak ingin mengucapkan apapun dengan kondisi seperti saat itu.
Pintu itu terbuka, memperlihatkan Louis yang keluar masih mengenakan pakain khas miliknya. Ia pun menghampiri kedua sahabatnya sambil melepas beberapa yang ia kenakan, dan Kenzo segera mendekat serta menodong dengan berbagai pertanyaan.
"Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja? Apa dia sudah sadar?" Kenzo mencerca pertanyaan terus menerus.
"Bari aku waktu untuk bernafas dulu, Zo. Duduklah, aku akan menjelaskannya." Namun bukan Kenzo jika tidak keras kepala.
" Jawab Lou, jangan membuatku semakin khawatir." Rawut wajah dingin itu semakin menyeramkan.
"Bagaimana aku bisa menjelaskan, kamu saja menatapku seakan mengajak berperang. Ayolah Zo, duduk dulu."Louis masih begitu sabar.
"Jawab saja, bre**ek!" Ketus Kenzo yang mulai tersulut emosinya.
Brugh!
Satu pukulan melayang dan mengenai sisi wajah Kenzo, hanya Louis yang berani dan bisa menyentuh seorang Kenzo. Jika sahabatnya yang lain akan memilih diam dan pergi ketika emosi Kenzo meledak, tapi tidak untuk Louis.
"Jangan bertindak semaumu sendiri, ingat! Ini rumah sakit, masih banyak orang yang membutuhkan ketenangan." Louis menahan tubuh Kenzo.
"Lepas." Kenzo memberontak tatkala Louis sudah dalam kondisi iblisnya.
Louis adalah salah satu sahabat Kenzo yang memiliki profesi sebagai dokter, dia juga yang selalu membantu Kenzo mengobati para anggota klan jika terluka. Dibalik sisi terbesar, jangan pernah menyulut rasa amarah darinya. Maka jiwa hitamnya akan terlihat dan sulit melepaskan targetnya, hampir sama dengan Kenzo. Hanya saja, Louis memiliki sisi bijak dan dewasa.
Melihat dua sahabatnya seperti itu, membuat Ansel memilih untuk menyaksikan saja.
"Siapa dia?" Tanya Luois singkat pada Kenzo yang masih menetralkan amarahnya.
"Dia, dia wanitaku dan milikku." Jawaban ketus itu terdengar.
"Aku tidak yakin jika dia suka sama kamu dengan murni, jika tidak ada paksaan darimu. Tapi ya sudahlah, dia tidak apa-apa. Hanya saja luka itu sedikit dalam dan hampir mengenai organ dalamnya, dia wanita yang kuat." Louis menendang kaki Kenzo.
"Apa-apaan kamu ini, selalu saja." Kenzo pun menyeringai menanggapi Louis.
Kenzo meninggalkan Louis ketika melihat brankar, yang dimana Aira berada sedang didorong keluar dari ruang tindakan untuk dipindahkan ke kamar perawatan.
"Anak itu, kalian tidak melarangnya?" Louis menyikut lengan Ansel yang diam.
"Aku lebih sayang dengan nyawa dan persahabatan, daripada mengurusi percintaan. Kerja dan jangan menghilang dibalik profesimu itu." Ansel pun menyusul Kenzo.
Louis hanya menggelengkan kepalanya atas ucapan yang Ansel katakan padanya, memang benar sekali. Louis selalu menghilang dengan alasan pekerjaan, namun akan selalu ada saat dibutuhkan.
"Sepertinya aku harus selalu memperlihatkan wajah tampan ini kepada mereka."