Pernikahan Arya dan Ranti adalah sebuah ikatan yang dingin tanpa cinta. Sejak awal, Arya terpaksa menikahi Ranti karena keadaan, tetapi hatinya tak pernah bisa mencintai Ranti yang keras kepala dan arogan. Dia selalu ingin mengendalikan Arya, menuntut perhatian, dan tak segan-segan bersikap kasar jika keinginannya tak dipenuhi.
Segalanya berubah ketika Arya bertemu Alice, Gadis belasan tahun yang polos penuh kelembutan. Alice membawa kehangatan yang selama ini tidak pernah Arya rasakan dalam pernikahannya dengan Ranti. Tanpa ragu, Arya menikahi Alice sebagai istri kedua.
Ranti marah besar. Harga dirinya hancur karena Arya lebih memilih gadis muda daripada dirinya. Dengan segala cara, Ranti berusaha menghancurkan hubungan Arya dan Alice. Dia terus menebar fitnah, mempermalukan Alice di depan banyak orang, bahkan berusaha membuat Arya membenci Alice. Akankah Arya dan Alice bisa hidup bahagia? Atau justru Ranti berhasil menghancurkan hubungan Arya dan Alice?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erna BM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8 Jebakan Ranti Ke 2
Hari-hari dilalui Arya. Walau statusnya adalah suami istri, namun tidak sekalipun Arya menyentuh Ranti yang kini sudah menjadi istri sah. Namun begitu, Arya sangat bertanggung jawab dengan anaknya Sheila dan selalu memperhatikan kebutuhan yang Shela perlukan. Terlebih setelah usia Sheila menginjak satu tahun.
Suatu malam dengan banyaknya pekerjaan di depan laptop, Arya memanggil Ranti untuk mengambilkan minuman. Maka Ranti melangkah ke dapur membuatkan minuman untuk arya.
"Ini minuman kamu Arya. Cuma teh manis saja.Gak apa-apa kan?," ucap Ranti sambil meletakkan gelas minuman di atas meja. " Kamu tidak akan bisa jual mahal lagi arya. Setelah kau punya anak dua, pastinya kamu akan tunduk padaku," batin Ranti.
"Terima kasih," jawab Arya singkat, dan meneruskan pekerjaannya.
Sedikit demi sedikit Arya meminum minumannya. Hanya hitungan 3 menit, Arya mulai merasakan sakit di kepalanya. Wajahnya mulai memerah terasa panas. Seolah sesuatu akan terjadi. penglihatannya samar. Ranti tersenyum penuh kemenangan Ia mengajak Arya masuk ke kamarnya.
"Mas, kamu kenapa? kamu sakit yah? Mungkin kamu kelelahan di depan laptop terus. Ayo masuk kamar. Sebaiknya kamu istirahat dulu. Mungkin kecapekan"
"gak tahu, kepala aku tiba-tiba pusing. Badan kok rasanya panas"
Tentu saja Arya menurut di ajak Ranti masuk ke dalam kamar. Tubuh Arya yang atletis di rebahkan di atas ranjang. Arya mulai merasa panas seluruh badan. Ia melepaskan benang penutup tubuhnya. Melihat itu, Ranti pun ikut melepaskan benang penutup tubuhnya helai demi helai tanpa harus menunggu aba-aba. Kini mereka telah polos. Ranti membelai perlahan sesuatu di bawah Arya. Arya berubah menjadi liar menerkam tubuh Ranti. Hingga sesuatu itu terjadi lagi.
Mereka telah hanyut dalam pelukan yang memabukkan. Dengan liar mereka berpacu tanpa henti. Hingga tujuannya telah jauh ke atas puncak. Dan melepaskan hasrat masing-masing.
Pagi itu hadir dengan penuh keheningan yang lembut. Kabut tipis masih menyelimuti dedaunan, meninggalkan jejak embun yang berkilauan diterpa sinar matahari pertama. Angin sepoi-sepoi membawa aroma tanah basah.
Arya terbangun dengan rasa berat di kepalanya. Matanya yang masih buram mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya pagi yang masuk melalui celah jendela. Namun seketika, ia tersentak. Tubuhnya yang terbaring di atas ranjang tidak berbalut sehelai kain pun. Ia menoleh ke samping dan melihat Ranti juga dalam keadaan yang sama. Pakaian mereka berserakan tak beraturan.
Panik mulai menjalari tubuh Arya. Ia langsung menutup wajah dengan kedua tangannya, mencoba mengumpulkan ingatan tentang apa yang sebenarnya terjadi semalam. Namun, ingatannya seperti potongan-potongan film yang jelas dan tidak utuh atau tidak jelas. Arya mendesah, duduk di tepi ranjang sambil memegangi kepalanya. Ia merasa ada yang aneh. "Tapi apa?" batinnya.
Ingatannya tidak lengkap, tapi samar-samar ia mengingat sesuatu, sebuah perasaan aneh saat tubuhnya terasa lebih ringan dan hangat saat minum yang Ranti berikan padanya.
"Ranti! Apa yang kamu lakukan sama aku?"
"Ada apa si Ar? Teriak-teriak gitu? Masih pagi tahu gak sih?" Jawa Ranti sambil menguap menguletkan badannya.
Arya menatap Ranti tajam. "Kamu kasih apa minuman semalam?"
"Aduh Ar... segitu aja kok heboh sih. Wajarlah kita seperti ini. Namanya juga suami istri," ucap Ranti santai seolah tidak terjadi sesuatu.
"Kamu itu dasar picik yah!" Hardik Arya merasa kesal.
"Ar, aku mau punya anak lagi Ar... Kasihan Shela kesepian"
Mata Arya masih menatap Ranti. "Kamu mau punya anak yang di luar keinginan aku? gitu?"
"Arya! Kita ini suami istri. Jadi kamu harus paham itu!"
"Aku akan ceraikan kamu!"
Ucapan Arya membuat jantung Ranti berdegup keras. Rasa sakit menyengat hatinya. "Kamu gila yah! Kalau kamu ceraikan aku, bagaimana dengan Shela? bagaimana nasib dia tanpa ayah. Seenaknya kamu bicara seperti itu! Lantas, kalau aku hamil lagi? Bagaimana? Dua anak kita menjadi korban karena keegoisan kamu. Cih, dasar lelaki egois!" Umpat Ranti sambil melangkah masuk ke kamar mandi membersihkan dirinya.
Beberapa menit Ranti selesai mandi, ia melihat Arya masih duduk termangu di tepi tempat tidur. "Ar, Aku benar-benar ingin mempunyai satu anak lagi dari kamu. Aku serius Ar... "
"Apa maksud kamu menjebak Aku lagi? Pasti kamu ada maksud tertentu kan?"
"Arya, Aku benar-benar ingin punya anak lagi dari kamu."
"Sudahlah, aku gak mau ribut terus. Lebih baik aku pergi sekarang!" Ucap Arya meninggalkan Ranti.