Naina Nurannisa seorang wanita cantik dan pekerja keras
Naina berasal dari keluarga sederhana,dia dinikahi oleh seorang Pria tampan dan mapan dari keluarga berada benama Al-Bara Adhitama Rahardian di Rahardian group
Naina dan Al-Bara saat Naina baru berusia 19 Tahun dan Bara berusia 22 tahun saat Naina bekerja sebagai seorang office girl atau cleaning service di perusahaan Papi Bara
awalnya mami Bara tidak setuju karena Naina tidak sederajat dengan mereka namun Bara tetap pada pendiriannya mau menikahi Naina karena sudah benar-benar jatuh cinta pada gadis cantik nan polos itu
awal pernikahan mereka Naina sangat bahagia karena Bara memperlakukannya sangat manis ditambah saat Naina melahirkan putra pertamanya
Azka Adithama Rahardian mereka terlihat sangat menyayangi Azka
Tuan Abraham Papi Bara sangat menyayangi cucu pertamanya itu namun berbeda dengan Nyonya Dianra Mami Bara tidak begitu antusias dengan cucunya dan masih tidak menyukai Naina
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummy phuji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Diusir dan diceraikan hanya karena sibungsu memecahkan pot bunga
Azka memegang tanganku karena takut melihat omanya marah,tangan azka Terasa dingin
"kalian ya benar-benar tidak tau di untung,masih bagus saya masih mau menampung kalian "ucap mami mertuaku
"maaf Mi Abi tadi tidak sengaja "jawabku
"dasar memang anak-anakmu sangat nakal,kamu jadi ibu tidak becus mengurus dan mendidik anak-anakmu dengan baik "ucap mami mertuaku
ini untuk kesekian kalinya mami mertua melukai perasaanku dengan kata-kata yang tajam
saya berusaha menahan lelehan air mataku
saat mami mendumel panjang lebar dan terus menghinaku suamiku dan Ayah mertuaku datang menghampiri kami
"ada apa sih mi, masih pagi-pagi sudah ribut"ucap papi mertua
"iya mi ada apa sih kok ribut-ribut "tanya mas Bara
"ini Bara istrimu ini tidak becus mengurus dan mendidik anak-anaknya sehingga mereka itu menjadi sangat nakal dan tidak terkendali "ucap mami mertua mengadu pada Putranya
kata-kata ibu mertua kembali melukai perasaanku seolah-olah anak-anakku itu hanyalah milikku seorang mereka tidak ada sangkut pautnya
Narendra hanya berdiri diatas dekat tangga memperhatikan kami
"sayang kamu simpan itu dulu ya takutnya nanti airnya tumpah"ucapku berbisik meminta putraku menyimpan kain pelnya
"iya ma"jawabnya dan masuk kedalam untuk menyimpan alat pelnya
tak berapa lama Putraku kembali mendekatiku dan memegang tanganku
sudah banyak sumpah serapah yang ibu mertua ucapkan untukku namun saya tetap bersabar menghadapi mereka
"sayang kamu keatas ya,temani Adik-adikmu mungkin mereka juga ketakutan karena terkejut "ucapku berbisik pada putraku dan dia hanya mengangguk dan berjalan naik kelantai dua dimana Adik-adiknya berada
"dengar ya naina sebaiknya kamu pergi dari sini dan bawa semua anak-anakmu,kalau kamu dan anak-anakmu masih disini bisa-bisa rumah ini akan hancur"ucap mami mertua dengan mata yang merah
"Astaghfirullahulalazim "ucapku menutup mulutku dengan kedua tanganku karena terkejut mendengar ucapan mami mertua mengusirku bersama anak-anakku
suami dan ayah mertuaku Hanya diam saja lalu ayah mertuaku berlalu masuk kedalam kamarnya kembali
"Bara ceraikan perempuan pembawa sial itu dan usir dari rumah ini beserta anak-anaknya "ucap mami mertua
"tapi ma"ucap mas Bara
"apa?! apa kamu mau mami coret nama kamu dari daftar ahli waris ?!"ucap mami mertua
jantung berdetak sangat kencang menunggu keputusan mas Bara
"Naina Nurannisa saya Al bara Adithama Rahardian menceraikanmu dengan talak satu" ucap mas Bara
Dhuarrrr
bagaikan suara petir yang menggantam kepalaku
saya sungguh tidak percaya mas Bara akan melakukan ini padaku
"pergilah dari rumah ini karena kamu bukan siapa-siapa ku lagi dan jangan lupa bawa serta ke empat anakmu"ucap mas bara lagi dan itu membuat lututku bergetar dan seketika Tubuhku luruh kelantai
air mata yang sedari tadi kutahan kini tumpah sudah
"ayo apa lagi yang kamu tunggu ayo kemasi semua barang-barangmu dan pergilah dari sini"ucap mami mertua dengan tersenyum sinis kearah ku
dengan sisa kekuatanku saya berusaha untuk bangkit,saya bejalan naik kelantai dua menuju kamar putraku, sesampaiku dikamar Azka saya melihat anak-anakku menyeka air mata mereka
"bang bantuin adek ya bang untuk berkemas pakaian kalian masukkan saja dalam tas besar itu semua pakaian kalian biar kita tidak banyak bawa banyak tas karena kita hanya memakai si vino"ucapku pada ke empat Putraku dengan suara bergetar
setelah itu saya pun menuju kamar untuk mengemasi pakaian -pakaianku yang tidak seberapa karena memang jarang beli baju
mas bara akan membelikanku baju daster murahan Alasannya saya tidak akan kemana-mana kecuali kesekolah anak-anak dan kepasar
didalam kamar saya tidak mendapati mas Bara
saya tidak lupa mengambil buku rekening bank yang kusembunyikan dalam lemari putra bungsuku
"sudah siap nak?"tanyaku pada anak-anakku
"siap ma,ayo kita pergi "ucap Azka
"iya sayang ayo,apa kamu sudah mengambil semua nak?apa tidak ada yang ketinggalan ?!"tanyaku lagi pada mereka
"tidak ada ma"jawab mereka
"Ayo,nanti Oma dan papa semakin marah jika kita masih disini berlama-lama "ucapku pada ke empat putraku
tidak ada lagi yang kututupi dari mereka karena sudah mendengar ucapan papa dan omanya secara langsung
kami menuruni anak tangga dengan menyeret tas besar milik kami
sesampainya dilantai bawah ternyata mantan mami mertua menunggu kami
"ini gaji kamu selama menjadi pembantu dirumah ini"ucap mantan mami mertua melemparkan amplop coklat kepadaku dan mengenai wajahku,
Hati ku sangat sakit ternyata mereka hanya menggapku sebagai seorang pembantu
saya memungut amplop coklat itu karena saat ini saya sangat butuh uang untuk sewa kontrakan dan biaya makan kami sehari-hari
kami meninggalkan rumah besar itu yang meninggalkan banyak kenangan selama 16 tahun dan hanya dianggap sebagai pembantu bukanlah menantu
"ma kita harus kemana ?!"tanya Azka dan ketiga putraku mendongakkan wajahnya menatapku
"untuk sementara kita cari kontrakan aja ya nak!"ucapku pada putra keduaku Attalaric
"iya mah "jawabnya lalu menunduk saya tau anak-anakku pasti sedih karena ayahnya sendiri mengusir kami dari rumah ini
"kalian tunggu disini ya,mama ambil motor dulu"ucapku pada anak-anakku mereka hanya mengangguk patuh
kurogoh saku dasterku mencari kunci motorku
"Alhamdulillah ternyata masih dalam kantong daster"ucapku saat mendapatkan kunci motorku
saya menyalakan mesin motor dan menjalankannya
saya menyusun tas besar milik anak-anak ku dan tasku sendiri yang berukuran sedang di depanku untuk kujadikan tempat duduk untuk sibungsu dan Ali sedangkan di belakangku Atta dan azka
Hal seperti ini sudah biasa untuk kami karena saya mengantar ke empat anakku sekaligus dengan motorku ini
"pegangan ya sayang"ucapku pada anak-anakku
"iya ma"jawab mereka
"Subhaanalladzii sakkhara lanaa hadza wama kunna lahu muqriniin wa-inna ilaa rabbina lamunqalibuun. Artinya: Maha suci Allah yang telah menundukkan untuk kami (kendaraan) ini. padahal sebelumnya kami tidak mampu untuk menguasainya, dan hanya kepada-Mu lah kami akan kembali"ucapku melafazkan doa berkendara memohon keselamatan kepada Allah
setelah membaca doa saya menjalankan motor dengan perlahan menuju gerbang pak amin yang melihatku segera berlari mendekati
"ibu Naina mau kemana ko bawa-bawa tas begitu?"ujar pak amin bertanya kepadaku
"mau pulang pulang kampung pak, anak-anak kangen sama neneknya "jawabku beralasan
saat pak amin membuka pintu pagar dan saya sudah menjalankan motor keluar dari pagar besi yang tinggi itu tiba-tiba pak syukur berlari menghampiri kami
"Bu Naina tunggu"ucap pak syukur ngos-ngosan
"ada apa pak?"tanyaku
"Bu Naina ini ada titipan dari tuan besar katanya jangan ditolak ini permintaan permintaan maaf dari beliau karena beliau tidak bisa membantu hanya dengan car ini beliau membantu ibu "ucap pak syukur
"oh ucapkan terimakasihku pada tuan besar ya pak,kalau begitu kami permisi"ucapku lalu memasukkan amplop coklat yang sangat tebal itu kedalam tas pundakku lalu menjalankan motorku dengan pelan meninggalkan rumah mewah itu berasama anak-anakku
"Abang pernah liat tidak rumah kontrakan sekitaran sini atau dekat-dekat mana gitu dan tidak jauh dari sekolah kalian "ucapku pada putra sulungku yang duduk dibelakangku
"ma kakak pernah baca ada rumah dikontrakkan tidak jauh dari lapangan waktu itu Edi minta tolong ditemani kerumahnya karena buku matematikanya ketinggalan "Ucap Atta putra keduaku
"oh ya?! bagaimana kalau kita lihat kesana siapa tau masih ada"jawabku tidak ingin mengecewakan Putraku
sinar matahari pun semakin terik
kujalankan motorku sedikit menambah kecepatannya semoga saja rumah kontrakan yang dikatakan anakku benar ada
Atta pun menjadi petunjuk jalan dan saya mengikuti arahannya dan ternyata benar disana ada rumah yang di kontrakan
saya pun menghentikan motor didepan rumah kontrakan itu dan ingin bertanya siapa yang bisa dihubungi
"assalamualaikum, permisi "ucapku mengucapkan salam dirumah dekat rumah kontrakan itu
"waalaikumsalam "jawab seorang wanita paruh baya dari dalam rumah itu
"permisi bu"ucapku saat melihat seorang ibu paruh baya menghampiri ku
"iya mbak ada yang bisa saya bantu ? ayo silahkan masuk mbak" jawab ibu itu dan mempersilahkan saya masuk
akhirnya saya masuk kedalam teras rumahnya dan duduk disana
"ini bu saya mau tanya apa rumah disebelah itu benar mau dikontrakkan ?"tanyaku pada ibu itu
"iya benar mbak"jawabnya
"oh kalau begitu apa ada yang bisa dihubungi bu?!"tanyaku lagi
"oh mbak mau ngontrak ?"tanya ibu itu lagi
"iya bu,saya dan anak-anak lagi cari kontrakan disekitaran sini siapa tau harganya cocok"ucapku
"oh kebetulan rumah itu milik kakak saya,dia mengontakkan rumahnya karena ikut sama anaknya karena disini dia tinggal sendiri "jawab ibu itu panjang lebar
saya hanya manggut-manggut mendengar ceritanya