NovelToon NovelToon
Yes ! Pak Suami

Yes ! Pak Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Cinta setelah menikah / Dijodohkan Orang Tua / Suami ideal / Bapak rumah tangga
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: PenaBucin

Alaska Krisan dan Dionna Patrania terlibat dalam sebuah konspirasi bernama perjodohan.

Demi bisa hidup tenang tanpa campur tangan Mamanya, Alaska akhirnya menuruti keinginan mamanya untuk menikahi Dionna . Spesis wanita yang berbanding terbalik dengan kriteria wanita idaman Alaska.

Bagi Dionna, Alaska itu tidak bisa ditebak, sekarang dia malaikat sedetik kemudian berubah lagi jadi iblis.
Kalau kesetanan dia bisa mengeluarkan seribu ekspresi, kecepatan omelannyapun melebihi tiga ratus lima puluh kata permenit dengan muka datar sedatar tembok semen tiga roda.

Ini bukan cerita tentang orang ketiga.

Ini tentang kisah cinta Alaska dan Dionna yang
"manis, asem , asin = Alaska orangnya."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBucin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Datang Bulan

BLAM !

Dionna berjingkat kaget. Alaska membanting pintu mobil kuat sekali sampai Dionna takut kalau pintu mobil itu akan copot dari sana.

Hening.

Belum ada suara yang keluar, Dionna pun enggan bersuara sepertinya suasana hati Alaska sedang tidak baik. Tapi tunggu dulu, bukankah tadi Dionna yang merasakan hal itu ? dan juga kenapa Alaska sesinis itu pada Dewangga ?

"Kita pulang sekarang."

"Tapi---"

"Kalau kamu masih ingin bermesraan dengan pria lain didalam sana silahkan turun dari mobilku, aku mau pulang ! "

"Bermesraan ?"

Dionna memang tidak bisa berekspetasi terlalu tinggi pada Alaska. Pria itu selalu punya hal yang bisa membolak-balikkan hati Dionna.

"8 menit 38 detik aku menunggu kamu didalam mobil ini. Awalnya kupikir antriannya panjang ternyata kamu sedang asyik terkikik hihihi , hahaha bersama pria lain." Ini bukan waktunya untuk menertawai Alaska yang baru saja memeragakan hihihi  hahaha yang garing. Pria itu terlihat serius dengan alis yang menukik. Apa Alaska sedang marah ?

"Dewangga itu teman SMAku" Dionna mencoba menjelaskan .

"Aku tidak pernah bertanya namanya."

"Aku cuma menjelaskan bahwa apa yang terjadi didalam itu tidak seperti yang ada di pikirkanmu."

"Jadi maksud kamu aku mengada-ngada ?"

Sebenarnya Dionna malas untuk berdebat dengan Alaska, sejak keluar dari cafe perutnya mulai terasa tidak nyaman.

"Maksudku bukan---"

Alaska menghembuskan napas kasar yang kentara sengaja biar didengar Dionna "Sudahlah, kita pulang sekarang !" suaranya terdengar kasar

Dionna memegang perutnya yang tiba-tiba sakit. Sepertinya akan ada tamu bulanan yang datang padanya sekarang . Sungguh perpaduan yang indah diomeli Alaska dan sakit perut datang bulan.

Tak lagi menyahut , Dionna menyandarkan kepalanya kebelakang. Perutnya semakin sakit, seperti digiling. Bibirnya mulai memucat dengan keringat tipis yang keluar didahinya.

"Dionna kamu kenapa ?" Wanita itu tenggelam oleh rasa sakitnya sehingga tidak mendengar Alaska yang terus menerus memanggilnya.

"Dionna ?"

Ia membuka matanya yang dipejam begitu kuat karena menahan rasa sakit. Dilihatnya Alaska sudah berada di depan wajahnya, sangat dekat hingga harum napasnya menyapu permukaan wajah Dionna. Pria itu meletakkan punggung tangannya kedahi Dionna.

"Perutku sakit." Keluhnya sambil meringis masih memegangi perutnya

"Kita kedokter sekarang."

Dionna menggeleng "Sepertinya nyeri karena datang bulan."

"H-hah datang bulan ?" Dionna memaksa mengangguk , nyerinya semakin kuat dan matanya kembali terpejam.

"A-aku harus apa ?" Alaska bingung tidak tahu harus berbuat apa, dia tidak tahu apapun tentang wanita yang sedang datang bulan.

Mengandalkan akal sehat dan pemikiran logisnya Alaska lebih dulu singgah keapotek untuk membeli obat pereda nyeri datang bulan. Alaska iba melihat Dionna yang semakin pucat menahan nyeri.

"Kamu dari mana ?" tanya Dionna saat Alaska mengeluarkan beberapa obat pereda nyeri yang ia dapat diapotik.

"Minum ini, katanya ini obat yang bisa menghilangkan nyeri datang bulan." Obatnya sudah Alaska buka , dia juga sudah membeli air mineral.

Dionna menolak "Tidak perlu minum obat, nyerinya memang seperti ini kalau aku datang bulan. "

"Tapi kamu sangat pucat Dionna . Kalau kamu kenapa-kenapa aku nanti yang dirujak orangtuamu dan orangtuaku." Kata Alaska makin khawatir. Baru kali ini Dionna melihat Alaska sekhawatir ini pada dirinya. Apakah dia harus terus kesakitan agar diperhatikan Alaska ?

"Aku tidak akan mati, tenang saja kamu tidak akan jadi duda muda ."

Pastinya Alaska tidak puas dengan jawaban Dionna. Saat ini Alaska terlalu mengkhawatirkan banyak hal, yang terutama adalah Dionna. Wajah wanita itu sepucat kertas sekarang.

Alaska harus menelpon seseorang yang tentunya lebih berpengalaman.

"Halo Ma" Alaska menelpon Elma

"Ada apa Alaska , tumben-tumbenan nelpon Mama ?" Suara wanita diseberang terdengar penasaran sepertinya dia memang menunggu-nunggu telpon dari Alaska.

"Speaker Ma, Papa juga mau dengar" Alaska bisa dengar suara Papanya

"Ma.."

"Iya, kenapa ? Dionna sudah hamil ya ?" Tanya yang hendak diucapkan Alaska tertahan diujung lidah.

"Alaska ?"

"Bukan itu Ma." Sergah Alaska cepat sebelum Mamanya bicara macam-macam.

"Lalu kenapa kamu telpon Mama siang-siang ? " Nada suara Elma terdengar kecewa diseberang, dia juga tidak sesemangat tadi saat panggilan pertama kali terhubung.

"Dionna sakit Ma." terang Alaska namun detik selanjutnya ponsel yang ia tempelkan ditelinga sontak dijauhkan.

"Sakit apa Dionna ?! sudah bawa kerumah sakit ?! kamu dimana sekarang ?! bagaimana keadaan Dionna sekarang ?! " Elma menyerbu Alaska dengan rentetan pertanyaan tanpa jeda.

"Ma dengar dulu Alaska belum selesai bicara."

Hanya mendengar lewat suara napasnya yang teratur, Alaska sudah  tahu Mamanya sedang melakukan teknik pernapasan tarik-buang, tarik-buang, tarik-buang, agar dirinya tenang.

" D-dionna sakit apa Al ?" Tanya Elma sedikit lebih tenang, tidak-- tepatnya sedang mencoba menenangkan diri.

"Perut Dionna sakit, katanya karena nyeri datang bulan." Ada hembusan napas lega yang terdengar diseberang.

"Pikiran Mama benar-benar kacau kalau dengar berita dadakan begini. Sayang ya, Dionna tidak jadi hamil." Elma sangat menyayangkan, menantunya malah datang bulan.

"Ma.."

"Iya, maaf. Beri Dionna teh hangat atau teh jahe." Saran Elma

"Cuma itu Ma ? Tidak ada yang lain ?"

"Iya hanya itu --- Berikan pada Papa, Papa mau bicara." Suara krasak-krusuk  terdengar , kedua orangtuanya pasti sedang berebut ponsel.

Astaga, Alaska tak habis pikir pasalnya Papanya itu bisa menelponnya pakai ponselnya sendiri tidak perlu berebut ponsel dengan Mamanya.

"Alaska ini Papa." Aslan sudah mengambil alih ponsel Elma, terdengar dia sedang melangkah mungkin menjauh dari istrinya.

"Iya Pa."

"Sebenarnya ada satu hal yang harus kamu tahu kalau wanita sedang datang bulan." Suara Aslan terdengar was-was, seakan jiwanya ikut dipertaruhkan.

"Apa itu Pa ?" tanya Alaska penasaran

"Bersikap baiklah pada istrimu, turuti semua keinginannya. Semua wanita yang sedang datang bulan itu bawaannya sensitif, galak, dan maunya tidur-tiduran lalu makan. Pokoknya jangan mengusik ketenangan mereka. " Kening Alaska berkerut dalam, sehoror itukah wanita kalau sedang datang bulan ?

"Memangnya sudah berapa wanita yang Papa ladeni saat datang bulan hingga Papa bilang semua wanita ?!" Bagaikan gemuruh petir yang menggelegar , suara Elma sampai berdengung di telinga Alaska. Sepertinya Mamanya ikut menguping pembicaraan kedua lelaki itu. Dan tentunya Papanya sudah salah bicara sampai Mamanya begitu mendramatisir . Alaska langsung mematikan panggilan sepihak, tidak mau terlibat dalam perang dunia ketiga itu.

Alaska menyeka keringat didahi Dionna dengan tisu membuat wanita itu membuka matanya "Bisa belikan aku pembalut ?"

•••

Alaska langsung menuruti permintaan Dionna begitu dia meminta dibelikan pembalut. Singgah diminimarket terdekat, kini Alaska dibingungkan dengan berbagai macam pembalut yang ada dihadapannya.

"42 cm ? " Alaska mengambil salah satu jenis pembalut overnight dengan ukuran 42cm.

Lalu kemudian dia ambil lagi pembalut dengan tulisan super 26cm. Pria itu menggaruk kepalanya yang tak gatal. Pasalnya Dionna tidak memberikan rincian pembalut yang harus dia beli seperti apa bentukannya, sedang saat ini dia diperhadapkan pada berbagai pilihan dan ukuran dan ada juga varian mint menyegarkan ?

Saka butuh bantuan dan saat ini menelpon Dionna bukanlah hal yang tepat , apalagi kedua orangtuanya karena pasti mereka sedang perang saat ini. Alaska melirik arloji ditangannya , ini belum waktunya mereka baikkan. Jadi dia beralih menelpon Arsaka, kakaknya.

"Saka, biasanya kamu beli pembalut jenisnya yang mana ? reguler, super, overnight atau yang bersayap ?" Alaska membaca semua jenis-jenis pembalut yang sudah dia pisahkan dari rak yang tersusun rapi.

Sedangkan diseberang sana Saka dibuat bungkam oleh pertanyaan ambigu Alaska. Kenapa tiba-tiba adiknya itu menelponnya dan bertanya tentang pembalut ? memangnya dia punya jatah datang bulan ?

"Saka ? kamu masih disana ? jawablah , aku sedang terburu-buru."

Arsaka berdehem membersihkan tenggorokannya "Sabar Saka, aku shock kamu tiba-tiba telpon trus tanya aku beli pembalut jenis apa " Gerutu Saka

"Iya maksudku kamu biasanya beli untuk istri kamu pembalut yang jenisnya apa ?" dan kini gerutuan Saka berganti dengan tawa renyah

"Akhirnya kamu ada diposisi yang pernah aku rasakan." Saka masih terbahak mengingat dia juga pernah ada diposisi Alaska, kebingungan membeli pembalut.

"Ini bukan waktunya nostalgia Saka, aku butuh saran sekarang." Desak Alaska teringat Dionna sudah cukup lama ia tinggalkan dimobil.

"Beli yang bersayap biar nyaman dipakai tidak mudah geser" Alaska mengambil yang isinya paling banyak "Dan juga yang overnight pilih yang paling panjang biar tidak bocor."  Alaska mangut-mangut sambil memilah ukuran yang paling panjang sesuai instruksi Arsaka.

"Dan yang terakhir sertakan camilan yang banyak."

"Iya, iya. Terima kasih untuk sarannya." Ucap Alaska sebelum dia mematikan panggilan itu.

Alaska segera membawa barang belanjaannya menuju meja kasir. dan ternyata antriannya cukup panjang. Ia harus menunggu dengan gelisah karena membuat waktunya lebih lama meninggalkan Dionna.

"Selamat siang" Sapa karyawan minimarket ramah.

"Tolong total saja berapa harganya, saya buru-buru."

"Baik Pak." Jawab karyawan itu setelah melihat barang belanjaan Alaska.

Kembali kemobil, Alaska sedikit bernapas lega, karena rupanya Dionna masih terjaga. Tapi Alaska masih risau, dan untuk menguatkan keyakinannya jika Dionna sedang "benar-benar tertidur", pria itu mendekatkan jari telunjuknya dihidung Dionna, dan merasakan napas yang masih berhembus. Dionna masih bernapas. Alaska benar-benar kembali bernapas lega. Iapun melajukan mobilnya menuju kerumah.

Mobil Alaska sudah terparkir dihalaman rumah, pria itu lebih dulu turun dan membuka pintu seberang dengan hati-hati karena Dionna masih tertidur pulas.

1
Mamimi Samejima
Jangan biarkan kami terlalu lama menunggu next chapter 🥺
Sindi S Mahulauw'Riry
Bikin gelisah, tapi enak banget rasanya. Tungguin terus karyanya ya thor.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!