3
Daffa Alfano Dirgantara, laki laki matang berusia 28 tahun. Di usianya yang hampir menginjak kepala tiga, ia sama sekali belum berkeinginan untuk mencari pendamping hidup. Semua ini terjadi karena ibunya meninggal saat dulu melahirkan dirinya dan saudara kembarnya ke dunia ini.
Setelah ibunya meninggal, ia diasuh oleh ayahnya, tapi setelah ia dan saudara kembarnya berusia tiga tahun, ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang Daffa tahu berasal dari masa lalu ayahnya. Daffa sangat membenci wanita itu, bahkan jika bisa Daffa ingin menyingkirkan wanita itu, karena ia yakin wanita seperti ibu sambungnya itu hanya ingin mengincar harta kekayaan keluarganya. Hingga akhirnya ditengah kebenciannya yang kian memuncak pada ibu sambungnya itu, ayahnya justru meminta dirinya untuk menikah dengan wanita pilihan mereka, dan hal ini justru membuat Daffa semakin tidak menyukai ibu sambungnya, karena wanita yang akan di jodohkan dengannya, merupakan keponakan jauh dari ibu sambungnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Wihhh pengantin baru yang jualan"
"Iya, suaminya tampan sekali"
"Kasian suaminya mendapatkan istri yang tidak sepadan"
"Iya betul, apalagi kasta mereka jauh sekali, bagai langit dan bumi"
Sekar mengepalkan tangannya, menahan amarah yang hampir meledak. Ia mengajak Daffa untuk meninggalkan rombongan ibu ibu yang masih menggunjingnya. Beberapa kali kalimat pedas mereka utarakan, meskipun tidak secara terang terangan, tapi hal itu terdengar jelas di telinga Sekar
"Kenapa kau marah, bukankah kita memang sangat berbeda, bagaikan langit dan bumi. Tapi sayangnya langit dan bumi tidak bisa bersatu, sedangkan kita dipaksa untuk bersatu"
Sekar menatap Daffa tajam. Hatinya bagai tercabik cabik dan dilumuri dengan garam, membuat hatinya begitu perih saat mendengar perkataan ibu ibu tadi. Namun sebisa mungkin ia tahan, tapi kini pria yang berstatus suaminya sendiri dengan gamblang mengatakan bahwa mereka perdua bagaikan langit dan bumi
"Kita memang bagai langit dan bumi, kau langit dan aku bumi. Itulah sebabnya aku ingin menggapaimu agar aku tidak lagi merasakan sakitnya di injak injak" ucap Sekar, ia memalingkan wajahnya dari Daffa, menutupi matanya yang mungkin memerah karena ia mati matian menghalangi air mata yang siap keluar
Selama perjalanan pulang, tidak ada yang bersuara. Daffa yang memang tidak pernah berinisiatif untuk bicara, dan Sekar yang terlanjur memendam sakit, akhirnya melupakan niatnya untuk mendekati laki laki itu. Sekar hanya membutuhkan waktu untuk sendiri, meyakinkan hatinya untuk melanjutkan apa yang sudah terlanjur menjadi pilihannya.
Tiba di rumah, Sekar segera masuk kedalam rumah, tanpa menghiraukan Mbok Iyem yang menyambut kedatangan mereka di ambang pintu. Sekar berjalan menuju kamar, dan mengambil handuk, ia ingin menenangkan hatinya yang terlanjur kesal karena ulah Daffa. Sekaligus ia juga ingin bersiap untuk kembali ke Jakarta.
Sekar menyisir rambutnya dihadapan cermin besar yang ada di lemari. Beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka menampilkan Daffa yang berjalan memasuki kamar. Sekar tidak mempedulikan kehadiran laki laki itu, karena kini ia sedang tidak mood untuk sekedar mengajak laki laki itu berbicara. Namun niatnya untuk mendiamkan Daffa nyatanya gagal, melihat suaminya yang tampak mencari sesuatu sedari tadi membuatnya meruntuhkan dinding ego yang sempat ia bangun
"Mencari apa?" tanya Sekar. Namun sama sekali tidak mendapat jawaban dari Daffa "Kau membutuhkan sesuatu?" tanya Sekar, tapi lagi lagi Daffa hanya diam, tidak menjawab satu katapun
Sekar menghembuskan nafas kesal. Ia berjalan menuju ranjang, dan duduk di tepi ranjang, dengan membaca sebuah buku di tangannya. Ia membuka lembar demi lembar halaman buku tersebut, tanpa mempedulikan Daffa yang tampak masih belum menemukan sesuatu yang ia cari
"Apa kau melihat handukku?" tanya Daffa. Namun Sekar seolah tuli dan tidak menjawab pertanyaannya
"Aku sedang membaca, jadi jangan mengganggu" ucap Sekar "Seharusnya aku tidak perlu menjawab" Batin Sekar, ia bahkan memukul pelan mulutnya karena menjawab pertanyaan Daffa saat kondisi hatinya tengah kesal
Daffa berjalan mendekati istrinya, dan membalik buku yang ada dalam genggaman istrinya tersebut "Aku rasa kau belum menguasai cara membaca buku terbalik, jadi bacalah dengan benar" ucap Daffa, ia mengambil handuk yang sudah ia temukan keberadaannya, lalu dengan segera keluar dari kamar
"Sekar... Kenapa kau ceroboh sekali" rutuknya, tentu saja ia malu pada dirinya sendiri