Lintang Anastasya, gadis yang bekerja sebagai karyawan itu terpaksa menikah dengan Yudha Anggara atas desakan anak Yudha yang bernama Lion Anggara.
Yudha yang berstatus duda sangat mencintai Lintang yang mengurus anaknya dengan baik dan mau menjadi istrinya. Meskipun gadis itu terus mengutarakan kebenciannya pada sang suami, tak menyurutkan cinta Yudha yang sangat besar.
Kenapa Lintang sangat membenci Yudha?
Ada apa di masa lalu mereka?
Apakah Yudha mampu meluluhkan hati Lintang yang sekeras batu dengan cinta tulus yang ia miliki?
Simak selengkapnya hanya di sini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Mulai menduga
Yudha melihat jam yang melingkar di tangannya. Wajahnya menyimpan kegugupan yang amat besar. Acara ulang tahun Lion akan digelar satu jam lagi. Namun, Andreas belum juga datang. Rencana ingin menjemput Lintang pun sedikit terlambat.
Ponsel dari saku jas berdering. Yudha antusias mengangkatnya saat melihat nama yang berkelip di layar. Pasti ada sesuatu yang penting jika sang asisten sudah menelponnya.
"Ada apa?" tanya Yudha tegas. Berharap tidak ada halangan apapun.
"Maaf, Pak. Saya mengganggu, ada tamu dari Prancis yang ingin minta tanda tangan. Dia tidak bisa menunggu waktu lagi. Bapak harus segera datang ke kantor," ucap Andreas terputus-putus. Ia tahu konsekuensinya jika mengganggu Yudha yang sibuk dengan Lion.
Sialan
Yudha mengumpat dalam hati. Semua sudah siap pergi, namun harus terjeda dengan masalah yang tak dijadwalkan.
"Baiklah, aku akan segera datang. Siapkan mobil untuk menjemput Lintang."
Yudha menghampiri Bu Indri dan yang lain.
"Sayang, kamu pergi bersama oma dan opa, nanti papa nyusul." Mencium pipi gembul Lion dengan lembut.
Yudha bergegas keluar dari rumah. Saking gugupnya, terpaksa menyetir mobil sendiri tanpa bantuan sopir.
Setibanya di depan kantor, Yudha menghampiri salah satu sopir kantor yang membawa kado miliknya. Juga selembar kertas dari Andreas.
"Hati-hati, jangan sampai terjadi apa-apa pada Lintang," pesan Yudha.
"Baik, Pak."
Yudha berlari masuk. Tak mengindahkan sapaan karyawan yang berlalu lalang. Untuk saat ini tidak ada yang penting selain menghadiri pesta sang buah hati.
"Di mana tamunya?" Suara berat Yudha membuyarkan lamunan Andreas yang mematung di depan pintu ruangan rapat.
Menggiring sang bos masuk untuk bertemu klien yang ia katakan.
Yudha nampak fokus berbicara dengan pria yang ada di depannya, sedangkan Andreas nampak sedikit gelisah. Wajahnya pucat pasi mengingat alamat yang tak asing baginya.
Bagaimana jika dugaanku benar? Pak Yudha pasti akan menyesal. Apa mungkin pengunduran diri Lintang ada hubungannya dengan penolakan pak Yudha waktu itu. Tapi, darimana dia tahu wajah pak Yudha, bukankah waktu itu dia tidak ada di rumah?
Ini kali pertama Andreas tak bisa fokus dengan pekerjaan. Keringat dingin bercucuran menembus pori-pori. Dinginnya Ac seakan tak berfungsi lagi.
"Terima kasih atas kerjasamanya. Sekali lagi maaf mengganggu waktu Anda," ucap sang klien berjabat tangan dengan Yudha dan Andreas bergantian. Setelah itu keluar dari ruangan.
"Kenapa kamu tidak bilang dari semalam kalau tamunya hari ini pulang," bentak Yudha pada Andreas.
"Ma… maaf, Pak. Saya juga baru tahu tadi pagi." Andreas mengusap peluh yang membasahi wajahnya. Kenyataan ini membuat hati dan otaknya keruh.
"Bagaimana dengan Lintang? Apa bapak akan menjemputnya sekarang?" tanya Andreas sedikit ragu, mengikuti langkah lebar Yudha menuju Lift.
''Tidak, dia sudah dijemput sopir."
Sedikit lega, setidaknya punya waktu memikirkan langkah untuk menghadapi Lintang.
Andreas langsung melajukan mobilnya menuju tempat acara. Sesekali matanya melirik Yudha dari spion yang menggantung.
Apa aku kasih tahu pak Yudha sekarang saja, tapi bagaimana kalau dugaanku itu salah, pasti akan runyam.
Andreas mengurungkan niatnya, mengikuti alur yang sudah berjalan. Mungkin memastikan dulu akan lebih baik.
Ponsel Andreas berdering, nama sopir kantor yang berkelip di layar.
"Ada apa?" tanya Andreas, matanya fokus pada jalan raya yang mulai macet.
"Pintu rumah mbak Lintang tertutup, Pak. Kata tetangganya, dia sudah berangkat naik motor."
"Baiklah, kamu cepat kembali."
"Ada apa?" tanya Yudha tanpa menatap ke arah depan.
"Lintang sudah berangkat naik motor.''
Yudha menyandarkan punggungnya. Momen yang ia tunggu terlewati dengan sia-sia, namun ia berharap bisa memberikan baju itu pada Lintang di lain waktu.
Suasana gedung sudah semakin ramai. Tamu undangan sudah memadati ruangan pesta. Yudha mengedarkan pandangannya, menyisir setiap tamu yang berhamburan menghampiri putranya.
Di mana Lintang, apa dia belum sampai.
Yudha sedikit cemas, takut Lion akan ngambek jika tak melihat gadis itu di samping nya. Berjalan ke depan. Matanya terus menatap ke arah gerbang, berharap orang yg ditunggu segera tiba.
Mobil mewah memasuki area parkir. Yudha dan Andreas saling pandang lalu menatap wanita yang baru saja turun.
Ternyata itu adalah Nathalie, wanita yang kini menjadi mantan istrinya. Tampilannya tetap glamour dan cantik.
"Mas Yudha," sapa Natalie, wajahnya tak sesedih saat berada di pengadilan agama. Sebuah kotak besar yang dibawa sopir itu diletakkan di depan pintu.
"Mana Lion?" tanya Natalie dengan lembut.
Panjang umur, Lion datang bersama mbak Mimah.
"Lion, Sayang. Selamat ulang tahun," ucap Natalie memeluk tubuh mungil putra pertamanya.
Tak ada tanggapan, Lion masih saja memasang wajah cemberut.
"Ini hadiah untuk Lion." Menunjuk kotak besar yang ada di sampingnya.
Tetap saja, itu pun tak membuat Lion tersenyum, ekspresinya sedatar batu bata yang baru kering.
"Pa, tante cantik kok belum datang?" tanya Lion menarik pucuk jas Yudha.
Siapa yang dimaksud Lion.
Natalie bertanya dalam hati. Sudah bukan haknya menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan Yudha. Namun Lion tetap putranya, dan ia harus tahu siapa saja yang sudah masuk ke kehidupan bocah itu. Ia mulai cemburu, tapi Natalie tak bisa berbuat apa-apa.
"Sebentar lagi, Sayang. Mungkin tante cantik masih dalam perjalanan," jawab Yudha menenangkan, meskipun ia sendiri juga gelisah.
Deg deg deg
Jantung Andreas berdetak lebih cepat. Ia membayangkan apa yang terjadi jika semua nya terbongkar. Akankah Yudha tenggelam dalam penyesalan? Bagaimana dengan Lintang? Apa dia akan tetap terikat dengan hubungan itu, ataukah memilih menjauh dari Lion dan Yudha?
"Yud, acaranya mau dimulai, semua tamu sudah datang, kamu nungguin siapa lagi?" tanya Bu Indri yang ikut keluar.
"Sebentar lagi, Oma. Tante cantik belum datang."
Bu Indri menarik lengan Yudha ke belakang, lalu berbisik.
"Sebenarnya siapa yang dimaksud Lion? Kenapa dia sangat sayang dengan tante cantik?"
Yudha tersenyum tipis, rona wajahnya nampak berseri.
"Dia karyawan kantor, Ma. Tapi sekarang sudah mengundurkan diri, aku juga tidak tahu alasannya apa, yang pastinya dia itu sangat menyayangi Lion," jelas Yudha yang masih bisa didengar oleh Natalie.
Waktu terus berputar, namun belum ada tanda-tanda Lintang datang membuat hati Lion gusar.
Yudha mendekati Lion dan menggendong nya. "Sayang, kita masuk dulu ya, pasti nanti tante cantik datang," bujuk Yudha.
Natalie diam, dari tadi ia pun dibuat risih dengan nama tante cantik yang digandrungi putranya.
Memangnya secantik apa wanita itu, sampai Lion mengabaikanku.
Suasana sangat meriah. Semua tamu menikmati acara yang baru dimulai. Banyak pasang mata yang fokus pada Lion yang terus memanyunkan bibirnya.
"Lion sayang, senyum dong!" pinta Yudha dengan pelan.
Lion menggeleng, meskipun dikelilingi keluarga tercinta dan orang tua yang lengkap. tetap saja ada yang kurang. Hatinya terasa hampa saat orang yang di sayangi belum hadir.
"Lion, sekarang waktunya tiup lilin," ucap Natalie membungkuk, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Lion.
"Gak mau, aku maunya di temani tante cantik." Lion merengek dengan keras hingga mengalihkan perhatian semua tamu.
Mereka saling berbisik mendengar permintaan Lion yang sedikit aneh.
"Tapi __"
"Lion," sapa seorang gadis memotong ucapan Yudha.
🤡 lawak kali kau thor