Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
Mas Randi tetap tidak bisa di hubungi, dari kemarin hingga hari ini aku tidak bisa berbicara pada mas Randi.
"Mas Randi belum bisa di hubungi mbak?" Gita bertanya pada ku.
"Belum, entah kemana Mas Randi kenapa nomor nya tidak bisa di hubungi!" Aku merasa kesal karena hingga hari ini mas Randi tetap tidak bisa di hubungi.
"Mungkin dia lagi sibuk mbak, ada urusan atau acara kumpul keluarga gitu. Jadi karena tidak mau di ganggu mungkin mas Randi sengaja mematikan ponsel nya!" Gita tampak ingin menenangkan diri ku.
"Mungkin saja!" Aku pun menduga hal yang sama.
"Dari pada mbak boring kek gini, gimana kalau kita keluar berdua yuk!" gita memberi ku saran.
"Gak ah, mbak lagi malas buat keluar. Mbak mau istirahat di rumah aja. 3 hari lagi mbak udah harus masuk kerja lagi, mbak pengen santai di rumah aja!" Aku menolak saran Gita untuk keluar.
"Duh, mbak gak asik banget sih. Masa lebaran cuma di rumah aja!" Gita cemberut karena aku menolak keinginan nya.
"Nanti sore mbak mau kembali ke rumah mbak, ikut nginep di rumah mbak yuk. Mbak sendirian, suami mbak lagi di kampung halaman nya!" Aku mengajak Gita untuk nginep di rumah ku.
"Gak ah mbak, aku udah kangen sama teman - teman aku di sini. Aku mau kumpul - kumpul bareng mereka!" Gita menolak ajakan ku.
"Ya udah deh, nanti sore mbak kembali ke rumah. pengen tiduran aja enak nya!" Aku ingin beristirahat saja menghabis kan waktu liburan ini.
Sore hari nya aku kembali ke rumah ku, hingga aku tiba di rumah pun mas Randi masih belum bisa di hubungi.
"Kemana sih mas Randi? masa kumpul keluarga saja hp harus di matiin sih!" Aku kesal dengan mas Randi.
Malam ini aku makan hanya dengan telur ceplok saja, aku lagi bosan makan makanan berlemak khas lebaran. Aku menyimpan rendang pemberian dari tante Nadin di kulkas, aku lagi malas makan makanan seperti itu.
Ponsel ku berdering setelah aku selesai sholat isya, aku melihat mbak Hera yang menelepon ku.
"Mbak Hera, ada apa ya?" Aku berguman sambil melihat layar ponsel ku.
Karena merasa penasaran dan aku juga ingin tahu kenapa mas Randi tidak bisa di hubungi, akhir nya aku menjawab panggilan dari mbak Hera.
"Hallo Assalam mu'alaikum!" Aku langsung mengucap kan salam.
"Hallo dek, ini mas Randi!" Aku mendengar suara mas Randi di seberang sana.
"Mas, kok kamu pake ponsel nya mbak Hera? aku telepon mas dari kemarin kok gak bisa!" Aku langsung bertanya pada suami ku.
"Maaf dek, ponsel mas Jatuh di dalam ember karena anak nya mbak Hera nabrak mas, jadi ponsel mas rusak!" Mas Randi memberi tahu ku apa yang terjadi.
"Oh, pantes saja aku telepon kok gak bisa!" kini aku mengerti kenapa suami ku tidak bisa di hubungi.
"Dek, tolong kirimi mas uang ya, mas mau beli ponsel baru. Ponsel mas udah gak bisa di gunakan lagi!" Mas Randi meminta uang pada ku.
"Iya mas, berapa mas?" Aku langsung bertanya pada suami ku.
"30 juta aja dek!" Mas Randi menyebut kan nominal uang nya.
"Mas, sementara ini beli ponsel Android biasa aja dulu. Nanti setelah mas kembali ke Jakarta, baru kita beli ponsel lagi!" Aku memberi saran pada mas Randi.
"Duh dek, nambah kerjaan aja, mas beli ponsel di sini aja deh. Kan sama aja beli di sini atau di sana!" Mas Randi seperti nya tidak suka jika aku meminta nya membeli ponsel di sini.
"Ya udah deh mas, aku transfer ya!" Aku pun menuruti keinginan suami ku.
"Makasih sayang, kau memang istri ku yang paling pengertian!" Suara mas Randi langsung terdengar gembira.
"Iya mas, nanti kalau udah beli ponsel segera kabari aku mas!" Aku senang setelah mendengar suara suami ku.
"Pasti sayang, setelah mas beli ponsel baru mas pasti kabari kamu, dah sayang!" Mas Randi segera memutuskan panggilan telepon nya dengan terburu -buru, padahal aku masih kangen sama dia.
Aku pun langsung mentransfer uang sejumlah yang di minta oleh mas Randi. Aku tahu mas Randi ingin membeli ponsel keluaran terbaru dengan logo Apel di gigit, mas Randi terlalu gengsi jika memakai ponsel biasa. Padahal sebelum menikah dengan ku dia hanya menggunakan ponsel Android biasa seharga 2 jutaan.
"Bi, nanti bibi masak ya buat mas Randi, dia pulang hari ini, semua bahan nya ada di kulkas. Aku mau langsung berangkat bekerja!" Aku memberi tahu bi Sri, Art di rumah ku yang datang di pagi hari dan pulang di sore hari.
"Baik bu! Bapak jadi pulang hari ini bu?" Bi Sri bertanya pada ku.
"Iya bi, bibi jangan lupa masak sup daging ya. Mas Randi kan suka sekali sama sup daging!" Aku mengingat kan bi Sri agar memasak makanan kesukaan suami ku.
"Selain masak sup daging, apa lagi menu yang mau di masak bu?" Bi Sri bertanya pada ku.
"Bibi buat kan sambel juga, jangan lupa buat ayam goreng kecap ya. Tolong sekalian buat puding jagung juga bi!" Aku menyebut kan makanan kesukaan mas Randi untuk menyambut nya pulang nanti.
"Baik bu!" Bi Sri mengangguk kan kepala nya tanda dia mengerti.
Hari ini mas Randi akan pulang kembali setelah mudik dari Kampung halaman nya, lusa mas Randi baru masuk kerja lagi. Sementara aku sudah msuk kerja sejak 2 hari yang lalu.
Aku sengaja meminta bi Sri untuk memasak buat mas Randi, karena aku harus pergi bekerja pagi ini. Mas Randi akan pulang dengan pesawat siang ini, aku tidak bisa menjemput nya karena aku ada meeting setelah makan siang nanti.
"Hallo mas, jam berapa mas pulang nanti?" Aku bertanya pada mas Randi melalui sambungan telepon.
"Mas berangkat dengan pesawat siang dek, nanti bisa jemput mas ya di bandara!" Mas Randi meminta ku untuk menjemput nya siang nanti.
"Maaf mas, aku ada meeting habis makan siang, mas bisa pulang naik taksi aja ya!" Aku memberi tahu mas Randi bahwa aku tidak bisa menjemput nya.
"Ya udah deh, dek ibu mau bicara!" Mas Randi berkata dan dia memberikan ponsel nya pada ibu mertua ku.
"Iya hallo bu!" Aku menyapa ibu mertua ku di seberang sana.
"Hallo Rin, Rin ibu punya hadiah buat kamu. Hadiah nya akan sampai barengan Randi nanti, ibu harap kau suka hadiah dari ibu!" ibu mertua ku berkata di seberang sana.
"Bu, apapun itu hadiah dari ibu, aku akan menerima nya dengan senang hati!" Aku berkata sambil masuk ke dalam mobil ku.
"Harus itu, ibu memberikan hadiah yang sangat menguntungkan untuk kita semua, termasuk untuk diri mu. Kau tidak boleh menolak hadiah ini!" ibu mertua ku berkata lagi.
"Insya Allah bu, apapun hadiah nya aku akan menerima nya dengan senang hati!" Aku berkata sambil melajukan mobil ku meninggal kan halaman rumah.
"Bagus lah, Kamu tunggu saja hadiah nya tiba siang nanti!" ibu mertua menyerah kan ponsel mas Randi kembali.
"Mas, aku udah di jalan ya. Kita ketemu di rumah nanti, maaf ya mas aku gak bisa jemput nanti!" Aku pun berbicara sambil fokus pada jalan di depan ku.
"Iya dek, sampai jumpa!" Mas Randi mematikan sambungan telepon dari ku.
Aku tidak sabar ingin segera bertemu dengan suami ku, sudah hampir dua minggu aku tidak bertemu dengan suami ku. Aku pun penasaran dengan hadiah apa yang di berikan oleh ibu mertua ku.