NovelToon NovelToon
Benalu Dalam Rumah Tanggaku

Benalu Dalam Rumah Tanggaku

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga / Istri ideal
Popularitas:7.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Mentari merupakan seorang perempuan yang baik hati, lembut, dan penuh perhatian. Ia juga begitu mencintai sang suami yang telah mendampinginya selama 5 tahun ini. Biarpun kerap mendapatkan perlakuan kasar dan semena-mena dari mertua maupun iparnya , Mentari tetap bersikap baik dan tak pernah membalas setiap perlakuan buruk mereka.

Mertuanya juga menganggap dirinya tak lebih dari benalu yang hanya bisa menempel dan mengambil keuntungan dari anak lelakinya. Tapi Mentari tetap bersabar. Berharap kesabarannya berbuah manis dan keluarga sang suami perlahan menerimanya dengan tangan terbuka.

Hingga satu kejadian membuka matanya bahwa baik suami maupun mertuanya dan iparnya sama saja. Sang suami kedapatan selingkuh di belakangnya. Hanya karena pendidikannya tak tinggi dan belum juga dikaruniai seorang anak, mereka pun menusuknya dari belakang.

Tak terima perlakuan mereka, Mentari pun bertindak. Ia pun membungkam mulut mereka semua dan menunjukkan siapakah benalu sebenarnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DELAPAN BELAS

Dengan wajah lesu dan penampilan kuyu, Shandi memasuki rumahnya yang terasa begitu sepi. Tak ada lagi sambutan hangat, senyuman manis, dan pelukan mesra sebagai pengantar kepergian maupun penyambut kepulangannya. Hampa, itu yang Shandi rasakan saat ini. Saat hendak menutup pintu, Shandi melihat ada sebuah benda tipis berwarna coklat terkapar di lantai. Sepertinya benda tersebut diselipkan dari bawah pintu. Shandi pun segera mengambilnya.

Jantung Shandi bagai dihantam beban ribuan ton. Benda itu merupakan sebuah amplop berwarna coklat dengan logo pengadilan agama di depannya. Tanpa perlu membuka, Shandi sudah bisa menebak apa isinya. Shandi membawa amplop itu lalu menghenyakkan bokongnya di sofa ruang tamu. Shandi memejamkan matanya. Mencoba meyakinkan diri kalau ini bukan seperti dugaannya.

Dengan tangan sedikit bergetar, Shandi merobek amplop itu kemudian mengeluarkan isinya. Shandi seketika terkulai lesu, ternyata isinya tak sesuai harapannya. Ternyata Mentari benar-benar merealisasikan perkataannya untuk menggugat cerai dirinya.

Perasaannya seketika menjadi kacau dan tak tenang. Tak pernah terpikirkan olehnya akan ditinggalkan sosok yang telah mendampinginya selama beberapa tahun ini. Namun apa boleh buat, itulah yang mesti ia hadapi. Apalagi orang tuanya sudah terang-terangan memintanya menceraikan Mentari. Seandainya Erna tidak hamil, semua pasti takkan menjadi seperti ini.

"Mas, itu apa? Surat panggilan sidang cerai? Baguslah. Dengan begitu hanya aku yang akan menjadi istrimu. Dan hanya aku yang akan menjadi penguasa rumah ini," ucap Erna girang setelah membaca surat yang barusan ia rebut dari Shandi.

Shandi yang telah kehilangan moodnya, lantas segera berlalu dari sana. Erna tak peduli dengan wajah Shandi yang ditekuk. Yang pasti ia harus merayakan ini.

"Ma, kita makan malam di luar aja gimana? Aku lagi seneng banget. Ternyata si mandul benar-benar menggugat cerai mas Shandi. Erna kira dia cuma gertak, eh ternyata dia serius."

" .... "

"Iya, ma. Erna senang, akhirnya hanya Erna satu-satunya istri dari mas Shandi. Buruan mama kemari, terus bujuk mas Shandi untuk traktir kita makan di luar. Kita kan mesti merayakan hari istimewa ini," tukas Erna girang.

Dan sesuai rencana Erna, akhirnya Shandi, Rohani, dan Septi, minus Septian telah tiba di sebuah restoran. Dengan wajah sumringah, mereka memasuki restoran itu kemudian memesan menu sesuka hati mereka. Tampaknya ketiga perempuan itu memang merasa begitu bahagia sebab Mentari yang memilih mundur dibandingkan bertahan. Apalagi sudah sejak lama Rohani tidak menyukai Mentari.

Sementara itu, di kediaman Mentari yang baru, ia pun sedang ingin merayakan kebebasannya. Ia berencana membuat makan malam untuk dirinya dan Jeanara. Mentari sudah memasak berbagai menu kemudian menghidangkannya dengan senyum yang merekah.

Karena ia hanya mengundang Jeanara, Mentari pun hanya mengenakan piyama satin lengan panjang berwarna navy. Bertepatan dengan ia selesai berganti pakaian, bel pintunya berbunyi. Mentari pun bergegas membukakan pintu. Dalam hitungan detik, Mentari membulatkan matanya sebab ternyata bukan hanya Jeanara yang datang, tapi juga suaminya, Abdi dan saudara kembarnya beserta gadis kecil yang merupakan keponakan Jeanara, Jervario dan Ashadiva.

"Onty cantik," pekik Ashadiva saat pintu apartemen Mentari terbuka.

"Lho ... " Mata Mentari mengerjap kaget melihat keberadaan empat orang itu.

Jeanara yang tahu Mentari terkejut melihat bukan hanya dirinya saja yang datang pun lantas terkekeh geli.

"Surprise cuy. Nggak asik kalau merayakan sesuatu cuma berdua aja. Jadi ... ya gitu deh! Apalagi si bocah ini udah kangen banget sama kamu," ujar Jeanara menjelaskan.

Mentari pun tersenyum lebar lalu merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Ashadiva.

"Hai cantik!" sapa Mentari pada Ashadiva. "Yuk Mas, Jerva, Jea, silahkan masuk. Maaf, masih berantakan," ujar Mentari seraya mempersilahkan para tamunya masuk ke dalam.

Abdi tersenyum maklum. Sedangkan Jervario hanya memasang wajah datar bak triplek dilaminating. Udah datar, tambah datar dan kaku. 😂🤣

"Berantakan dari mana? Rapi dan bersih gin kok," sanggah Jeanara saat melihat ke dalam apartemen Mentari.

Mentari hanya tersenyum tipis, "Jea, ajak mas Abdi sama Jerva langsung makan malam aja! Soalnya semuanya udah siap. Entar keburu dingin," tukas Mentari pada Jeanara yang disambut Jeanara dengan acungan jempol nya. "Asha mau makan?" tanya Mentari pada Asha.

"Mau, Onty. Onty masak apa?" tanya Ashadiva yang masih berada di dalam gendongan Mentari. Jervario hanya memandangi keduanya dengan tatapan yang tak terbaca.

"Ada opor ayam, ada tempe bacem, ada capcay, udang krispi, sama telur balado. Asha suka makan pedas?"

Asha menggeleng, "Asha nggak suka makan pedas Onty, tapi Asha suka makan udang sama tempe bacem," sahut Asha dengan semangat membuat Mentari terkekeh gemas lalu ia menciumi pipi Asha dengan ceria. Kemudian mereka pun segera duduk di meja makan berbentuk bundar milik Mentari. Abdi dan Jeanara duduk bersisian. Disusul Asha, Mentari, dan Jervario.

"Cie, Asha seneng nih ye bisa ketemu onty Riri!" goda Jeanara.

"Iya dong. Onty Riri kan baik dan cantik, Asha suka," celetuknya membuat Mentari, Jeanara, dan Abdi terkekeh. K

"Kode tuh, Jer!" celetuk Abdi membuat mata Jervario mendelik tajam.

"Mas Abdi benar, tuh Va! Aku sih oke-oke aja," timpal Jeanara membuat mata Jervario melotot tajam, sedangkan Mentari menautkan kedua alisnya. Tidak paham dengan apa yang diperbincangkan suami istri tersebut.

"Kalian ngomongin apa sih?" tanya Mentari bingung.

"Ngomongin ... Awww ... loe apa-apaan sih, Va! Sakit tau! Mas, liat tuh, Jerva nakal, pake injek-injek kaki Jea," adu Jeanara pada Abdi sambil merengek membuat Mentari terkekeh geli melihatnya.

"Emang mas harus ngapain?" tanya Abdi bingung.

"Ia, nggak peka. Marahin kek!"

"Ya udah, nanti mas laporin sama mama aja, kan yang paling ditakuti Jerva itu mama," sahut Abdi membuat mata Jervario kian melotot, sedangkan tangannya terkekeh.

"Udah ah, kapan kita mulai makannya kalau bercanda terus. Yuk mas, Je, Jerva, kita makan. Maaf kalau masakannya kurang enak atau kurang berselera. Tari nggak terlalu pinter masak soalnya," ujar Mentari merendah.

"Oh ya, tapi kayaknya masakan ini lezat semua. Aromanya juga, hmmm ... ya kan, Jer?" celetuk Abdi sambil mengerlingkan sebelah matanya pada Jervario.

Jervario hanya mendengus karena iparnya itu sepertinya senang sekali menggodanya. Lalu Jeanara membantu mengambilkan nasi dan lauk-pauk untuk Abdi, sedangkan Mentari membantu mengambilkan untuk Jervario dan Asha.

"Sini Jer, aku bantu!" ujar Mentari yang langsung mengambilkan nasi untuk Jervario. "Kamu mau lauk apa?" tanya Mentari setelah mengisi piring Jervario dengan nasi. Sedangkan Asha sudah lebih dahulu makan.

"Emmm ... apa aja. Aku nggak pilih-pilih makanan kok," sahut Jervario sambil melirik betapa cekatannya Mentari melayaninya.

"Aku yakin, si kutu kupret itu pasti bakal nyesel banget kehilangan kamu, Ri," celetuk Jeanara tiba-tiba. "Apa sih kurangnya kamu? Cuma karena belum hamil aja dipermasalahkan. Kalau emang itu jadi masalah kan seharusnya dibicarakan baik-baik. Dasar keluarganya aja yang nggak tahu terima kasih," imbuhnya lagi yang dibenarkan Abdi dan Jervario dalam hati.

"Udah ah, Jea, nggak usah bahas mereka. Bikin mood gue hilang aja entar," sahut Mentari yang kini justru sibuk mengawasi Asha makan. "Gimana Sha, enak makanannya?"

"Enak onty. Besok-besok, Asha boleh makan di sini lagi?" celetuk Asha membuat keempat orang dewasa di sana terkejut.

"Ck ck ck ... kode keras kode keras," seloroh Abdi membuat Jervario reflek menendang tulang kering Abdi sehingga Abdi yang sedang minum seketika tersedak. "Sialan loe, Jer!" umpat Abdi.

"Mas," sergah Jeanara dengan mata melotot.

Sementara itu, keluarga Shandi baru saja selesai makan malam. Kini mereka sudah pulang dan berbincang mengenai kehamilan Erna, berbanding terbalik dengan Shandi yang terus melamun.

"Kak, udah gajian kan! Jatah aku mana?" celetuk Septi tiba-tiba membuat Shandi segera menoleh.

"Iya, Shan. Jatah mama juga mana? Mama mau bayar arisan nih lusa," timpal Rohani membuat Shandi gelagapan.

"Kamu kenapa? Gaji kamu, nggak kamu transfer ke Tari kan?" sungut Rohani was-was Shandi masih mengirimi Mentari uang.

"Nggak, ma. Tari malah udah menutup akun bank yang biasa Shandi kirimin duit."

"Hah, serius? Sok banget dia. Tapi baguslah. Dia udah nggak berhak lagi juga kan kalau sebentar lagi cerai jadi buat apa juga kirimin dia duit."

"Ya udah, jatah mama dan Septi mana? Sebentar lagi mama mau pulang, buruan ambilin sekarang," tukas Rohani tak sabaran. Pun Erna matanya sudah berbinar saat tahu suaminya gajian.

Shandi pun langsung berdiri dan mengambilkan uang untuk ibu dan adiknya.

"Ini buat mama dan ini buat kamu Sep, sama Tian. Dan ini, buat kamu, Na," tukas Shandi membuat ketiga orang itu terkejut.

"Lima ratus ribu? Apa-apaan ini, Shan? Mana cukup uang segini. Buat makan sehari-hari, buat bayar arisan juga," protes Rohani.

"Iya kak, mas" aku 500 ribu. Mbak Tari aja biasanya kasih aku 1.500.000 lho. Tian juga. Itu belum termasuk duit SKS dan lain-lain," protes Septi bersungut-sungut.

"Mas, kok cuma 1 juta sih? Ini duit apa? Duit jajan aku atau duit buat belanja?" tanya Erna.

"Itu buat belanja. Maaf, aku nggak bisa kasih lebih soalnya kan jabatan aku diturunin. Otomatis gaji aku lebih kecil. Bonus juga hangus jadi aku nggak bisa kasi lebih. Shandi minta, mulai sekarang kalian belajar berhemat. Kalau begitu, Shandi mau tidur dulu. Permisi," pungkas Shandi membuat ketiga perempuan itu membulatkan matanya.

"Hah! Yang benar aja. 500 ribu? Gimana mama mau bayar arisan?"

"Septi juga, ma. Mana cukup buat satu bulan. Yang 1.500.000 ia Septi pas-pasan, apalagi cuma segini. Oh ya, mbak Erna kan manager, mbak Erna mau kan tambahin sisanya? Kan kami udah bantu mbak biar bisa nikah sama kak Shandi?"

"Ah, kamu benar Sep, gimana nak, kamu mau kan tambahin duit mama dan Septi? Kami kan sekarang udah jadi keluarga kamu, artinya kami pun udah jadi tanggung jawab kamu," timpal Rohani.

Sontak saja Erna membulatkan matanya, kemudian ia menggeleng dengan cepat.

"Sorry, ma, Sep, Erna nggak bisa. Erna juga banyak keperluan. Erna mau ngumpulin juga buat kebutuhan bayi Erna dan biaya persalinan," tolak Erna cepat. Kemudian ia segera berdiri dan beranjak menjauh dari mertua dan iparnya itu.

'Enak aja, gue yang capek-capek kerja, mereka yang mau nikmatin. Ah, sial, kok gini sih! Sejuta? Cukup kemana? Buat beli skincare aja nggak cukup. Untung aja ada ... ' monolog Erna kemudian tersenyum sebelum masuk ke dalam kamar meninggalkan Rohani dan Septi yang mengumpat karena kesal.

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

1
minfannie
jujurly
aku gedeg banget sama si Bu roh Alus 😌🫢🤧🤮🥱😒🙄😭
ngapain juga sih
bilang gitu ke mentari 😭
wong dia yang menyiksa dirinya sendiri kok 🥱🙄😒
minfannie
ih... cocok kali😍
Sukliang
millea mama paling jahat sedunia.
Sukliang
itu la Erna akibat iri,
Sukliang
Luar biasa
neng ade
mau cium kamu Tari .. karena km udah berani mau mukul kepala Herbal pake sendok ..
Sukliang
hahahahaha
neng ade
klo mimpi tuh jangan tinggi2 nanti jatoh nya sakit loh ..
maria handayani
/Silent/
minfannie
sarap lu Shandi 😒🙄🤏🏻😒
minfannie
yuhuuuu 🥳🥳🥳
minfannie
udah GK ngerti ye gw Ame lu
Shandi 😒🙄
otak ,hati dan pikiran lu ternyata
.....gob..gob ...🙄
minfannie
sakit jiwa emang
kau rohani shibal 😒🫵🏻🗡️
minfannie
Shandi si pria shibal 😒🖕🏻
nurut aja
perkataan ibunya yang durjana itu
minfannie
Najisss!🙄😒🤮
kasian
mah Ama
mantu mu bodoh 🙄
minfannie
GK usah ya
kamu maafin dia mentari suatu saat nanti
lakik mu itu bodoh
belum tau agaknya mana yang baik dan buruk..
umur mu berapa si Shandi Shandi
heran deh
minfannie
ouh
...
judul sebelum nya apa Thor
minfannie
hadeuh..... 😒🙄
shandi shandi 🙄😒
istighfar kau.....
minfannie
hehh ...onta.... bawa kaca kan😏🥱🙄😒
gak tau malu beud jadi cewek...heran deh
minfannie
betul banget 🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!