📢📢📢WELCOME DI AREA BENGEK NGAKAK GULING-GULING 😂😂😂
Jesi yang sudah terbiasa dengan kehidupan bagai sultan, harus kehilangan semua fasilitas itu karena ayahnya yang ingin membuatnya menjadi mandiri. Dalam sekejap ia menjadi seorang mahasiswi magang, dan dihadapkan dengan team leader yang ganteng tapi sayangnya galak.
"kalo aja lo itu bukan pembimbing magang gue, ogah banget dah gue nurut gini. Ini namanya eksploitasi tenaga karyawan."
"Aku tau, aku itu cantik dan menarik. nggak usah segitunya ngeliatinnya. Ntar Bapak naksir." Jesika Mulia Rahayu.
"Cantik dan menarik emang iya, tapi otaknya nothing. Naksir sama bocah seperti kamu itu impossible." Ramadhan Darmawan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teh Payung
Bagi Jesi waktu serasa berhenti dan jarum jam bergerak lambat saat dia berada diposisi tak menguntungkan seperti saat ini. Tak ada niatan bergosip menjelekan pembimbing magangnya, dia hanya mencurahkan pikirannya saja pada Dini. Tapi naas kenapa yang dibicarakan malah ada di hadapannya. Masih menggigit bibir bawahnya karena takut Jesi memaksakan diri mengangkat wajahnya untuk melihat Rama. Pemilik rupa rupawan yang mirip idol kesayangannya itu terlihat begitu marah, kedua tangannya mengepal dengan tatapan setajam elang mengarah padanya.
“Kenapa diem? Coba cerita lagi soal CCG yang pebinor itu? kan gue juga pengen tau.” Ucap Rama.
“Udah-udah, Wan. Omongan anak kecil aja lo ambil pusing. Udah biarin aja.” Raka mencoba menengahi. Meskipun sebenarnya ia merasa terhibur melihat dua anak magang yang ketakutan tapi kelamaan tak tega juga.
“Udah sana kalian boleh pulang.” Imbuhnya.
“Makasih, pak. Saya permisi.” Dini lebih dulu keluar.
“Saya juga, pak. Permisi pulang duluan.” Sambung Jesi. Di berjalan menunduk menghindari tatapan Rama.
Saat dirinya sudah diambang pintu dan hendak keluar, pintu lift mendadak tertutup karena Rama lebih dulu menekan tombol close.
“Siapa bilang kamu boleh pulang, hah?”
“Itu tadi kata pak Raka boleh pulang.” Jawabnya dengan polos.
“Disini saya bos nya. Segala yang kamu ucapkan itu harus kamu pertanggungjawabkan.”ketus Rama.
“Udah lah, Wan. Masalah kecil jangan di perumit, kasihan juga itu anak orang. Ntar nangis lagi.” Sela Raka.
“Jangan ngebelain itu bocah, ntar makin nggak punya saringan bibirnya. Ngomong asal jeplak aja.” Ucap Rama.
“Untung kita yang denger, Ka. Coba kalo orang lain? Atau relasi bisnis kita? Bisa gawat. Ini namanya pencemaran nama baik. Bisa ngerusak reputasi.” Imbuhnya.
“Maaf pak, tadi aku Cuma asal ngomong aja loh. Lagian bapak harusnya seneng doang aku samain sama suami masa depan aku. Kim Taehyung BTS pak, gila kan keren banget? Bapak harusnya bangga. Bapak tau BTS kan? Oh my god pokoknya keren banget pak.”
“Kalo kedengeran sama relasi bisnis bapak atau investor mah huh... auto pada inverstasi kesini pak. Jarang-jarang direktur muda, mirip idol juga.”
“so, bapak tuh harusnya makasih sama aku loh.” Tutur Jesi panjang lebar. Dia tersenyum bangga dengan penuh keyakinan.
Raka yang berdiri di sudut lift hanya tertawa mendengar ucapan panjang lebar Jesi. Alih-alih ketakutan karena Rama yang sudah berpikir jauh akan efek dari gosip yang ia buat, gadis itu justru malah membanggakan idol favoritnya dengan begitu polos tanpa dosa. Wajahnya berseri setiap kali mengucapkan nama taehyung yang digadang-gadang mirip Rama.
“Pak Darmawan jangan melotot kayak gitu, serem. Kalo kayak gitu bapak jadi nggak mirip Taehyung, soalnya Kim Taehyung oppa alias V” Jesi mengangkat tangannya dan membentuk huruf V di depan wajah menggunakan jarinya, tak lupa senyum manis maksimal ia perlihatkan.
“Taehyung itu ganteng manis. Kalo lihat wajahnya tuh bawaannya adem, damai, tenang. Senyumnya bikin aku klepek-klepek. Bapak senyum dong biar kayak V.” Lanjutnya yang membuat Raka di belakang sana semakin tertawa.
“Iya coba senyum, Wan. Gue pengen lihat lo beneran mirip sama teh payung apa kagak?” ledek Raka yang memebuat Rama makin geram.
Jesi berbalik melihat Raka yang berdiiri di belakangnya, “Kim Taehyung, Pak Raka. Bukan teh payung!” Ralatnya cepat, tak terima nama suami masa depannya diucapkan dengan salah.
“Nih.. nih liat pak... Mirip kan?” Jesi mengeluarkan ponselnya dan membuka kunci layar hingga gambar V BTS yang menjadi wallapaper itu terlihat.
“Eh iya beneran mirip loh, Wan.” Ucap Raka sambil melirik sahabatnya sebentar kemudian kembali ke layar ponsel Jesi.
“Btw ada yang mirip gue nggak?” imbuhnya yang mulai ketularan gila.
Jesi terdiam sebentar sambil mengingat deretan wajah member BTS, dia menggigit kuku telunjuknya sambil berfikir.
“Nggak ada euy yang mirip Pak Raka.” Ucapnya.
“Jadi ini gimana? Aku udah boleh pulang belum? Kasihan Dini pasti nunggu aku di bawah sambil ketakutan. Kasihan juga karyawan yang lain pak, kali aja mau naik lift, eh lift nya malah buat mainan sama kita. Dari tadi udah turun naik turun naik kagak berenti-berenti, kayak biang lala di pasar malem aja.” Cerocos Jesi tanpa dosa, dia sudah lupa dengan gosip tanpa dasar yang ia bahas dengan Dini hingga membuat sosok tampan di hadapannya itu marah karena terlalu fokus pada ucapan mirip suami masa depan yang ia garis bawahi, alih-alih pada pencemaran nama baik yang dimaksud Rama.
Raka masih terbahak di sudut pojok lift, sementara Rama maish menatapnya dengan kesal. Tapi Jesi mengabaikan itu semua, dia berjalan ke samping pintu dan menekan angka satu hingga tak lama pintu lift terbuka.
“Aku pulang dulu yah bapak-bapak sekalian.” Ucapnya sambil tersenyum tanpa dosa yang dibalas anggukan oleh Raka yang masih tertawa.
“Pak Darmawan udah jangan natap aku kayak gitu terus. Aku tau kok aku ini cantik, jangan diliatin terus ntar bapak naksir."
"Soal yang tadi bapak nggak usah banyak pikiran, bapak juga nggak perlu bilang terimakasih sama aku karena udah menyadarkan bapak, kalo bapak tuh mirip idol. Nah itu bisa jadi nilai plus perusahaan pak. Jarang ada direktur yang mirip idol loh. Perusahaan bapak tuh beruntung karena dapat anak magang seperti saya, kalo nggak ada saya bapak nggak bakal tau kan kalo bapak tuh mirip idol?”
“Eh.. eh... pintunya udah mau nutup.” Jesi segera melangkahkan kakinya keluar.
“duluan pak.” Pamitnya sambil terus melambaikan tangan dengan senyum ceria hingga pintu lift itu kembali tertutup.
Seperti dugaannya Dini masih menunggunya di kursi lobi. Dengan tersenyum riang dia menghampiri Dini dan dengan hebohnya menceritakan kemiripan Taehyung dengan pembimbing magang mereka.
Sementara yang dibilang mirip masih mengempalkan tangan di dalam tangan, geram dengan tingkah Jesi. Sejak tadi Rama sudah benar-benar ingin memberikan ceramah panjang lebar pada gadis berambut panjang yang menjadi anak magangnya supaya tak sembarangan berbicara, tapi gadis itu justru terus nyerocos panjang lebar tanpa memberinya kesempatan untuk berucap.
“Udah yah Kim Taehyung oppa jangan suram mulu wajahnya, ntar jadi nggak mirip.” Ledek Raka.
“Sialan lo, malah ikutan gila sama tuh anak.” Ketus Rama.
“Tapi kalo gue liat-liat Wan, lo tuh kayaknya bakalan cocok kalo pasangan sama si neng Aqua tadi. Siapa sih namanya yah dia? Gue lupa.”
“Mana gue tau!”
“Cocok lo tuh sama dia. Soalnya lo kan serius mulu sedang dia tuh ceria dan tanpa dosa gitu, jadi balance lah saling melengkapi. Supaya hidup lo nggak lempeng-lempeng aja.” Ucap Raka.
“Hih amit-amit dah gue pasangan sama itu bocah. Bukannnya saling melengkapi yang ada gue makin stres. Lo liat sendiri tadi kan? Gue ngomong apaan dia ngejawabnya apaan.”