Bercerita tentang seorang permaisuri bernama Calista Abriella, yang telah mengabdi pada kekaisaran selama 10 tahunnya lamanya. Calista begitu mencintai Kaisar dan rela melakukan apa saja untuknya, namun cinta tulus Calista tak pernah berbalas.
Sampai suatu peristiwa jatuhnya permaisuri ke kolam, membuat sifat Calista berubah. Ia tak lagi mengharap cinta kaisar dan hidup sesuai keinginannya tanpa mengikuti aturan lagi.
Kaisar yang menyadari perilaku Calista yang berbeda merasa kesal. Sosok yang selalu mengatakan cinta itu, kini selalu mengacuhkannya dan begitu dingin.
Akankah sifat Calista yang berbeda membuat kaisar semakin membencinya atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kleo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Kebencian Leonardo
...Kilas Balik...
12 tahun yang lalu...
“Putra Mahkota, hari ini secara resmi putri duke Kedrick akan memulai debutnya di pergaulan sosial. Anda harus datang ke pestanya malam ini,” ucap Wiliam mengingatkan.
Leonardo mendesah kesal, “Pada akhirnya aku harus menemui wanita yang dijodohkan secara paksa deganku.”
“Anda tidak bisa terus menghindarinya, lagi pula tidak ada salahnya mengikuti keinginan Yang Mulia Kaisar dan permaisuri.”
“Ya, kau pun memihak mereka.”
“Rasanya memuakkan harus mengikuti setiap perkataan mereka, bahkan harus menikah dengan wanita yang tidak kucintai sama sekali.”
Mengapa aku jadi mengingat Abel, kemarin dia memutuskan semuanya secara mendadak. Leonardo.
‘Maafkan aku Leon, sepertinya kita tidak bisa lagi bertemu'
‘Aku tidak bisa terus bertemu dengan orang ingin menikah,'
‘Semoga nanti kehidupan pernikahanmu akan bahagia,’
“Abel, padahal aku sudah sangat dekat dengannya. Kenapa dia harus pergi begitu saja hanya karna mendengar kabar tentang pernikahanku,” gerutu Leonardo.
“Tampaknya Anda sedang dekat dengan seseorang Yang Mulia? Ayo ceritakan pada saya siapa orangnya?”
“Memangnya jika aku menceritakannya padamu ada yang berubah?” tanya Leonardo sembari menyandarkan tubuhnya di kursi.
“Ya, mungkin saja saya bisa memberi saran,” balas Wiliam.
“Saat pergi melihat kota, aku bertemu dengan seorang wanita tanpa sengaja, namanya Abel, dia orang yang baik dan cara bicaranya pun begitu sopan.”
“Aku sering menemuinya sekedar untuk berbicara tentang masalahku, ia dengan tulus mendengarkan semua cerita dariku,” terang Leonardo sembari mengingat sosok wanita itu.
“Rasanya aku merasa senang berada di dekatnya. Tapi kemarin dia memutuskan semua setelah mendengar kabar pernikahanku.”
“Oh jadi itu yang membuat Anda tak bersemangat hari ini?”
“Anda tahu Yang Mulia, dari cerita Anda saya merasa curiga jika sosok bernama Abel itu bukan rakyat biasa melainkan seorang bangsawan.”
“Tidak Wil, wanita bangsawan mana yang ingin memanjat pohon? Setiap kali aku bertemu dengannya, kami selalu duduk di atas pohon.”
“Oh, tempat pertemuan Anda tidak biasa, Ya.”
...****************...
Malam itu dengan berat hati Leonardo pergi ke kediaman Duke Kedrick. Semua orang menyambut kedatangannya, banyak nona bangsawan muda yang terpikat akan ketampanan Leonardo, seolah pemeran utama pesta adalah dirinya bukan Calista.
Tapi itu hanya sesaat, saat Calista datang, ia mengguncang pesta, bagai seorang bidadari yang turun dari langit, setiap langkahnya menggambarkan dirinya benar-benar seorang putri, keanggunan dan kewibawaan tergambar jelas dalam dirinya.
“Terima kasih telah hadir di pasta yang saya buat, semoga para tuan dan nyonya dapat menikmati pesta dengan nyaman,” ucap Calista sembari mengangkat kedua sisi gaunnya untuk memberi hormat.
Wanita itu kemudian berjalan menghampiri Leonardo, senyumnya mengembang kala Leonardo menatap dirinya.
“Salam pada Putra Mahkota, Leonardo Edgar Alaric,” ucap Calista lagi.
Tapi Leon hanya diam, tak ada raut kesenangan di wajahnya.
“Leon, kita bertemu lagi,” ucap Calista yang kembali melemparkan senyum.
Perkataan Calista membuat amarah dalam dirinya membara, Abel yang selama ini ia kenal adalah Calista -- calon istrinya. Ia merasa ditipu oleh fakta tersebut, rasa suka akan sosok Abel pun seketika sirna, berganti dengan rasa benci pada Calista.
Kenapa semua orang begitu mudahnya mempermainkanku. Leonardo.
......Kilas Balik Selesai...
Leonardo kembali menyeruput tehnya, dan menghela nafas panjang.
Sosok Calista yang tertawa bahagia bersama Theodore, membuat dadanya terasa sesak.
“Sekarang kau memilih menjadi Abel dari pada menjadi seorang Callista,”
...****************...
Setelah puas menunggang kuda Calista dan Theodore kembali ke Istana, kala itu Calista mengantar Theodore ke istana pangeran, tapi perjalanan mereka tersendat di halaman depan istana pangeran.
Calista berhenti di sana saat matanya melihat pohon apel yang berbuah lebat.
“Theo lihat buah apel itu sangat ranum.”
“Apa Theo ingin mencoba apel yang baru dari petik?” tanya Calista.
“Ibu jangan bilang kau ingin mengambil apel itu sendiri. Jika ingin, kita bisa memanggil pelayan untuk mengambilnya."
Calista tertawa kecil karna rencananya diketahui Theodore, “Ha, ha, Tenang saja putraku, ibu ini ahli dalam memanjat.”
“Ibu jangan naik, jika kau jatuh bagaimana?”
Calista tak mengidahkan perkataan putranya. Ia tetap naik dan mengambil apel yang ia inginkan.
“Theo tolong ibu untuk mengambil apel yang ibu jatuhkan, ya.”
Mau tidak mau Theodore mengikuti perkataan sang ibu, benar apa yang dikatakan Calista buah apel itu ranum dan terlihat enak untuk segera dimakan.
Akan tetapi apa yang di khawatirkan Theodore benar terjadi, dahan tempat Calista berpijak patah, tanpa sempat berpindah tubuh Calista pun terjatuh.
“Ya, Ampun!”
Wanita itu pasrah jika nanti ia harus merasakan sakit karna jatuh dari ketinggian, ia menutup matanya agar tak merasa takut.
‘Trapppp...!’
Apa sekarang aku sudah jatuh ke tanah? Kenapa rasanya tidak sakit? Calista.
Calista membuka matanya secara perlahan dan terlihatlah wajah pria yang sudah lama ia kenal, wajah yang terkena sinar matahari itu tampak semakin tampan.
Untuk sesaat dua pasang mata itu saling menatap satu sama lain.
“Kenapa kau tidak berhati-hati Calista?” tegur Leonardo sembari menyandarkan Calista di batang pohon apel tersebut.
“Apa ada yang terluka?” tanya Leonardo lagi.
Calista hanya diam menatap wajah yang masih sama datarnya seperti dulu, kini tengah memperhatikan keselamatan dirinya.
“Theo kau baik-baik saja putraku?”
“Ya, Ayah aku baik-baik saja, tolong perhatikan ibu saja siapa tahu dia terluka,” balas Theodore yang berjalan mendekat menghampiri kedua orang tuanya.
“Calista kenapa kau hanya diam? Katakan padaku bagian mana dari tubuhmu yang sakit?
“Padahal kau baru saja sembuh, seharusnya kau lebih memperhatikan kesehatanmu.”
Calista yang sejak tadi hanya diam dan menatap lekat wajah suaminya itu pun menggeleng.
“Saya baik-baik saja, tak perlu memperhatikan saya," balas Calista yang juga masih sama dinginnya.
sblmnya aku mendukung Aaron, skrg males banget