Yoanda menikah dengan Bagas karena perjodohan kakek nya, tapi Yolanda sangat menyukai dan mencintai Bagas karena selain tampan tubuh Bagas ideal sehingga membuat Yolanda jatuh hati kepada Bagas, tapi Bagas sedikit pun tidak menyukai Yolanda karena postur tubuh yang subur dan tidak ideal.
Selama menikah dengan Yolanda Bagas tidak pernah menyentuh nya sama sekali, Bagas malah membenci Yolanda, hingga suatu saat Yolanda melihat Bagas dengan wanita cantik dan sangat mesra.
Setiap hari Bagas selalu menyakiti hati nya dan bahkan memfitnah dan mengusir nya dari rumah hingga hidup Yolanda terlunta-lunta karena aset yang pernah di berikan keluarga Bagas diambil nya.
Hingga suatu saat Yolanda berpikir akan merubah hidup nya dan akan melakukan balas dendam kepada Bagas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fitnah
Mas Bagas merasa sangat di permalukan karena sudah meminta maaf kepada Ricard dan aku di depan semua orang.
Aku bahagia mendengar kalau Ricard tidak di pecat dari kerjaan nya, jadi aku tidak perlu merasa bersalah lagi kepada Ricard.
Tapi aku heran kenapa Ricard sampai tidak kena marah sama pak Leo, bukan nya dia sudah membuat kerugian dengan pecah nya piring dan gelas yang harga nya tidak murah.
Ku beranikan diri untuk bertanya kepada Ricard setelah mas Bagas pulang dengan Elena.
"Card, kamu kok bisa sih ngga di pecat atau di marahi? Kamu malah senyum-senyum seperti orang yang lagi bahagia? Dan itu kenapa mas Bagas bisa sampai minta maaf kepada kita?" Aku yang penasaran memberikan beberapa pertanyaan membuat Ricard tersenyum.
"Nanya nya sudah seperti wartawan saja." Ucap Ricard dengan santai.
"Jawab saja Card, aku kan heran." Aku terus mendesak Ricard agar mau menjawab semua pertanyaanku.
"Sudahlah Yol, yang terpenting sekarang aku masih bisa terus bekerja dan Bagas suami kamu yang tidak tahu diri itu sudah meminta maaf sama kamu."
Sebenar nya aku tidak puas dengan jawaban dari Ricard, tapi mau bagaimana lagi, aku juga tidak bisa memaksa Ricard untuk menjawab semua pertanyaanku itu.
"Ya sudah kalau begitu aku mau pulang saja." Aku berdiri dan hendak pergi dari restoran tapi Ricard menarik pergelangan tangan ku.
"Aku yang antar." Ucap Ricard.
Aku melirik sebentar ke tanganku yang sedang di pegang nya, lalu menatap Ricard kembali.
"Ngga usah Card, aku pulang naik taxi saja, kan kamu juga harus kerja, aku ngga mau mengganggu kamu." Aku berusaha menolak ajakan Ricard.
"Malam ini aku libur, jadi kamu tidak boleh pulang sendirian, ayo." Ricard menarik tangan ku, aku hanya pasrah dan mengikuti mau nya Ricard.
Di dalam mobil aku terdiam, ada satu pertanyaan yang belum aku sampaikan kepada Ricard, aku takut pertanyaan aku ini membuat dia merasa tersinggung.
"Kenapa diam? apa kamu merasa keberatan kalau aku antar kamu pulang?" Aku melirik ke arah Ricard yang sedang mengemudi.
"Card, boleh aku bertanya?" Aku memberanikan diri untuk bertanya.
"Apa?"
"Sebelum nya aku minta maaf jika pertanyaan ini membuat kamu tersinggung, Kamu kan hanya seorang pelayan, tapi kenapa kamu bisa punya mobil sebagus ini?" Aku harap-harap cemas dengan jawaban Ricard, aku takut dia tersinggung.
Kulihat Ricard tersenyum lalu berkata. "Mobil ini pemberian pak Leo, saat itu pak Leo lagi ulang tahun dan mengadakan game dengan hadiah mobil dan akhir nya aku yang menang, lumayan kan jadi bisa ngantar kamu kemana-mana." Jawaban Ricard membuat hati ku seperti di taburi kupu-kupu yang berwarna warni karena baru kali ini ada seorang pria yang mau dekat dengan aku apalagi dia mau mengantarkan aku kemana-mana.
"Wah, pak Leo baik ya bisa memberikan hadiah semahal ini." Ricard hanya tersenyum sambil mengendarai mobil nya.
"Ke kanan apa ke kiri?" Tanya Ricard begitu kita sampai di persimpangan jalan.
"Ke kanan Card, ngga jauh lagi kok." Ricard membawa mobil nya ke arah kanan.
"Itu Card, yang pagar tinggi itu." Aku menunjukan rumah mas Bagas.
Ricard menghentikan mobil nya tepat di depan pagar rumah mas Bagas.
Kulihat ada sebuah mobil mewah di samping mobil mas Bagas.
"Memang di rumah kamu banyak orang ya?" tanya Ricard sambil melihat ke pekarangan rumah.
"Aku hanya tinggal sama mas Bagas saja, mungkin lagi ada tamu nya mas Bagas." Ricard hanya ber oh ria saja.
"Kamu hati-hati, kalau kamu di hina lagi sama suami kamu atau sama yang lain nya, kamu harus melawan mereka, jangan biarkan mereka terus menginjak-injak harga diri kamu." Ricard seperti nya khawatir dengan aku.
"Siap bos, kalau begitu aku turun ya? Makasih teman ku yang baik." Aku turun dan melambaikan tangan kepada Ricard.
Ricard melajukan kembali mobil nya setelah melihat aku sudah masuk ke halaman rumah.
Tanpa kusadari bibir ku tersenyum mengingat kata-kata Ricard yang selalu membuat aku bahagia.
{Pov Ricard}
"Kamu tahu ngga Yol, seperti nya aku sudah nyaman dengan kamu, aku sadar kamu sudah punya suami, tapi aku akan tetap ada di samping kamu dan akan selalu ada buat kamu." Gumam Ricard sambil terus mengemudi.
Bibir Ricard tersenyum di kala dia mengingat kebersamaan nya dengan Yola.
"Pisik kamu memang subur, tapi kamu tetap cantik kok, aku salut sama kamu yang masih bisa bertahan dengan suami jahat kamu itu."
Ricard terus menjalankan mobil nya sambil mengenang kebersamaan nya dengan Yola, hingga tanpa terasa dirinya sudah sampai di depan rumah nya sendiri.
******
Perlahan aku buka pintu, betapa kaget nya aku ternyata di dalam sudah ada kakek, ibu mertua dan mas Bagas, aku tidak melihat Elena, entah dimana mas Bagas menyembunyikan, mereka bertiga sedang menatap ku dangan tatapan tajam mereka.
Aku sedikit gemetar ketika melihat tatapan kakek, tapi aku usahakan bersikap biasa.
"Kakek, kapan kesini?" Aku menyapa dan mencium telapak tangan kakek seperti biasa nya.
"Wajah kamu kenapa merah?" Aku menyentuh wajah ku yang terkena air panas tadi.
"Ini tadi ngga sengaja aku ngebentur dinding." Jawabku sedikit grogi, dan kakek seperti nya percaya dengan jawaban aku.
"Ayah lihat! Apa begitu kelakuan seorang istri, pergi pagi pulang malam dan diantar seorang pria." Ucap ibu mertuaku dengan tatapan tajam nya.
"Dan ini bukan pertama kali nya dia melakukan seperti ini, bahkan aku tidak pernah di layani nya sama sekali." Ucap mas Bagas dengan nada sedikit tinggi.
Aku tidak bisa berkata apa-apa mendengar suami dan ibu mertuaku menyudutkan aku, mereka berdua seperti nya sudah sekongkol dengan menghadirkan kakek ke rumah ini.
Aku hanya menutup mulut dan menggelengkan kepala ku, aku tidak percaya dengan semua ini, mas Bagas sungguh tega memfitnah aku di depan kakek.
"Ayah tahu, ketika aku datang kesini ternyata Bagas sedang membuat mie instan karena dia lapar pulang kerja, dan dia perempuan yang kakek pilihkan untuk menjadi pendamping cucu kakek sedang asik dengan selingkuhan nya di restoran mahal."
Aku menangis karena merasa sakit hati dengan tuduhan ibu dan anak itu, aku berusaha membela diriku sendiri kepada kakek.
"Bohong, itu tidak benar kek, aku berani bersumpah." Ucap ku kepada kakek.
"Kakek melihat nya kan tadi dia diantar sebuah mobil, dan asal kakek tahu, tadi siang Bagas mergokin dia sedang berbuat mesra di tempat umum." Ucap mas Bagas yang terus-terusan meracuni kakek dengan segala kebohongan nya.