NovelToon NovelToon
Aku Yang Kau Buang

Aku Yang Kau Buang

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Patahhati / Balas Dendam / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:16.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: aisy hilyah

Seira, 25 tahun, istri dari seorang saudagar beras harus menerima kenyataan pahit. Dikhianati suami disaat ia membawa kabar baik tentang kehamilannya. Zafran, sang suami berselingkuh dengan temannya yang ia beri pekerjaan sebagai sekretaris di gudang beras milik mereka.

Bagaimana Seira mampu menghadapi semua ujian itu? Akankah dia bertahan, ataukah memilih pergi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemarahan Zafran

"Angkat!" perintah Zafran terdengar dingin dan ketus.

Ke mana wajah yang membuatnya merona tadi? Mengapa seketika saja raib dan berganti dengan wajah kaku menyeramkan.

Lita mengambil ponselnya seraya mengangkat bokong hendak beranjak.

"Mau ke mana? Duduk di sini dan nyalakan pengeras suaranya!" Perintah lanjutan dari Zafran membuatnya tak bisa berkutik.

Laki-laki itu menajamkan mata saat Lita memelas padanya. Mau apa lagi! Jadilah ia duduk kembali meski harus bergeser sedikit demi kenyamanannya sendiri. Lita menggeser tombol hijau dan menekan ikon pengeras suara.

Baru saja hendak berucap, lidahnya tiba-tiba kaku saat suara di seberang telepon sana mengiang dengan nyaring.

"Lita! Mana? Kenapa kamu belum kirimin Ibu duit juga? Ibu, kan, kemaren minta dikirimin. Awas aja kalo kamu bilang lupa atau alasan nggak punya! Suami dan mertua kamu itu, kan, banyak duit. Masa ngasih Ibu aja kamu nggak bisa!"

Petir menyambar di siang bolong, tak ada angin ataupun awan mendung. Langit tiba-tiba suram menggelap tanpa cahaya. Lita memejamkan mata, menahan gemuruh yang bergejolak. Kenapa waktunya bisa pas begitu?

Ibu! Kenapa nggak tahu waktu, sih? Sial! Mas Zafran pasti marah aku.

Hawa dingin menguar dari sisi dan depan tubuhnya. Menerpa permukaan kulit yang tak pernah tertutup rapi itu, membekukan seluruh sendi dan otot. Lita seolah-olah menjadi lumpuh mendadak. Seluruh tubuhnya sulit untuk digerakkan.

Zafran duduk tegak, menatapnya dengan tajam. Kedua tangan saling meremas satu sama lain, menahan emosi yang terus memuncak hingga ke ubun-ubun. Oh, Lita bahkan dapat mendengar bunyi gemelutuk gigi dari rahang Zafran yang saling beradu.

Mata laki-laki itu mendelik ketika berpapasan dengannya. Lita tahu apa yang harus dia lakukan.

"I-iya, Bu. Maaf, tabungan Lita tinggal sedikit. Usaha Mas Zafran lagi ada masalah, makanya kemarin minta Ibu jual tanah dulu buat tambahan modal usaha. Gimana, Bu? Udah Ibu jual belum? Bapak nggak keberatan, 'kan?" Lita menggigit lidah pelan, rasanya geram dengan tingkah orang tua sendiri yang selalu meminta uang padanya.

Zafran mendengus, tapi menunggu jawaban dari seberang sana dengan perasaan campur aduk. Ada sedikit was-was yang tiba-tiba datang memenuhi rongga dadanya.

"Itu lagi. Apa yang mau dijual? Udahlah, kamu nggak usah bahas soal itu lagi. Mana, cepet kirimin Ibu lagi butuh duit soalnya," sahut Ibu benar-benar tak tahu malu.

Zafran dan Ibu sama-sama menoleh sambil membesarkan bola mata mereka. Rasa tak percaya besannya itu tak memiliki perasaan sama sekali.

Lita tidak menyahut, tekanan berat ia rasakan dari dua arah di mana kedua orang itu duduk. Ia menunduk sambil menggigit bibirnya kuat-kuat. Sadar betul Zafran saat ini sedang memanas.

Keterlaluan, kenapa orang tua Lita nggak bisa ngerti sama sekali? Taunya duit aja, nggak mau tahu kondisi keuangan.

Zafran menggeram dalam hati.

Keluarga parasit. Anaknya pemalas, orang tuanya toksik. Perasaan Seira nggak pernah nyusahin kayak begini, tapi kenapa Lita sama keluarganya kayak cuma manfaatin aja, ya.

Ibu turut bergumam dalam hati. Membandingkan Seira dengan menantu barunya itu.

"M-maksud Ibu apa? Bukannya Ibu bilang kemarin uang itu buat beli tanah?" tanya Lita.

Dia pun merasa tertipu oleh orang tuanya.

"Tanahnya nggak ada, Lita. Kamu ngerti nggak, sih? Jangan cari-cari alasan, ya. Kamu mau jadi anak durhaka, hah? Cuma minta uang dua puluh juta aja, pelitnya minta ampun. Emang kamu keluar dari batu!" bentak ibunya Lita dengan berani.

Zafran membelalak, dua puluh juta itu berharga untuknya saat ini. Tak akan mungkin ia berikan pada sembarang orang terlebih untuk keperluan yang tak jelas seperti orang tua Lita itu.

Wanita tua di hadapan mereka pun tampak syok. Ia pegangi dada kirinya yang terasa sesak tiba-tiba. Mengatur udara agar jantungnya tetap stabil. Siapa yang tak terkejut? Disaat mereka harus berhemat karena kondisi gudang yang sedang mengalami kendala, orang-orang yang tak tahu diri seperti besannya itu justru dengan mudahnya menadah meminta uang. Sungguh keterlaluan.

Lita semakin meringkuk di tempatnya duduk. Tak berani mengangkat wajah karena terlalu malu pada suami juga mertuanya.

"Lita! Kenapa kamu diem aja!" bentak suara ibunya menggelegar.

Cukup! Zafran merasa sudah cukup menahan geram. Ia memejamkan matanya rapat-rapat, menarik udara sebanyak-banyaknya untuk menormalkan detak jantung sebelum angkat bicara.

"Cukup, Bu! Sekarang jelasin sama aku ke mana tanah yang kalian beli?" tanya Zafran sembari menekan emosi yang meluap-luap ke permukaan.

Lita bergidik mendengar suara dinginnya. Matanya terpejam rapat, enggan untuk terbuka. Takut melihat Zafran yang pastinya terlihat menyeramkan.

"Nak Za-zafran? I-itu-"

"Apa, Bu?! Coba jelasin sama aku apa maksud omongan Ibu tadi soal tanah?" tuntut Zafran lagi yang kali ini tidak menahan diri.

"A-anu ... i-itu ...."

"Inget, Bu. Yang kalian lakuin itu jelas penipuan. Aku bisa tuntut kalian dengan pasal penipuan. Seratus juta bukan uang sedikit, Bu. Kalian jangan main-main sama aku!" ancam Zafran sembari mendekatkan ponsel itu ke mulutnya.

Lita tak dapat melakukan apapun, hanya diam sambil menahan malu. Bahkan menangis pun terlalu malu untuk bersuara. Ia menahannya hingga kedua bahu terguncang hebat.

Ibu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, menormalkan detak jantung yang tiba-tiba memacu tak karuan. Bisa-bisa dia mati berdiri karena memiliki besan seperti orang tua Lita.

"Ja-jangan, Nak. Bu-bukan begitu maksud Ibu-"

"Terus apa?!" bentak Zafran tak sabar.

"I-itu ... tanahnya itu digarap orang lain, dia udah keluarin modal banyak karena Bapak nggak punya modal. Jadi, tanahnya itu belum bisa dijual dulu," jawab Ibu terdengar gugup.

Alasan, Zafran berdecak kesal. Baru saja mulutnya terbuka hendak berucap, suara di seberang sana mendahului.

"Udah dulu, ya. Bapak manggil-manggil. Assalamualaikum!"

Tut!

"Tunggu! Bu! Ibu!"

"Sial!"

Zafran membanting ponsel tersebut ke atas meja hingga kaca di atasnya membentuk ratakan. Ia mengusap wajah kesal, berdecak penuh emosi.

"Apa yang mau kamu jelasin sekarang? Apa kamu sama orang tua kamu itu sekongkol buat nguras uang aku, hah? Aku bener-bener nggak percaya, istri aku sendiri nipu suaminya. Demi apa? Uang yang setiap bulan aku kasih itu bukan cuma buat belanja ini itu, tapi juga buat disimpan supaya kita nggak keteter kalo ada masalah kayak gini. Sekarang gimana? Ke mana aku harus cari uang buat majuin usaha aku lagi?"

Zafran berapi-api, untuk seumur hidup baru kali emosinya benar-benar tersulut. Jika itu Seira, dia tak akan pernah membiarkan masalah Zafran berlarut-larut seperti sekarang ini. Selalu ada saja solusi untuk menyelesaikan masalah, apapun itu. Yang pasti, Seira tak pernah membiarkannya sendirian.

"Mas, bukan begitu. Sumpah, aku nggak sekongkol sama mereka. Aku juga nggak tahu kenapa jadinya kayak gini? Sumpah, Mas. Aku nggak tahu," kilah Lita sambil menangis sesenggukan.

Ia berbalik dan menggenggam tangan Zafran, tapi ditepis laki-laki itu dengan kasar.

"Mas, aku beneran nggak tahu -"

"Halah, udahlah. Semenjak kamu jadi istri aku, hidup aku jadi sulit begini. Berbeda waktu sama Seira, dia selalu bantu aku keluar dari masalah. Sekarang, gimana caranya uang seratus juta itu harus balik lagi. Aku nggak mau tahu!" bentak Zafran seraya berdiri dan meninggalkan rumah.

Lita menangis tersedu-sedu, meremas sofa dengan kuat. Ia tak menyangka pernikahannya yang baru seumur jagung harus diterpa masalah yang berat seperti ini.

"Ibu nggak nyangka, kamu sama orang tua kamu ternyata sama aja. Cuma manfaatin Zafran aja. Dengerin kata suami kamu tadi." Ibu pun ikut berdiri dan meninggalkannya sendiri.

"Bu!"

Tak ada yang peduli padanya, menangis sendirian di ruangan tersebut.

1
May Keisya
mestinya udah pada lapang hatinya...udah bertahun2 yakin klo setiap perbuatan ada balesannya,pasrahkan semuanya sama Allah.
AYU TIME KARTIKA
akhirnya♥️♥️♥️
May Keisya
asa gmn ya ky angkuh gitu si sei...jgn gitu sei dia tetep bapaknya,klo ga ada dia Rayan jg ga ada... berprasangka baiklah, setiap mnsia punya salah...trauma mu terll lm,biasanya yg Deket dgn Allah sakitnya hnya sethn dua thn setelah itu Allah hdrkan kelapangan ht dan ketenangan ht,dan hdp lebih kuat dlm menghadapi hdp...semua ujian ada hikmahnya
Khusnul Khotimah
Luar biasa
AYU TIME KARTIKA
Lita jelas shock dung😀
AYU TIME KARTIKA
hukum tabur tuai 😀
AYU TIME KARTIKA
hayo pertandingan......
AYU TIME KARTIKA
semua merindukan masakanmu sei
Betty Susilorini
Luar biasa
AYU TIME KARTIKA
mang rasa tak pernah bohong ya fan .... 🤣🤣🤣
AYU TIME KARTIKA
sat set yuk😅😅😅
AYU TIME KARTIKA
rasain kamu Lita......😁😁😁
AYU TIME KARTIKA
pacarnya mungkin yg nelpon😁😁😅
aksari
Lumayan
AYU TIME KARTIKA
takut seperti dia mungkin....jadi pelakor🤭🤭🤭🤭
AYU TIME KARTIKA
takut seperti dia mungkin....jadi pelakor🤭🤭🤭🤭
AYU TIME KARTIKA
ooooooo gitu ya ceritanya....taruhan
AYU TIME KARTIKA
tuhhh kaaannn jadi keingetan sm sie terussds
AYU TIME KARTIKA
dulu kedatangan wanita bisa hamil saja bangga buuuu....sekarang..😁😁😁
AYU TIME KARTIKA
cita cita kok jadi ratu.....ga ada kelessss😁😁😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!