Masalah ekonomi membuat sepasang suami istri terpaksa harus tinggal di salah satu rumah orang tua mereka setelah menikah. Dan mereka memutuskan untuk tinggal di rumah orang tua sang istri, Namira.
Namira memiliki adik perempuan yang masih remaja dan tengah mabuk asmara. Suatu hari, Dava suami Namira merasa tertarik dengan pesona adik iparnya.
Bagaimana kisah mereka?
Jangan lupa follow ig @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diterima Kerja
Pagi-pagi sekali Namira berangkat ke rumah sakit bersama sang ibu guna mengambil nomer antrian. Sementara Sera pergi bersama Dava menuju tempat dimana Sera akan bekerja di sana. Sebelumnya Edo sudah memberi nomer temannya pada Dava, jadi Dava bisa menghubungi teman Edo tersebut dan mengatakan jika mereka sudah sampai di kafe.
Seorang wanita keluar dari kafe tersebut dan menghampiri Sera dan Dava yang duduk di salah satu meja pengunjung. Kafe nya belum buka karena masih terlalu pagi.
Wanita itu ikut duduk bergabung di meja mereka. Pandangannya tertuju pada Sera.
"Jadi kamu yang mau bekerja di sini?" tanya wanita itu lekas di angguki oleh Sera.
"Iya, kak."
Wanita itu lekas mengulurkan tangannya pada Sera dan memperkenalkan diri.
"Saya Fani."
Sera menjabat tangan wanita itu.
"Sera."
Pandangan Fani beralih pada Dava.
"Edo sudah kasih tahu kamu kan aturan apa saja untuk karyawan yang ada bekerja di kafe ini?"
"Iya, aku sudah kasih tahu Sera juga," jawab Dava.
"Jadi kamu setuju buat kerja di sini?"
Sera mengangguk. "Iya, kak."
"Bagus. Untuk masalah gaji, kamu gak masalah kan kalau di hitung per jam. Karena kamu sendiri yang minta kerja di sini dengan jam kerja sesuai kemauan kamu."
Sera melirik ke arah kakak iparnya dan Dava memberi sebuah kode berupa anggukan kecil. Gadis itu pun setuju dengan Fani.
"Iya, kak. Aku tidak masalah untuk itu."
"Bagus. Hari ini kamu udah bisa mulai kerja di sini. Minggu full kan?"
Sera mengangguk membenarkan.
"Kafe buka mulai sembilan pagi, jadi nanti kamu pulangnya jam lima sore. Apa kamu keberatan?"
Sera menggeleng. "Sama sekali enggak, kak. Aku justru sangat berterima kasih sama kakak, karena karena udah kasih aku kerjaan sesuai dengan porsi jam yang aku mau."
"Iya, sama-sama. Kalau begitu kamu bisa ikut saya ke belakang?"
Sera mengangguk. "Iya, kak."
Fani pun memberi anggukan kecil pada Dava sebagai bentuk pamitnya sebelum kemudian beranjak dari sana. Dava mengatakan sesuatu pada Sera sebelum gadis itu pergi bersama Fani.
"Semoga betah kerja di sini, ya. Kalau ada apa-apa bilang aja."
"Iya, kak. Makasih ya udah bantuin aku cari kerja buat aku ganti bayar spp sekolah."
"Iya, santai aja."
Sera beruntung sekali memiliki kakak ipar yang begitu perduli dengannya.
"Aku gak bisa nungguin kamu di sini, tapi nanti aku pasti bakal balik lagi ke sini buat jemput kalau kamu selesai kerja nanti."
"Iya, kak. Hati-hati di jalan, ya."
"Iya."
Dava mengusap rambut puncak kepala Sera sebelum kemudian dia pergi dari sana.
"Seraaa .." panggil Fani dari belakang.
"Iya, kak," sahut Sera langsung bergegas menyusul Fani ke belakang.
Sementara di rumah sakit, Namira harus mengantri dengan pasien yang lain yang ingin kontrol. Tiba-tiba saja ibunya mengeluh sakit dan tubuhnya terasa lemas. Bukan hanya itu, wajah bu Ita bahkan kini tampak putih pucat.
"Bu, sabar ya, bu," Namira berusaha menenangkan sang ibu untuk bertahan.
Akan tetapi, kondisi bu Ita tiba-tiba saja memburuk. Wanita itu kini tidak sadarkan diri. Seketika Namira panik dan cemas.
Akhirnya, bu Ita di larikan ke UGD. Namira mencari ponselnya di tas dan langsung menghubungi suaminya. Akan tetapi, sudah beberapa kali ia mencoba menelepon Dava, pria itu tidak kunjung menjawab teleponnya. Sebab saat ini Dava sedang dalam perjalanan dan hp nya kebetulan di silent.
_Bersambung_