NovelToon NovelToon
Tobatnya Sang Ketua Mafia

Tobatnya Sang Ketua Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta setelah menikah
Popularitas:502k
Nilai: 4.9
Nama Author: chibichibi@

Max Stewart, yang merupakan ketua mafia tidak menyangka, jika niatnya bersembunyi dari kejaran musuh justru membuatnya dipaksa menikah dengan wanita asing malam itu juga.

"Saya cuma punya ini," kata Max, seraya melepaskan cincin dari jarinya yang besar. Kedua mata Arumi terbelalak ketika tau jenis perhiasan yang di jadikan mahar untuknya.

Akankah, Max meninggalkan dunia gelapnya setelah jatuh cinta pada Arumi yang selalu ia sebut wanita ninja itu?
Akankah, Arumi mempertahankan rumah tangganya setelah tau identitas, Max yang sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mafia 23

Max, tidak menjawab. Dia hanya sebatas menyeringai tipis kemudian kembali berpaku pada layar laptop di depannya. Sikapnya itu menyebabkan, Arumi menghela napasnya pelan lalu kembali menatap jalanan yang mulai berkelok di hadapannya. Pintu gerbang sudah jauh di belakang tapi mereka belum juga sampai pada bangunan utama.

Arumi benci pikiran buruk yang seketika berkeliaran dalam benaknya. Rasa takut dan was-was kembali menyelimutinya hatinya. Arumi, merasa hidupnya tidak akan lagi sama mulai hari ini.

Kekhawatiran yang di rasakan oleh Arumi, seketika terhenti ketika ban mobil mewah tersebut berdecit tanda berhenti menggelinding, di depan sebuah bangunan tinggi dan megah.

Bangunan ala maroko itu mampu membuat kedua mata indah Arumi terbelalak. Arumi berkali-kali berdecak kagum dengan kalimat toyyibah yang tak pernah lepas dari bibirnya. "Masyaallah. Apakah ini yang di namakan istana?" batinnya penuh kekaguman. Seketika, Arumi tersentak ketika, pengawal dari Max yang bernama Dave membukakan pintunya mobil untuknya. Di saat itulah, Arumi tersadar bahwa suaminya sudah tidak berada di sebelahnya lagi.

"Dia kemana?" gumam Arumi pelan. Namun, ternyata ucapannya itu terdengar oleh Dave.

"Ketua sudah masuk lebih dulu. Ada beberapa hal yang perlu di siapkan karena kehadiran anda di sini," jelas Dave.

"Um, baiklah, Dave," sahut Arumi, cukup kaget karena gumamannya ternyata di dengar orang lain. Arumi berjalan mengikuti Dave sambil menunduk. Ingin rasanya dia menanyakan mengenai keadaan wanita yang bersama Max kala itu. Wanita berambut pendek yang memiliki banyak luka, hingga Arumi harus merelakan khimarnya di buka.

Tetapi, Arumi merasa tidak baik berbicara dengan laki-laki lain ketika tidak ada suaminya. Arumi juga menyayangkan sikap, Max yang meninggalkannya sendirian bersama anak buah pria itu. Normal dan wajar jika Arumi merasa sedih sekarang.

Bangunan ini sangatlah luas dan megah. Bahkan, lorong yang Arumi lewati cukup panjang untuk sekedar rumah pribadi. Ornamen di sekeliling bangunan itu berasal dari ukiran tangan arsitek yang bernilai seni tinggi.

Arumi benar-benar merasa masuk ke dalam bangunan milik seorang raja. Hingga Dave mengajaknya berhenti di sebuah pintu tinggi. Kemudian mereka masuk dan pada saat itulah, Arumi di sambut oleh barisan para pelayan samping kanan dan juga kirinya.

"Selamat datang, Nyonya," sapa mereka serempak. Para pelayan itu rata-rata adalah wanita yang berusia sekitar tiga puluh tahun. Mereka memakai seragam berwarna biru langit dengan renda di depan rok selutut. Bahkan, sepatu mereka berjenis flat shoes dengan warna yang senada juga.

Arumi semakin bingung sekaligus bertanya-tanya. Siapa suaminya itu sebenarnya? Apakah dia salah satu pejabat atau pangeran dari Dubai?

"Sepertinya, ketua sudah mengumumkan kedatangan anda sebagai istrinya. Maka mulai sekarang, anda adalah Nyonya besar di kediaman ini. Selamat datang, Nyonya," jelas Dave seraya menundukkan kepalanya.

"Eh, kalian tidak perlu seperti ini. Jangan pernah membungkukkan kepalamu di hadapan manusia. Kau itu hanya harus tunduk di hadapan Allah sang pencipta," kata Arumi, menolak penghormatan yang di berikan Dave dan juga para pelayan itu. Jumlah mereka mungkin sekitar dua puluh orang.

"Silakan, Nyonya ikut salah satu dari pelayan. Mereka akan melayani anda dan akan mengantar nyonya ke kamar. Tugas saya cukup sampai di sini. Sekali lagi selamat datang dan permisi," tegas Dave dalam satu tarikan nafas dan tanpa jeda.

Arumi sampai tergagap menanggapinya. "I–iya, baiklah. Terima kasih juga ya, Dave."

Dave pun berlalu. Tinggallah Arumi di ruangan luas itu dengan barisan para pelayan yang masih menunduk hormat. "Tolong, angkat kepala kalian." Arumi memberi perintah pertamanya dengan suara yang lembut tapi tegas. Membuat barisan para pelayan itu bergerak serempak untuk mengangkat kepala mereka.

"Nyonya, silakan ikut kami," kata salah satu pelayan. Kemudian memberikan kode agar Arumi berjalan mengikuti dua pelayan di hadapannya. Sementara sisa pelayan yang lain bubar untuk kembali pada pekerjaan mereka masing-masing.

Pelayan yang terlihat lebih dewasa itu mengajak Arumi memasuki sebuah lift khusus yang tentu saja berbeda dengan yang bisa Arumi naiki di mall misalnya ataupun gedung rumah sakit. Lift tersebut, terlihat klasik dengan ornamennya yang terlihat menyerupai lemari tapi modern dengan teknologi yang ada di dalamnya. Bahkan, Arumi melihat pelayan itu berbicara melalui interkom yang menempel pada dinding lift.

"Kami segera naik ke atas," ucapnya. Wanita itu adalah ketua atau senior yang mengatur para pelayan di kediaman mewah ini. Dia bertugas mengatur pekerjaan mereka dan juga parantara untuk menghubungkan para pekerja dengan Max sebagai tuan rumah atau majikan.

"Ya Allah. Bangunan ini sama sekali tidak terlihat seperti rumah. Tapi istana atau kastil. Akankah Arumi bisa melihat dunia luar lagi seperti sebelumnya? Kenapa perasaan Arumi begitu takut dan khawatir? Apa yang sebenarnya akan terjadi padaku, ya Allah?" batin Arumi dengan bibir terkatup di balik niqobnya. Bahkan saat ini, Arumi melafadzkan ayat-ayat Al Qur'an yang di hafalnya, guna menenangkan hati.

Lift berhenti, lalu Arumi keluar di iringi dua pelayan. Keduanya mengajak Arumi kembali berjalan di lantai empat bangunan itu. Di mana, ruangan ini di kelilingi kaca besar dan luas, hingga Arumi bisa melihat lebatnya pucuk-pucuk pohon besar dengan daunnya yang hijau.

Langkah mereka terhenti di depan sebuah pintu dengan ukiran indah pada kayunya yang terlihat memukau dengan warna kuning keemasan.

"Nyonya, ini kamar anda," kata pelayan itu seraya membuka kunci pada pintu tersebut.

"Tunggu!" Arumi menghentikan pergerakan tangan pelayan itu yang tengah memutar anak kunci.

"Maksudmu, ini kamar suamiku?" tanya Arumi penasaran.

"Iya, Nyonya," jawab pelayan itu dengan senyum di wajahnya. Karena ia sempat melihat keterkejutan di balik wajah istri dari majikannya ini.

"Oh, baiklah. Silakan," kata Arumi lagi, membiarkan sang pelayan meneruskan pekerjaannya.

Pintu besar dengan dua daun pintu itu telah terbuka, menampilkan penampakan kamar yang luar biasa luas serta mewah. Hingga, Arumi tak mampu lagi menjabarkan apa yang di lihatnya saat ini. "Allahu Akbar. Masyaallah! Apakah ini yang dinamakan surga duniamu, ya Robb?" ucap Arumi dengan intonasi cukup jelas. Hingga, kedua pelayan itu saling pandang satu sama lain.

"Em, dimana suamiku?" tanya Arumi ketika dirinya mulai menyadari sesuatu.

"Tuan masih ada di lantai lain. Nanti juga pasti akan ke sini. Silakan, Nyonya istirahat dan bersihkan diri terlebih dahulu. Nanti, Naima akan menjemput anda jika makan malam sudah siap," jelasnya seraya menunjuk pelayan yang berada di sebelahnya. Wanita yang bernama Naima itu menunduk hormat pada, Arumi.

"Permisi, Nyonya." Kedua pelayan itu pun pamit dan juga pergi dari hadapan Arumi. Meninggalkannya seorang diri dalam kebingungan. Kamar ini begitu dingin. Arumi merasa seperti ada di puncak gunung. Arumi langsung mengeratkan cardigan panjang yang dia kenakan agar semakin membungkus tubuhnya.

Arumi memastikan pintu itu tertutup rapat, kemudian membuka niqobnya yang sejak tadi menutupi wajah cantiknya itu. "Mas, kamu kemana sih? Arumi bingung ini," gumamnya setelah menghela napas panjang.

Klek!

"Selamat datang, istriku!"

"Allahu Akbar!"

1
Wardani Lestari
Luar biasa
Nur Lizza
semangat Zahira Ats hizrah mu
Wisell Rahayu
alhmdullh zahira udh mndptkn hidyah thorr..dan smkn seru sja..up yg banyk thooor😍😍😍
Akanks Healls
Gengteur na teu kacarita keun bro .
Mak Aul: heula atuh
total 1 replies
Hana Agustina
Alhamdulillah... semangat Zahira... tau aje udh mulai dihujat .. ehh die tobat/Grin/
Mak Aul: maaf, ketawa ngakakk/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Retno Harningsih
lanjut
Sunarti
Alhamdulillah akhirnya Zahira dapat hidayah
yunita
lnjuttt
Wisell Rahayu
semangaat ya thor maaf klw ada ketikku menyingg perasaan author..hanya memberikn smngtt buat authorr.aku kasihh bunga sja y thorr..dan aku tunggu upny trs sampai Tamat
Mak Aul: aamiin, makasih sayang🥰
Wisell Rahayu: iya thorr sellu aku doakn yg terbaik smg lks sembuh dn bisa up kembli dan berkarya lagi
total 3 replies
sella surya amanda
lanjut
yrk
🤣🤣🤣 pengen juga rasain dipeluk pria tampan
Yolla
cerita/tulisan karya mu sangat bagus dn penuh petuah...semangat thoorrrrr
Yolla
semoga Zahira didatangi malaikat izroil dalam mimpinya.
Yolla
dasar pelakor....apa ini yg nama nya pelakor sok syar'i 🤣🤣🤣🤣🤣
Yolla
cap cuz cyiiiin🤣🤣🤣🤣😘
yunita
lnjjutttttt
RACHMAH PARAUDDIN
bagus ....dan smg zahira kembali menjd zahira yg di ridhoi Allah
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
semoga Zahira bisa kembali ke jalan yang benar dan mendapatkan laki" yang baik juga
Asni Raky
seru banget bagus ceritanya🥰🩷
Mak Aul: terima kasih akak🤭
total 1 replies
Retno Harningsih
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!