Pada tahun 2050, bumi dilanda kekeringan dan suhu ekstrem. Keitaro, pemuda 21 tahun, bertahan hidup di Tokyo dengan benteng pertahanan anti-radiasi. Namun, tunangannya, Mitsuri, mengkhianatinya dengan bantuan Nanami, kekasih barunya, serta anak buahnya yang bersenjata. Keitaro dibunuh setelah menyaksikan teman-temannya dieksekusi. Sebelum mati, ia bersumpah membalas dendam.
Genre
Fiksi Ilmiah, Thriller, Drama
Tema
1. Pengkhianatan dan dendam.
2. Kekuatan cinta dan kehilangan.
3. Bertahan hidup di tengah kiamat.
4. Kegagalan moral dan keegoisan.
Tokoh karakter
1. Keitaro: Pemuda 21 tahun yang bertahan
hidup di Tokyo.
2. Mitsuri: Tunangan Keitaro yang mengkhianatinya.
3. Nanami: Kekasih Mitsuri yang licik dan kejam.
4. teman temannya keitaro yang akan
muncul seiring berjalannya cerita
Gaya Penulisan
1. Cerita futuristik dengan latar belakang kiamat.
2. Konflik emosional intens.
3. Pengembangan karakter kompleks.
4. Aksi dan kejutan yang menegangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifky Aditia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11: MAKHLUK PENGUASA HUTAN
Bayangan besar itu semakin mendekat, memperlihatkan sosok yang menakutkan. Dengan suara gemuruh berat yang menggema di sepanjang lorong, makhluk itu akhirnya muncul di bawah cahaya lentera. Seekor beruang besar berdiri di depan mereka, bulunya cokelat gelap, matanya tajam, dan tubuhnya tampak kekar, seperti penguasa dari wilayah ini.
"Kenta, mundur!!" seru Keitaro, menarik Kenta mundur.
Beruang itu menggeram, menunjukkan giginya yang tajam, dan tampak siap menyerang. Keitaro dan Kenta dengan cepat mengambil posisi bertahan, meskipun mereka tidak memiliki senjata apa pun untuk melawan.
“Keitaro, kita harus kabur!” teriak Kenta, berkeringat dingin mengalir ditubuhnya.
“Kita terpojok!” jawab Kenta sambil memegang lentera dengan erat. “Kita harus menghadapinya!”
Beruang itu melompat ke arah mereka dengan gerakan cepat, cakarnya menyapu udara. Keitaro dan Kenta berhasil menghindar, namun gerakan itu cukup membuat mereka kehilangan keseimbangan. Keitaro jatuh ke tanah, sementara Kenta berusaha bangkit dan mengalihkan perhatian beruang.
“Kemarilah, dasar monster besar!” teriak Kenta sambil melempar batu kecil ke arah beruang itu.
Beruang itu berbalik ke arah Kenta dan menggeram dengan keras, suaranya seperti gemuruh guntur. Ia mengayunkan cakarnya ke arah Kenta, hampir mengenainya. Kenta berhasil menghindar, namun terjatuh keras ke tanah, kakinya terkilir.
“Kenta!” teriak Keitaro, berlari mendekatinya.
Namun, beruang itu kembali menyerang, memaksa Keitaro melompat mundur. Mereka berdua kini terpojok di sudut ruangan, napas mereka tersengal, dan tubuh mereka penuh luka goresan akibat serpihan batu dan cakaran yang nyaris mengenai mereka.
"Kita tidak akan bisa bertahan lama!" seru Kenta dengan suara panik.
Keitaro memandang sekeliling, mencari jalan keluar atau sesuatu yang bisa digunakan. Kemudian, sebuah ide melintas di benaknya. Ia membuka antarmuka sistem dan dengan cepat mencari item di toko sistem. Matanya tertuju pada makanan kaleng.
“Aku punya ide!” serunya sambil membeli satu kaleng makanan menggunakan 5 koin sistem.
Keitaro membuka makanan kaleng itu dengan cepat. Aroma lezat langsung tercium, membuat beruang itu berhenti menggeram dan menoleh ke arahnya. Dengan tangan gemetar, Keitaro melempar makanan kaleng itu ke arah beruang.
Beruang itu mendekati makanan tersebut, mengendus-endus, lalu mulai melahapnya. Dalam hitungan detik, ekspresi beruang yang tadinya ganas berubah menjadi lebih tenang. Ia duduk di tempatnya, menikmati makanan dengan lahap.
Kenta memandang kejadian itu dengan takjub. "Makanan dari sistemmu… bahkan beruang ganas pun tidak bisa menolaknya."
Keitaro menghela napas lega, namun tiba-tiba sebuah notifikasi muncul di antarmukanya:
"Misi sampingan: Jinakkan beruang dan jadikan tim. Hadiah: 30 koin sistem."
Keitaro membeku sejenak, membaca misi tersebut berulang kali.
“Kenapa kau terlihat terkejut?” tanya Kenta, menyadari ekspresi aneh Keitaro.
Keitaro menatap Kenta dengan ragu, lalu berkata, “Sistem memberiku misi untuk menjinakkan beruang ini.”
Kenta kaget, hampir tidak percaya. “Apa? Menjinakkan beruang ini? Bagaimana caranya?!”
Keitaro berpikir cepat. “makanan tadi berhasil menenangkannya, mungkin itu cara untuk menjinakkannya.”
Ia kembali membuka toko sistem dan membeli satu kaleng makanan lagi, menghabiskan 5 koin sistem. Kini, jumlah koinnya hanya tersisa 80. Dengan hati-hati, ia membuka kaleng tersebut, aroma lezat kembali memenuhi udara.
“Keitaro, kau yakin dengan ini?. lebih baik kita kabur sebelum beruang itu mengganas lagi” saran Kenta
Keitaro segera menggunakan kemampuan melihat auranya, sayangnya dia tidak bisa melihat aura dari hewan, tapi keitaro percaya pada sistem yang sebenarnya membantu alih alih memberikan misi.
keitaro mulai melangkah perlahan ke arah beruang. “Percayalah padaku.”
Beruang itu mengangkat kepalanya, menatap Keitaro yang mendekat. Keitaro berusaha tetap tenang, meskipun keringat dingin mengalir di tubuhnya. Dengan tangan yang gemetar, ia mengulurkan kaleng makanan itu ke arah beruang.
Beruang itu mengendus-endus tangan Keitaro, lalu mulai memakan makanan dari kaleng dengan tenang. Keitaro tidak bergerak, membiarkan beruang itu menikmati makanannya. Setelah selesai, beruang itu mengangkat kepalanya dan menatap Keitaro.
Kenta menahan napas, takut beruang itu kembali menyerang. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Beruang itu mendekati Keitaro, menggerakkan kepalanya seperti meminta dielus.
“Dia… dia hanya kelaparan,” bisik Keitaro, perlahan mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala beruang itu.
Beruang itu tidak menolak. Sebaliknya, ia terlihat menikmatinya, bahkan mengeluarkan suara rendah yang terdengar seperti dengkuran puas.
Tiba-tiba, notifikasi lain muncul di antarmuka Keitaro:
"Misi sampingan selesai. Hadiah: 30 koin sistem."
Keitaro terkejut sekaligus lega. total koin sistemnya menjadi 110, melebihi koin yang sebelumnya Ia beli.
“Kenta, kita berhasil,” katanya sambil tersenyum lemah.
Kenta mendekat dengan hati-hati, masih waspada terhadap beruang itu. “Aku tidak percaya. Kita benar-benar berhasil menjinakkannya.”
Beruang itu kini duduk dengan tenang di samping mereka, seperti telah menjadi bagian dari tim. Kenta mengamati beruang itu dengan rasa kagum.
“Keitaro, sistemmu benar-benar ajaib. Makanan itu terlalu enak untuk ditolak bahkan oleh seekor beruang ganas.”
Keitaro tertawa kecil, meskipun tubuhnya masih terasa lelah dan penuh luka. “Sistem ini memang penuh kejutan.”
Keitaro masih mengelus kepala beruang besar itu, memastikan makhluk buas itu benar-benar jinak. Kenta menatap mereka berdua dengan penuh takjub, masih sulit mempercayai apa yang baru saja terjadi.
“Jadi, apa rencanamu sekarang?” tanya Kenta, suaranya lelah namun dipenuhi rasa penasaran.
Keitaro berdiri, menghapus debu dari pakaiannya. Matanya tertuju pada altar di tengah ruangan. “Aku harus membuka kotak itu. Itu alasan kita ada di sini.”
Beruang besar itu tampak memperhatikan Keitaro, tapi tidak menunjukkan tanda-tanda agresif lagi. Keitaro melangkah dengan hati-hati ke altar batu, napasnya tertahan. Kotak logam itu terlihat tua, dengan ukiran-ukiran kuno yang rumit di permukaannya.
Kenta mengikuti dari belakang, meskipun masih terpincang karena kakinya yang terkilir. “Keitaro, kau yakin ini aman? Jangan-jangan kotak itu memiliki jebakan.”
Keitaro tidak menjawab. Ia hanya mengulurkan tangannya, jemarinya menyentuh permukaan logam yang dingin. Ukiran-ukiran di kotak itu terasa kasar, seperti memancarkan aura misterius.
Keitaro memandang kotak logam itu dengan serius, matanya menyipit saat ia memperhatikan mekanisme kunci yang rumit di bagian depannya. Kotak itu tidak memiliki gembok biasa, melainkan serangkaian roda kecil dengan simbol-simbol yang saling terkait.
“Ini bukan sembarang kotak,” gumam Keitaro.
Kenta, yang berdiri di sebelahnya sambil memegangi kakinya yang terluka, mengerutkan kening. “Jadi, apa rencanamu? Kita tidak punya alat untuk membuka ini.”
Keitaro menggeleng. “Kita tidak perlu alat. Ini seperti teka-teki. Kita hanya perlu menemukan pola yang tepat.”
Keitaro mulai memutar roda pertama dengan hati-hati, memperhatikan bagaimana simbol-simbol itu bergerak. Sementara itu, beruang besar yang baru saja mereka jinakkan duduk di sudut ruangan, memperhatikan mereka dengan tenang seolah-olah mengamati tindakan mereka.
“Coba lihat ini, Kenta,” kata Keitaro sambil menunjuk roda kedua. “Simbol di sini terlihat seperti bagian dari pola di roda pertama. Jika aku menyusunnya seperti ini...”
Kenta mendekat, Ia menatap mekanisme itu dengan saksama. “Kau benar. Tapi simbol di roda ketiga tampaknya tidak cocok.”
Keitaro mencoba mencari tahu pola yang sesuai. Mereka bekerja sama, saling bertukar pendapat sambil terus memutar roda-roda itu. Waktu terasa berlalu dengan lambat, dan keringat mulai mengalir di dahi mereka.
“Ini sangat rumit,” keluh Kenta sambil menghela napas. “Aku tidak tahu apakah kita bisa membukanya.”
Keitaro, yang tidak mau menyerah, mengusap dagunya sambil berpikir. “Tidak ada pilihan lain. Kita harus terus mencoba.”
Beruang besar itu tiba-tiba mendekat, berdiri di belakang mereka dengan suara langkahnya yang berat. Keitaro dan Kenta menoleh, sedikit waspada, tapi beruang itu hanya menatap mereka dengan tenang, seolah-olah mendukung usaha mereka.
Setelah beberapa saat yang penuh konsentrasi, Keitaro akhirnya menemukan sesuatu. “Tunggu, Kenta! Coba lihat ini. Pola di roda terakhir cocok dengan simbol di sisi kotak!”
Dengan hati-hati, Keitaro memutar roda terakhir. Terdengar suara klik pelan, diikuti oleh gemuruh mekanisme di dalam kotak. Mereka menahan napas saat penutup kotak itu mulai terbuka perlahan.
Di dalamnya, tampak kumpulan benda-benda berharga yang bersinar di bawah cahaya lentera mereka. Ada koin emas, perhiasan, dan artefak kuno dari abad ke-18, semuanya tersusun rapi di dalam kotak itu.
“Kau bercanda,” bisik Kenta dengan mata membelalak. “Ini... ini harta karun asli!”
Keitaro mengangguk, masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Namun, sebelum ia sempat mengatakan apa pun, antarmuka sistem tiba-tiba muncul di depan matanya:
"Misi utama: Menjelajahi goa misterius dan selidiki apa yang ada di dalamnya - SELESAI. Hadiah: Fitur Inventori telah diaktifkan."
Keitaro membaca pesan itu dengan penuh semangat. “Kenta, dengar ini! Sistem baru saja memberikan fitur inventori. Aku bisa menyimpan barang-barang di dalam sistem sekarang.”
Kenta menatap Keitaro dengan takjub. “Serius? Jadi kau bisa membawa semua ini tanpa repot?”
Keitaro mengangguk. Ia langsung mengaktifkan fitur inventori dan memasukkan seluruh isi kotak ke dalam sistem. Barang-barang itu menghilang dalam sekejap, tersimpan dengan aman di dalam antarmuka digital sistem.
Beruang besar itu mengeluarkan suara pelan, seperti geraman kecil yang terdengar puas. Keitaro menoleh dan tersenyum. “Sepertinya dia juga ikut senang.”
Kenta tertawa kecil, meskipun masih terlihat kelelahan. “Aku tidak percaya kita benar-benar menyelesaikan ini. Tapi apa yang akan kita lakukan sekarang?”
Keitaro mengangkat bahu. “Kita masih punya jalan panjang untuk keluar dari goa ini lalu pulang.
Beruang itu mendekati Keitaro, menjilat tangannya dengan lembut, seolah-olah mengucapkan selamat atas keberhasilannya. Keitaro tertawa kecil sambil mengelus kepala makhluk itu.
“Baiklah, tim,” katanya sambil menatap Kenta dan beruang. “Mari kita lanjutkan perjalanan kita. Dunia di luar sana menunggu.”