Punya tetangga tukang gosip sih sudah biasa bagi semua orang. Terus gimana ceritanya kalau punya tetangga duda ganteng mana tajir melintir lagi. Bukan cuma itu, duda yang satu ini punya seorang anak yang lucu dan gak kalah ganteng dari Bapaknya. Siapa sih yang gak merasa beruntung bisa bertetanggaan dengan duda yang satu ini?
Dan orang beruntung itu tak lain adalah Lisa. Anak kepala desa yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di Ibu Kota. Pas pulang ke rumah, eh malah ketemu duda ganteng yang teryata tetangga barunya di desa. Tentu saja jiwa kewanitaannya meronta untuk bisa memiliki si tampan.
Penasaran gak sih apa yang bakal Lisa lakuin buat narik perhatian si duda tampan? Kalau penasaran, yuk simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendadak Heboh
Mama Dinar langsung menarik Lisa agar berdiri di belakangnya. Lalu menghajar anaknya sampai puas. "Kamu mau apain Lisa, Erkan? Jangan mentang-mentang kamu menduda selama bertahun-tahun, kamu jadi lupa diri dan nodain kepolosan Lisa."
"Aduh... ampun Mama. Aku khilaf." Erkan terpojok dan Mama masih saja memukulinya dengan semua benda yang ada di sana. Untung Lisa dengan sigap menjauhkan pisau, jika tida mungkin sekarang Erkan sudah jadi daging cincang.
"Khilaf-khilaf, Mama tahu kamu sengaja. Mama gak mau tahu, malam ini juga kamu harus lamar Lisa. Enak aja pake cium-cium sebelum sah."
"Tapi Ma...."
"Gak ada tapi-tapian, malam ini Mama dan Papa yang kawal kamu ke rumah Lisa." Mama Dinar menghentikan aksinya karena kecapekan.
Karena keributan itu pun semua penghuni rumah berlari ke dapur.
"Ada apa, Ma?" Tanya Violla mendekati Mamanya yang ngos-ngosan karena kecepekan.
"Abang kamu udah gila, masak iya mau cium Lisa." Celetuk Mama Dinar yang berhasil membuat semua orang memekik kaget.
Baik Erkan maupun Lisa jadi salah tingkah sendiri karena hal itu.
"Mana mungkin Bang Erkan mau nyium Lisa? Pasti dianya aja yang keganjenan." Tuding Lussy.
"Setuju, mana ada api kalau gak ada yang nyulut." Fina pun ikut menimpali. Keduanya terlihat senang karena berhasil memojokkan Lisa.
"Diam kalian!" Bentak Mama Dinar yang berhasil membungkam mulut keduanya. "Saya tidak minta tanggapan kalian. Yang saya mau itu Erkan secepatnya nikahin Lisa. Enak aja dia mau nodain anak orang."
"Yes! Jadi Kakak cantik mau jadi Mama Ray?" Seru Rayden kesenangan dan langsung berhambur ke arah Lisa.
"Tuh, Ray aja seneng kalau Lisa jadi Mamanya."
Erkan menghela napas berat. "Iya deh, aku ngalah." Pasrahnya. Tidak ada yang tahu jika dalam hati lelaki itu bersorak kegirangan. Tanpa harus menjatuhkan harga diri dengan mengatakan cinta, Erkan bisa mendapatkan Lisa dengan bantuan Mama dan anaknya. Anggap saja Erkan memanfaatkan keduanya. Untuk masalah isi hatinya, biarkan Lisa menyadarinya setelah mereka nikah nanti.
Tentu saja jawaban Erkan itu membuat jantung Lisa bertalu-talu. Bahkan bukan hanya Lisa, Mama Dinar dan Papa Zein tersenyum lebar. Namun, berbeda dengan dua wanita yang masih mengharapkan cinta Erkan, keduanya terlihat sedih karena harapannya harus pupus. Bahkan Violla, sahabatnya itu tidak bisa membantu apa pun.
"Okay, Vi pesankan cincin sama hantaran lengkap sekarang juga. Sekalian sama dress codenya. Mama akan ke rumah Lisa untuk memberi tahu keluarganya jika malam ini kita akan melakukan lamaran." Titah Mama yang senangnya bukan kepalang.
Berbeda dengan Lisa, gadis itu terdiam membisu karena masih kaget. Walaupun ia senang karena Erkan akan segera meminangnya, tetapi jika lamarannya malam ini itu terlalu dadakan. Pasti si Mamah langsung pingsan pas dengar kabar ini.
Papa Zein tersenyum geli saat melihat wajah kusut dua gadis di depannya. "Kenapa wajah kalian di tekuk gitu? Erkan itu laki-laki, jadi bisa kawin empat. Jadi jangan sedih gitu dong."
"Papa!" Teriak Mama Dinar langsung menghampiri suaminya dan mencubit perut lelaki itu sekuat tenaga.
"Duh... ampun Mama... Papa cuma bercanda biar gak terlalu tegang."
"Bercanda apanya? Kalau mereka berdua menganggap serius gimana?"
"Kan tergantung Erkannya, Ma. Mau gak dia bermadu."
Mendengar itu Lisa langsung menatap Erkan penuh selidik. Refleks Erkan menggeleng seolah berkata 'aku akan setia'.
"Pokoknya Mama gak akan setuju kalau Erkan duain atau tigain Lisa. Mama yang pasang badan langsung. Kalau bisa burungnya Mama potong kalau dia berani main belakang."
Lisa tersenyum geli mendengar itu sambil memeluk Rayden. Dan tanpa ia sadari Erkan terus memperhatikannya sejak tadi. Bahkan senyuman itu menular padanya.
"Ma, Pa, stop buat keributan. Bukannya nanti malam acara lamarannya?" Tanya Violla menengahi.
Mama pun mengangguk antusias. "Kalau begitu kita persiapkan semuanya. Jangan ribut lagi. Dan Kak Lisa, sebaiknya pulang dan kasih kabar yang lain."
"Mama ikut Lisa."
"Gak usah, Ma. Biar Kak Lisa sendiri yang ngomong sama orang tuanya. Kita siapkan apa yang bisa disiapkan." Saran Violla.
"Bener juga kamu. Ya udah, Lisa sana pulang dan kasih tahu Mamah kamu ya? Sekalian rundingin masalah maharnya. Kalau bisa minta yang mahal, soalnya Erkan udah lama gak buang uang." Celetuk Mama Dinar yang berhasil membuat Erkan menghembuskan napas berat.
"Ma, rumahku di sana masih butuh dana besar loh." Protesnya.
"Alah, Mama tahu kamu masih banyak simpanan. Apa salahnya ngasih mahar yang bagus buat istri." Sahut Mama masih ngeyel dengan pendiriannya. Membuat Erkan mengangguk pasrah.
"Terus gimana sama nasib kami, Aunty?" Tanya Lussy dan Fina kompak.
"Bodo amat." Jawab Mama Dinar yang langsung beranjak pergi untuk menyiapkan semuanya. Sedangkan Lisa dan Violla saling melempar pandangan kemudian tertawa bersama.
****
"Apa?" Pekik Mamah dan Asep terkaget-kaget saat mendengar ungkapan Lisa di mana malam ini Erkan akan datang melamar. Sedangkan si Abah terlihat santai menonton video tentang tips pemeliharaan ikan bawal.
Namun, detik berikutnya mereka tertawa terpingkal-pingkal. "Ya ampun, Neng. Kamu mah ngelindur ya?"
Lisa menyebikkan bibirnya karena tidak ada yang percaya dengan ucapannya. "Ih... Eneng teh gak bohong Mamah. Kalau gak percaya Mamah sama Abah tanya sendiri ke rumah Pak Erkan."
Abah melirik putrinya. "Emang kena angin apa tiba-tiba duda itu mau lamar kamu?"
Wajah Lisa langsung merona mendengar itu. Ia jadi ingat lagi kejadian tadi di mana Erkan mau mencium dirinya. "Itu... em... tadi...."
"Neng, ngomong teh yang bener atuh. Jangan kayak orang gagap gitu." Kesal Mamah.
"Ck, sebenarnya tadi Mamanya Pak Erkan mergokin Eneng sama Pak Erkan mau ciuman, hehe." Jawab Lisa tanpa dosa.
"Apa?" Pekik ketiganya kompak. Sontak Lisa pun langsung memejamkan mata.
"Kamu teh gelo, Neng? Apa tadi, ciuman?" Histeris Mamah yang kagetnya gak dibuat-buat.
Lisa mengangguk pelan.
Sontak Abah dan Mamah pun memijat kepalanya dan terdiam seribu bahasa. Sedangkan Asep justru tersenyum lebar.
"Neng, jadi beneran nih Pak Erkan mau lamar kamu?" Tanya si Aa memastikan.
"Iya, Aa. Kayak yang Eneng bilang tadi, nanti malam jam sembilan mereka mau ke sini."
"Wow, Yes! Akhirnya dapat mobil baru." Histeris Asep yang berhasil mendapat tatapan bingung dari ketiganya.
"Kamu juga kenapa, A? Ikutan gelo oge?"
"Kenapa jadi bahas mobil baru, Aa? Ini masalah lamaran Eneng. Gimana dong, Mah, Bah?" Lisa memandang Mamah dan Abahnya kebingungan.
"Ya mau gimana lagi, kita siap-siap sekarang." Ujar Abah yang langsung bangun dari duduknya dan merubah ekspresinya jadi ceria. Bahkan si Abah langsung berjoget jaipongan. "Akhirnya Abah bakal punya mantu kaya. Punya mantu kaya."
Bukan hanya si Abah, sekarang Asep juga ikutan berjoget sambil bersenandung. "Mobil baru eta mobil baru euy."
"Mantu kaya, Abah punya mantu kaya."
"Mobil baru euy."
Mulut Lisa dan Mamah yang melihat itu langsung menganga. Lalu keduanya pun saling memandang.
"Mamah, mereka bakal datang malam ini. Si Aa sama Abah malah joget-joget." Rengek Lisa semakin panik.
"Ya udah hayuk siap-siap. Abah, Aa, buruan bantuan Mamah beres-beres rumah. Neng, pesenin kue sama Ceu Elis. Mamah mau masak." Mamah menarik Abah dan Asep yang masih joget-joget tak jelas.
Dan dalam hitungan detik rumah itu mendadak heboh dan panik sendiri. Tentu saja kepanikan itu bukan hanya terjadi di rumah Lisa, tetapi di rumah Erkan juga terjadi hal yang sama. Kedua rumah itu terlihat sibuk dalam versi masing-masing.