NovelToon NovelToon
Istri Terhina Menjadi Ibu Susu Bayi CEO

Istri Terhina Menjadi Ibu Susu Bayi CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Ibu Mertua Kejam / Ibu susu
Popularitas:21.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Arsyi seorang wanita sederhana, menjalani pernikahan penuh hinaan dari suami dan keluarga suaminya. Puncak penderitaannya terjadi ketika anaknya meninggal dunia, dan ia disalahkan sepenuhnya. Kehilangan itu memicu keberaniannya untuk meninggalkan rumah, meski statusnya masih sebagai istri sah.

Hidup di tengah kesulitan membuatnya tak sengaja menjadi ibu susu bagi Aidan, bayi seorang miliarder dingin bernama Rendra. Hubungan mereka perlahan terjalin lewat kasih sayang untuk Aidan, namun status pernikahan masing-masing menjadi tembok besar di antara mereka. Saat rahasia pernikahan Rendra terungkap, semuanya berubah... membuka peluang untuk cinta yang sebelumnya mustahil.

Apakah akhirnya Arsyi bisa bercerai dan membalas perbuatan suami serta kejahatan keluarga suaminya, lalu hidup bahagia dengan lelaki baru?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter - 11.

Malam itu, Rendra memanggil Arsyi ke ruang kerjanya. Perempuan itu melangkah masuk dengan hati yang was-was.

“Ada apa, Tuan...?” tanyanya lirih, penuh keraguan.

Rendra menatapnya lekat, sorot matanya skeptis sekaligus tajam. Anehnya, ia masih bisa memaklumi kegugupan perempuan itu.

“Duduk, aku ingin membicarakan kesepakatan kita.”

Arsyi menelan ludah. “Tuan, apa saya sudah keterlaluan? Tolong... jangan pecat saya__”

Rendra mengangkat tangan, gerakannya tegas memutuskan kata-kata Arsyi.

“Diam lah! Aku belum mengatakan apa pun. Sekarang kau malah gentar di hadapanku, di mana keberanianmu tadi... waktu kau berani memanggilku suami?”

“Itu... hanya demi menunjang sandiwara, Tuan.” Jawab Arsyi terbata, jemarinya meremas ujung jilbabnya karena gugup.

“Duduk!" Nada suara pria itu dingin, tak memberi ruang untuk bantahan.

Arsyi pun duduk, jantungnya berdegup kencang.

“Sinta sudah memberitahuku tentang latar belakangmu. Jadi... kau masih terikat pernikahan dengan suamimu?”

Mata Arsyi membesar, kaget seketika.

“Ceritakan, aku hanya ingin memastikan... dalam kesepakatan ini kau tidak dirugikan. Kau membantuku maka harus ada timbal balik, aku tidak suka berhutang. Saat Raisa sembuh, semuanya selesai. Tak ada lagi kesepakatan, tak ada sandiwara... tak ada hutang.“

Arsyi menarik napas panjang. “Saya... memang masih istri sah, saya pergi dari rumah suami saya setelah anak saya meninggal. Suami saya ingin menikah lagi, tapi dia tidak ingin menceraikan saya... hanya karena dia mau menjadikan saya pelayan di rumahnya sendiri. Saya, tidak membiarkan itu terjadi. Demi anak saya... saya sudah bersumpah. Saya akan bangkit, dan suatu hari nanti... saya akan membalas mereka yang telah menghancurkan saya dan juga membuka tabir kematian anak saya.”

Tatapan Rendra menajam. “Apakah ada indikasi kejahatan dalam kematian anakmu?”

Arsyi menggigit bibirnya, matanya mulai basah. “Saya yakin mereka berbuat sesuatu... tapi saat pemeriksaan, dokter berkata tidak ada tanda kekerasan di tubuh anak saya.”

Rendra terdiam sejenak. “Sebagai timbal balik, aku akan membantumu menyelidiki hal ini. Dan jika kau mau... aku juga akan membantumu menggugat perceraian pada suamimu.”

Arsyi tertegun, matanya membulat seolah tak percaya mendengar janji sebesar itu.

“Bagaimana? Kau bersedia? Dengan begitu, aku tidak berhutang apa pun padamu.”

Tanpa ragu, Arsyi mengangguk. “Saya bersedia, Tuan. Terima kasih banyak...”

Rendra mencondongkan tubuhnya sedikit, suaranya tajam dan pasti. “Tapi, ingat satu hal. Kita bersandiwara hanya sampai Raisa sembuh. Dia... akan tetap menjadi satu-satunya istriku.”

Arsyi mengangguk dengan tegas.

“Jangan khawatir, Tuan. Saya hanya ingin membantu, saya tak berharap apa pun. Saya tahu tempat saya... dan saya tahu, Tuan hanya mencintai Nyonya Raisa.”

Rendra menghela napas panjang, ia hanya ingin menjaga batas. Ia tak mau terjerat dalam kabut perasaan yang keliru, selagi ia masih terikat pernikahan dengan Raisa.

Sementara tentang cinta, bahkan dirinya pun ragu. Apakah ia masih mencintai Raisa? Ataukah semua hanya sebatas iba dan kasih sayang seperti keluarga? Ia sendiri... belum menemukan jawabannya.

.

.

.

Siang itu, rumah besar terasa lebih hangat dari biasanya. Raisa tampak lebih tenang, ia duduk di kursi goyang di teras dalam ditemani secangkir teh herbal hangat. Sesekali, matanya melirik ke arah Arsyi yang sedang memangku baby Aidan di sofa panjang.

Rendra duduk tak jauh dari mereka, dengan tablet di tangan kiri memeriksa pekerjaan dan cangkir kopi di tangan kanan.

Raisa mengamati dalam diam, lalu tiba-tiba membuka suara.

“Kalau benar kalian suami istri… aku ingin melihat buktinya.”

Kalimat sederhana itu membuat kopi yang hampir diminum Rendra langsung tumpah ke baju rumahan yang hari itu ia pakai.

Arsyi membeku sesaat, lalu tersenyum kaku. “Bukti… maksudmu cincin pernikahan?”

Raisa menggeleng pelan. “Bukan, karena cincin bisa dipalsukan. Aku ingin bukti… kalian benar-benar hidup sebagai pasangan, suami dan istri.”

Tatapan Raisa begitu polos namun bagi Rendra dan Arsyi, kalimat itu terdengar bagai palu godam.

“Bagaimana caranya?” tanya Rendra, suaranya dingin tapi tegang.

Raisa menatap mereka penuh rasa ingin tahu. “Malam ini, aku akan memeriksa kamar kalian berdua. Aku ingin lihat... benar tidak kalian suami istri. Tentu saja itu bukan masalah untuk kalian, bukan?”

Arsyi terbatuk kecil, mencoba melawan gugup.

“Ehm… tidur sekamar? Ya Tuhan… tentu saja kami biasanya begitu kan, Suamiku?” Ia menoleh pada Rendra dengan senyum penuh makna.

Rendra menatap Arsyi dengan sorot mematikan, seolah dalam hitungan detik akan melempar wanita itu keluar jendela. Namun di depan Raisa, ia tidak bisa membantah.

“Benar.” Jawabnya singkat, penuh keterpaksaan.

Raisa tersenyum samar, matanya meneliti wajah keduanya. “Kalau begitu, aku akan perhatikan malam ini. Jangan kunci pintu kamar kalian. Aku ingin yakin, kalau kalian memang bersama.”

Arsyi tersenyum gugup, sementara mata Rendra hampir keluar saking kesalnya.

Malam pun tiba.

Di kamar luas yang biasanya hanya dihuni Rendra, kini Arsyi berdiri canggung dengan piyama sederhana. Ia meletakkan baby Aidan yang sudah tertidur di ranjang bayi yang disiapkan dadakan.

Rendra melipat tangan di dada, menatap wanita itu tajam. “Aku tidak percaya aku harus melalui ini.”

Arsyi membalas dengan senyum canggung. “Tenang saja, Tuan suami. Kita hanya perlu pura-pura. Lagipula, saya janji tidak akan menyentuh sejengkal pun tubuh Tuan… kecuali Tuan suami yang mulai.”

“Arsyi!” Suara Rendra hampir meledak, tapi ia buru-buru menurunkannya ketika mendengar langkah kaki mendekat.

Benar saja, pintu kamar terbuka perlahan. Raisa muncul, berdiri di ambang pintu. Wajahnya datar, penuh selidik.

Arsyi langsung melompat ke ranjang, menarik selimut lalu menepuk sisi ranjang dengan manis. “Ayo, Sayang. Jangan biarkan istrimu tidur sendirian, kemarilah...”

Rendra berdiri kaku, wajahnya kelam. Namun demi sandiwara, akhirnya ia berjalan mendekat dan berbaring di sisi ranjang dengan ekspresi dingin membatu.

Raisa memperhatikan mereka lama, seolah sedang menilai kebenaran. Bibirnya akhirnya melengkung samar. “Tapi Arsyi, kenapa kamu masih menutupi kepalamu dengan kerudung di depan suamimu sendiri?“

Arsyi gelagapan, dia melirik ke arah Rendra namun pria itu malah terdiam. Dengan tangan gemetar, Arsyi mencoba mulai menarik jilbab instannya dari bawah.

“Aih! Aku haus! Sudahlah, aku mau cari minuman segar di dapur..." Raisa berbalik pergi lalu menutup pintu perlahan, meninggalkan keduanya dalam kamar yang kini dipenuhi hawa tegang luar biasa.

Arsyi menghela nafas lega, dia menoleh pelan pada Rendra. “Hampir saja. Tapi Tuan, kenapa Anda tidak membantu? Jangan-jangan… Anda diam-diam menikmati kesulitan saya tadi?”

Rendra turun dari ranjang, meski ada senyum samar di bibirnya. “Kamu berlebihan, aku juga tidak tau harus berbuat apa tadi. Sekarang tidurlah... aku akan tidur di sofa.“

Arsyi menyipitkan matanya, sepertinya Rendra sengaja ingin balas dendam jadi sengaja tak membantunya tadi.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya kamar Rendra berubah menjadi panggung sandiwara.

Keesokan paginya, ruang makan besar di rumah itu terasa sangat berbeda. Biasanya hanya dipenuhi kesunyian dan tatapan dingin Rendra, kini Raisa duduk di ujung meja dengan senyum samar. Tatapannya terus berpindah antara Rendra dan Arsyi, seolah sedang menilai sebuah pertunjukan.

Arsyi duduk di samping Rendra, menggendong baby Aidan yang masih setengah terlelap. Ia tampak santai, bahkan sempat menyeruput teh dengan ekspresi seperti biasa.

Rendra sebaliknya, duduknya kaku dengan wajah dingin membatu.

Tiba-tiba, Raisa bersuara. “Sekarang, tunjukkan lagi padaku kalau kalian suami isteri."

Rendra mendongak, suaranya berat. “Buktikan lagi, bagaimana maksudmu?”

Raisa menatap mereka dengan polos. “Suami dan istri biasanya saling menggenggam tangan… atau berpelukan. Aku ingin melihat itu. Kalau kalian sungguh-sungguh bersama, tentu saja itu mudah.”

Arsyi hampir menyemburkan tehnya, tapi cepat-cepat menutup mulut.

Rendra melirik Arsyi tajam, jelas tak berniat menuruti. Tapi sebelum ia sempat bicara, Arsyi sudah mendahului.

Dengan wajah berseri-seri, Arsyi meletakkan baby Aidan di stroller di samping kursinya. Lalu, ia meraih tangan Rendra yang sedang memegang sendok. “Ayo, Sayang. Jangan malu, pegang tanganku di depan Raisa.”

Rendra nyaris tersedak supnya sendiri. “Arsyi…” suaranya seperti peringatan dingin.

Namun Raisa menatap mereka lekat-lekat, penuh rasa ingin tahu.

Akhirnya, dengan wajah kelam seperti langit mendung, Rendra membiarkan tangannya digenggam. Jemarinya kaku, seolah sedang memegang batu, bukan tangan manusia.

Arsyi tersenyum puas, lalu menepuk-nepuk tangan Rendra dengan manis. “Nah, lihat kan... Raisa? Kami selalu begini. Dia memang tampak dingin, tapi sebenarnya… suami yang hangat di balik sikapnya.”

Pelayan di sudut ruangan menahan tawa mereka.

Raisa menatap lama, lalu mengangguk kecil. “Hmm… baiklah. Tapi aku ingin lihat kalian berpelukan juga, suami istri biasanya berpelukan.”

Rendra langsung meletakkan sendoknya dengan suara ting yang keras, menatap Raisa seolah ingin berkata cukup sudah. Tapi Raisa hanya memandang dengan mata polos penuh selidik.

Arsyi yang sudah tak tahan melihat wajah Rendra yang semakin kelam, akhirnya berdiri. Ia melingkarkan tangan ke bahu Rendra, mendekat dengan ekspresi manja yang dibuat-buat.

“Ayo, Suami. Jangan membuat sahabatmu kecewa. Satu pelukan saja, ya...”

Rendra menggeram pelan, wajahnya merah padam antara marah dan malu. Namun demi menjaga situasi, akhirnya ia menarik napas panjang dan dengan gerakan secepat kilat memeluk Arsyi sebentar lalu langsung melepasnya.

Raisa tersenyum kecil, matanya berbinar. “Aku senang... melihat kalian bahagia dan saling mencintai.”

Suasana sarapan pun berubah aneh. Dan di luar ruang makan, para pelayan bergosip lirih.

“Kasihan sekali Tuan…”

“Kasihan? Menurutku lucu, baru kali ini aku melihat Tuan dipeluk tanpa bisa menolak.”

“Shhh! Kalau sampai Tuan dengar, kita semua tamat!”

Di dalam sana suasana canggung, sementara diluar para pelayan terkekeh geli.

1
Azahra Rahma
Rendra semoga kamu datang utk menolong Daniel dan Raisa
Azahra Rahma
kenapa banyak sekali penghianat??? Daniel kamu gak boleh mati,,kamu harus selalu hidup utk menjaga Raisa ,,,dan semoga kalian nnti bisa bersatu hidup bahagia
Indriani Kartini
Thor jangan bwt Daniel m'ninggal ya Thor jodohkn dia dengan raisa
Azahra Rahma
ceritanya makin seru dan makin menegangkan
Heni Mulyani
lanjut
Yuliana Tunru
smoga rendra bisa hancurkan bisnis erlqn dan kkga x agar tak bisa lg berkuasa..smoga selamat raisa knpbtak pindah kota sih..
Tiara Bella
ada aja penghianat nya.....Daniel jangan mati dl Thor.....
Siti Zaid
Pasti seseorang akan menyelamat mereka...Danial dan Raisa😢
Zeni Supriyadi
😭😭 Daniel jgn meninggal dulu siapa yg akan melindungi, menjaga, dan mencintai Raisa ... kasian amat sih mereka, Rendra anak buahnya kurang banyak apa sampai Daniel kalah😭
Aditya hp/ bunda Lia: bener
total 1 replies
Dian Rahmawati
jangan sampe daniel mati
Rohmi Yatun
jgn dibikin mati si Daniel Thor... 🙏
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
waduh trnyata uang bikin orang berkhianat
Nureliya Yajid
lanjut thor
Nie
kok Daniel mati trus Raisa bagaimana..
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
seru banget ya ceritanya dan bikin tegang bacanya
Dian Rahmawati
rendra semangat menjaga aidan,arsyi,raisya
Siti Zaid
Author..terus..semangat lagi💪💪💪
Nureliya Yajid
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!