Janda Kaya Tapi Perawan

Mengetahui Alexa ternyata Krystal adalah kejutan besar dalam hidup Boy. Boy bersyukur pada takdir yang mempertemukan mereka. Jika Krystal tidak menyamar menjadi Alexa untuk menemui nya, pasti Boy sekarang telah bersikap bodoh dengan menolak perjodohan seindah ini. Krystal menjadi takdir indah yang baru Boy sadari.

Kedua orangtua Boy juga tidak menyangka, kalau putra mereka berubah pikiran. Selain berjanji akan menjadi suami yang baik untuk Krystal kelak, Boy juga berjanji untuk hidup mandiri dan mulai bekerja. Dia tidak ingin menjadi beban orangtuanya lagi. Boy akan bekerja di toko bangunan ayahnya untuk memperoleh upah. Upah itulah yang menjadi uang jajan Boy nanti.

Biasanya Boy selalu bermain dan bersenang-senang, karena dia memutuskan ingin menikah muda, tentu dia harus belajar menjadi dewasa. Walau Krystal kaya raya dan tidak memerlukan nafkah lahir dari Boy, tetap saja sebagai laki-laki, Boy harus bekerja, memenuhi kewajibannya sebagai seorang suami.

Keesokan harinya, Boy membuktikan ucapannya. Dia bangun pagi sekali tidak seperti biasanya. Selesai mandi, Boy ingin sekali rasanya sholat, memenuhi kewajibannya sebagai insan beragama, tapi apalah daya, dia sendiri tidak bisa sholat. “Sebaiknya, Aku belajar sholat dan baca Al-Quran mulai sekarang. Aku tidak mau anak ku nanti sepertiku. Tapi belajar sama siapa? Ya sudah lah, nanti ku pikir lagi,” ucap Boy.

Boy keluar kamar dan sudah rapi. Dia lebih dahulu ke meja makan dibandingkan kedua orangtuanya. Sontak, Bram dan Nadia tercengang melihat perubahan sang anak. “Pagi, Pi, Mi,” sapa Boy.

“Papi tidak menyangka kalau Kamu serius ingin berubah,” kata Bram. Bram dan Nadia lalu duduk bergabung sarapan dengan Boy.

“Cie … yang lagi kasmaran. Kami benar kan kalau Krystal itu cantik?” Nadia ikut meledek putranya.

“Tidak jadi kabur, Boy?” ejek Ayahnya juga.

“Pi, Mi, udah dong! Aku malu,” sahut Boy.

“Oh ya Boy, Kamu jadi hari ini bantu Papi di toko bangunan?” tanya Bram.

“Jadi, setelah pulang kuliah Aku ke sana,” jawab Boy.

“Kalau Kamu sibuk kuliah dan bekerja, kapan Kamu belajar dan bertemu Krystal?” tanya Nadia.

“Itu bisa di atur, Mi,” jawab Boy enteng.

Setelah menyelesaikan sarapan di meja makan, Boy pamit pergi ke Kampus pada kedua orangtuanya. Dia mencium punggung tangan kedua orangtuanya, sesuatu yang tidak pernah Boy lakukan dulu. Saat keluar dari rumahnya, Boy kembali mendapat kejutan. Krystal tiba-tiba ada di depan rumahnya.

“Sayang, Kamu ada di sini?” Boy menyambut kedatangan Krystal dengan bahagia. “Kamu masih menyamar menjadi mahasiswi?” tanya Boy.

“Aku sudah berhenti menyamar karena masih banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan. Aku cuma mau mampir ke kampus, memberitahu Doni, Ryan dan Dena tentang pernikahan Kita dan siapa Aku,” jawab Krystal. “Ayo masuk! Aku bawa mobil sendiri hari ini, tidak di setir oleh Jelita,” kata Krystal lagi.

“Kalau begitu, Aku yang menyetir hari ini.”

“Dengan senang hati.”

Boy masuk ke mobil Krystal. Sementara Krystal duduk di sebelah Boy. Sambil menyetir mobil, Boy menggenggam erat tangan Krystal menggunakan sebelah tangannya. Sesekali Boy menciumi tangan mulus Krystal. Boy benar-benar sedang dimabuk cinta.

Tiba-tiba ponsel Krystal berdering, mengganggu suasana romantis Boy dan Krystal. “Sebentar,” ucap Krystal. Dia mengambil ponselnya dalam tas. Raut wajah Krystal berubah melihat siapa yang menelepon.

“Telepon dari siapa?” tanya Boy penasaran.

“Bukan apa-apa,” jawab Krystal bohong.

“Tapi ekspresi Kamu lain? Jujur sama Aku? Bukankah kunci dari awetnya hubungan adalah kejujuran dan kepercayaan?”

Krystal ragu, tapi akhirnya dia memutuskan memberitahu semua ke Boy. “Dari mantan suamiku,” jawab Krystal. Mendengar jawaban itu, Boy berubah sedih.

“Om nya Doni? Kalau tidak salah, namanya …”

“Saga Herlambang.”

“Aku dengar dari Doni, dia dokter spesialis bedah. Dia juga menjabat sebagai wakil direktur rumah sakit Medika.” Boy agak minder pada mantan suami Krystal, pasalnya Boy bukan siapa-siapa sekarang, dia hanya seorang mahasiswa hukum yang tidak jelas masa depannya apa.

“Hubungan Kami sudah lama berakhir. Kami juga sudah resmi bercerai sejak enam bulan yang lalu. Aku tidak punya perasaan lagi padanya.” Krystal sangat peka pada perasaan Boy. Untuk menenangkan hati Boy, Krystal langsung berinisiatif mencium tangan Boy dengan lembut dan berdurasi lama. Sontak, hati Boy langsung luluh.

“Sayang, Kamu …”

“I Love You,” ucap Krystal yang langsung memotong perkataan Boy. Boy pun tersenyum senang.

“I love you, too. Aku akan membuktikan kalau Kamu tidak salah memilihku.” Boy tiba-tiba menghentikan mobilnya. “Berisik banget sih telepon itu?” kesal Boy.

“Aku sudah memblokir nomornya, Aku juga sering ganti nomor. Entah kenapa dia selalu berhasil menemukan nomor teleponku,” jawab Krystal.

“Biar Aku yang bereskan, sini handphone Kamu!” pinta Boy, Krystal lalu memberikan ponselnya.

Boy mengangkat panggilan dari Saga. Saga senang luar biasa panggilan teleponnya akhirnya diangkat oleh Krystal. “Baby, akhirnya Kamu mengangkat teleponku,” ucap Saga.

“Siapa yang Kamu bilang Baby? Pacarku?”

“Kamu siapa?” Saga kesal ternyata yang mengangkat telepon bukan Krystal.

“Calon suami Krystal. Jangan ganggu Krystal Ku lagi, apalagi menghubunginya. Ini peringatan dariku. Kami seminggu lagi akan menikah.” Telepon langsung di tutup oleh Boy, nomor Saga langsung dia blokir.

“Apa? Hallo? Hallo? Kalian akan menikah? Hallo? Kurang ajar!” Saga tersulut emosi, ponselnya langsung dia banting.