Langit di atas kepalanya seakan runtuh saat pria yang dia cintai dengan tulus ternyata hanya menjadikan dia bahan taruhan semata.
Akankah Khanza pasrah pada keadaan? atau haruskah ia menuntut balas atas semua rasa sakit dihatinya?
Ikuti kisah Khanza selengkapnya ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Urusan laki-laki
"Tenangkan dirimu, aku sudah memastikan isi di dalam tasmu itu masih utuh kok"
Elis mengusap bahu Khanza, mencoba meredakan tangis gadis malang itu.
"Sepertinya dia masih Shock mom. Berikan minuman ini kepadanya"
Nicko menyerahkan sebotol air mineral kepada Elis, lalu Elis meminta Khanza untuk meminumnya.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Khanza sudah merasa sedikit lebih tenang sekarang.
"Terima kasih tuan, terima kasih nyonya"
Khanza menundukan kepalanya di depan sepasang suami istri itu sebagai tanda hormat, karna Nicko dan Elis terlihat jauh lebih tua dari dirinya.
"Sama-sama. Namaku Elis dan ini suamiku Nicko"
Kata Elis sembari mengulurkan tangannya di hadapan gadis cantik itu.
Khanza meraih tangan halus Elis, tapi mulutnya masih bungkam. Hanya suara isakkan saja yang sesekali masih terdengar dari mulut Khanza.
"Namamu siapa?"
Tanya Elis lagi, ia yang berhati lembut tak tega jika harus meninggalkan Khanza begitu saja. Padahal Nicko dan Elis memiliki urusan sendiri.
"Namaku Khanza nyonya"
Jawab Khanza setelah membuat Elis cukup lama menunggu.
"Khanza? apa kau bisa pulang sendirian? Atau kau mau kami antar pulang? Dimana rumahmu?"
Tanya Elis beruntun, membuat Khanza bingung harus menjawab yang mana dulu.
"Tidak usah nyonya, aku bisa pulang sendiri kok. Lagipula tempat tinggalku tidak jauh dari sini"
Dustanya, karna pada kenyataannya rumah Rosaline masih sekitar 5 km lagi dan Khanza akan menempuhnya dengan berjalan kaki demi menghemat uang miliknya.
"Baiklah kalau begitu, kami permisi dulu ya"
Pamit Elis, karna ia dan suaminya memiliki urusan penting yang tidak bisa di tunda lagi.
"Silahkan nyonya. Terima kasih atas bantuan anda nyonya Elis, tuan Nicko"
Ucap Khanza diiringi senyuman.
Khanza tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya kalau tidak ada Tuan Nicko dan nyonya Elis yang menolongnya tadi. Uang hasil penjualan kalung peninggalan sang ibu, akan hilang dengan sia-sia pastinya.
***
"Sayang, tadi aku melihat Albian ada di rumah sakit? Katanya dia datang untuk menemuimu, memangnya kalian ada urusan apa?"
Tanya Yasmin pada Jacob suaminya. Sekarang mereka sudah ada di dalam mobil, dalam perjalanan pulang ke rumah mereka.
"Urusan laki-laki" Jawaban Jacob singkat. Sangatlah diluar harapan Yasmin.
"Kalian bedua sama saja! Huhf"
Umpat Yasmin kesal. Karna yang dikatakan Jacob sama persis dengan yang di katakan Albian kepadanya saat di rumah sakit.
Jacob hanya menanggapi kekesalan sang istri dengan tersenyum saja. Ia sudah berjanji untuk menjaga rahasia Albian dari siapapun itu. Termasuk dari Yasmin istrinya sendiri.
Yasmin yang sedang menatap keluar jendela, tiba-tiba saja perhatiannya teralihkan saat melihat sosok Khanza dari kejauhan.
"Bukannya itu nyonya Khanza? Sedang apa dia berjalan sendirian malam-malam begini?"
Tanya Yasmin sembari menatap ke arah Khanza yang sedang berjalan kaki di tepi jalan.
"Siapa dia? apa kau mengenalnya sayang?"
Tanya Jacob sembari menatap ke arah gadis itu pula.
"Dia itu salah satu pasienku, tapi aku merasa iba terhadapnya" Kata Yasmin, mukanya terlihat sendu saat membicarakan gadis malang itu.
"Kenapa?"
Tanya Jacob pula karna tiba-tiba saja istrinya terlihat sedih seperti ini. Biasanya Yasmin tidak akan begitu peduli pada pasiennya, selain profesionalitas antara dokter dan pasiennya saja.
"Tiap kali dia datang untuk memeriksakan kandungannya, dia selalu datang sendirian saja tanpa didampingi oleh suami atau keluarganya yang lain. Kasian ya." Beritahu Yasmin masih dengan wajah sendunya.
"Kau ini. Bisa saja suaminya itu sedang sibuk berkerja, jadi tidak bisa menemani istrinya untuk periksa kandungan"
Jacob menggelengkan kepala melihat kecemasan Yasmin yang dianggapnya berlebihan.
"Tapi sesibuk apapun, harusnya suaminya itu menyempatkan diri untuk menemani istrinya periksa kandungan! Jangan mau enaknya saja! Huh!" Kesal Yasmin malah jadi Jacob yang dimarahi.
"Aku jadi penasaran ingin melihat laki-laki seperti apa coba suami dari nyonya Khanza itu? Sangat tidak perhatian!" Gumam Yasmin lagi.
Jacob memilih untuk diam kali ini, tak mendebat perkataan istrinya lagi. karna jika diteruskan akan berakhir dengan dirinya yang tidur di sofa malam ini.
#Hallo teman haluku, like, komen, vote and hadiahnya jangan lupa ya. Makasih ^^#
3 like mendarat buatmu ya.