Menikah sekali seumur hidup adalah mimpi Adel. Namun, gadis berhijab yang memiliki nama lengkap Dandelion Az-Zahra itu harus menerima kenyataan bahwa pernikahannya dengan orang yang pernah ia sukai di masa putih abu itu bukanlah pernikahan impiannya. Karena, Sakha Rafardhan, menikahinya hanya sebatas rasa bakti kepada sang ayah di akhir hayatnya yang ingin melihat putra semata wayangnya menikah. Sementara sang kekasih yang akan ia nikahi justru hilang bak di telan bumi tanpa meninggalkan pesan apapun kepadanya.
" Jangan berharap lebih dari pernikahan ini. Aku terpaksa menikahimu karena Lisa tiba-tiba hilang tanpa kabar. Jika aku telah menemukannya kembali, maka di saat itu pula pernikahan ini berakhir". Sakha
" Sampai waktunya tiba, izinkan aku tetap melaksanakan tugasku sebagai istrimu. Karena apapun alasanmu menikahi ku, aku tetaplah istrimu." Adel
Bagaimana perjalanan mahligai rumah tangga mereka di saat akhirnya Sakha bisa menemukan Lisa?
Benarkah tidak ada cinta untuk Adel?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DBW 10 Jalan-jalan Sore
Di Batas Waktu (10)
" Sakha cepat kesini. Barusan aku lihat Lisa bersama laki-laki ke rumah sakit", suara seseorang di sebrang sana terdengar juga di telinga Adel.
Sakha segera berlalu ke dalam kamar untuk melanjutkan obrolannya.
Apakah kamu akan berubah pikiran, Mas? Tiba-tiba Adel merasa khawatir.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Adel hanya menghela nafas. Ia tak ingin memikirkannya. Sebenarnya jauh lebih baik jika Sakha menyelesaikan dulu masalah di masa lalunya sebelum memulai hubungan yang baru. Bagaimanapun Sakha belum pernah putus dengan Lisa. Walau kini posisi Adel di atas Lisa, tapi terkadang keberadaan kata putus juga di anggap penting sebagian orang.
Adzan Dzuhur berkumandang, Adel segera membereskan laptop dan cemilan yang ia bawa tadi. Setelah itu melaksanakan sholat dan langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Akhir-akhir ini Adel memang mudah mengantuk.
Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Adel terlelap. Sementara Sakha yang pergi satelah ada panggilan telepon baru kembali. Di tatapnya wajah Adel dalam keadaan tidur. Ada perasaan bersalah di hatinya. Tapi, entah kenapa mendengar informasi tentang Lisa, tubuhnya seolah bergerak otomatis.
" Maaf", ucapnya sambil mengelus wajah Adel dengan punggung tangannya.
Adel yang benar-benar pulas, tidak bergeming sedikitpun. Akhirnya Sakha ikut merebahkan tubuhnya di samping Adel dan menarik tubuh Adel ke dalam dekapannya. Aroma dari tubuh Adel memang menenangkan. Baru sebentar, Sakha sudah ikut terlelap.
***
" Kita akan kemana?", tanya Adel sesaat setelah duduk di dalam mobil.
Sakha mencondongkan tubuhnya membantu Adel yang akan memasang safety belt. Adel berusaha menetralkan debaran jantungnya. Jarak sedekat ini selalu saja membuat jantungnya bekerja ekstra.
" Kamu mau kemana?", bukannya menjawab, Sakha malah balik bertanya. " Aku akan mengantarmu kemana pun kamu mau", jawab Sakha sambil memegang kemudi.
" Alun-alun kota", jawab Adel antusias. Entahlah tiba-tiba rasanya ingin menjajal jajanan pinggir jalan yang sudah lama tidak ia rasakan. Membayangkannya saja sudah membuatnya gembira.
" Baiklah, tuan putri. Kita kesana sekarang!", seru Sakha sambil mengemudikan mobilnya menuju alun-alun kota.
Adel merasa senang. Sikap Sakha yang hangat seperti ini baru dia rasakan. Apakah sikapnya yang seperti ini hanya ia tunjukkan pada Lisa? dan sekarang ia tunjukkan sikap itu kepadanya karena sekarang Sakha memutuskan untuk membuka hati untuknya?
Ya, Sakha ternyata tetap menepati janjinya untuk mengajak Adel pergi. Adel hanya mengikuti saja. Sejujurnya ia masih penasaran kemana Sakha tadi pergi, tapi ia belum memiliki keberanian untuk tahu kebenarannya.
Setelah sampai di tempat parkir, Sakha turun dari mobil dan langsung memutari mobil untuk membukakan pintu untuk Adel.
" Kita kesana dulu!", ajak Adel ketika melihat penjual bihun telur gulung. Sakha yang memang menggenggam tangan Adel hanya mengikuti kemanapun Adel menarik tangannya.
Setelah membeli bilor gulung, Adel mengajak Sakha membeli cilok, cakwe dan batagor. Adel rela mengantri walaupun antriannya panjang. Lalu Sakha?, ia setia menemani Adel .
" Apa kamu yakin bisa menghabiskan semuanya?", tanya Sakha saat mereka duduk di kursi panjang di bawah pohon. Melihat begitu banyaknya jajanan yang Adel beli.
" Insya Allah.", jawabnya sambil mulai memakan bilor gulung terlebih dahulu. " Mau?" tawar Adel.
Sakha langsung memakannya dari tangan Adel. Akhirnya, mereka memakan semua berdua. Lebih tepatnya Adel yang menyuapi Sakha.
Setelah selesai, mereka langsung ke masjid untuk menunaikan shalat Maghrib terlebih dahulu sebelum memutuskan pulang.
" Kita langsung pulang atau mau mampir ke suatu tempat dulu?", tanya Sakha sambil mengemudikan mobilnya.
"Langsung pulang saja", jawab Adel yang terlihat lelah padahal mereka hanya berjalan-jalan sebentar.
Sakha hanya mengangguk. Namun, belum lama Sakha mengendarai mobilnya, Adel mengagetkannya.
" Mas, berhenti!! ", Adel sedikit berteriak yang membuat Sakha mengerem mendadak.