Tiba-tiba saja Alexa menghilang di hari pernikahannya, daripada malu baik pihak laki-laki dan perempuan sepakat menikahkan Gavin dengan Anjani. Anjani sendiri merupakan kakak dari Alexa, tetapi Gavin tidak mencintainya dengan alasan usia yang lebih tua darinya. Selisih usia mereka terpaut 6 tahun, Gavin selalu berlaku kasar.
Suatu hari Alexa kembali, ia ingin kekasihnya kembali. Gavin sendiri sangat senang, mereka berencana mel3nyapkan Anjani? Berhasilkah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dollar Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
"Kenapa Bu?" tanya Dara.
"Dara, kamu itu anak orang kaya kenapa nggak kuliah. Sayang banget, Dar, bukannya cita-cita kamu mau jadi chef yah."
"Ibu masih ingat cita-cita saya?" tanya Dara tidak percaya.
Anjani terdiam, sebenarnya ia masih ingat betul cita-cita semua muridnya dulu.
"Bu," panggil Dara lagi.
"Maaf, Dara, lupain aja. Terus kenapa nggak kuliah?" tanya Anjani.
"Saya ..." Dara terlihat menangis.
"Hey, ada apa sama kamu?" tanya Anjani.
"Karena berteman sama Alexa, masa depan saya hancur!"
"Maksudnya?"
"Saat kelulusan SMA, saya, Sinta, Alexa, dan juga Gavin melakukan pesta."
"Iya, terus apa?"
"Ternyata Alexa kasih alkohol diminuman, nggak hanya itu, perangsang juga."
"Apa!" Anjani terkejut.
"Saya sama Sinta melakukan itu sama Gavin, kami divideo bertiga!" Dara menangis dan Alexa mengancam akan menyebarkannya jika nggak mau disuruh-suruh."
"Lalu apa yang terjadi?"
"Saya hamil anak Gavin, Bu."
"Kamu hamil," ucap Anjani.
"Iya," sahut Dara, "makanya saya benci Alexa! Karena Gavin nggak tahu kalau saya hamil, ini semua rencana Alexa!"
"Lalu gimana dengan Sinta?" tanya Anjani.
"Sinta nekat, Bu."
"Maksudnya?"
"Sinta menggugurkan bayinya, karena itu dia sempat masuk penjara satu tahun."
"Lalu kamu?" tanya Anjani lagi.
"Saya juga keguguran, Bu karena stres berat! Sejak itu, orang tua, teman, sahabat, keluarga, semuanya menjauh. Hanya Sinta yang mau jadi teman," sahut Dara.
"Saya nggak nyangka, kalian begitu gelap!" imbuh Anjani, "dulu waktu saya SMA, nggak pernah ikut pesta saat kelulusan."
"Kenapa Bu?" tanya Dara.
"Itu karena saya nggak punya uang," sahut Anjani, "disisi lain saya bahagia, karena beberapa teman yang ikut mengadakan pesta itu meninggal."
"Meninggal kenapa, Bu?" tanya Dara penasaran.
"Overdosis miras," sahut Anjani.
"Jadi masa SMA Ibu juga kelam."
"Ya begitulah, tinggal kita aja yang pilih teman. Saya minta maaf, kalau Alexa membuat hidup kamu hancur!"
"Ibu nggak berhak minta maaf sama saya, yang salah itu Alexa!"
"Saya tahu, biar bagaimanapun kami bersaudara."
"Dia nggak pantes jadi saudara Ibu!"
"Benci banget kamu sama Alexa."
"Iyalah saya benci, orang licik kayak dia siapa juga yang mau berteman!"
"Lalu sekarang kamu mau nikah?" tanya Anjani.
"Iya, Bu," sahut Dara.
"Apa orang tua kamu tahu?"
"Mereka tahu."
"Lalu tanggapannya?"
"Kayak biasa, nggak ada."
"Yang sabar yah."
"Saya selalu sabar, Bu."
"Yang penting laki-laki itu sayang sama kamu."
"Iya Bu, saya udah cerita semuanya sama dia."
"Berarti dia mau menerima masa lalu kamu."
"Makanya saya mau nikah sama dia."
"Ya semoga nanti acaranya lancar."
"Doain ya, Bu."
"Iya."
Dinda yang sudah mandi dan juga rapi datang. "Kalian sampai kapan ngobrol?"
"Dinda, sejak kapan kamu mandi?" tanya Anjani.
"Sejak kalian asyik ngobrol," sahut Dinda lalu berlalu ke dapur, "aku masak ya, An."
"Ya masak aja asal jangan asin yah!" teriak Anjani.
"Oke, kalau ingat juga."
"Dinda!" teriak Anjani lagi.
"Iya-iya," sahut Dinda.
Dara malah tertawa melihat Anjani dan Dinda.
"Saya mandi dulu ya, Dar," ucap Anjani.
"Oke, Bu," sahut Dara.
"Bu Anjani aja terus disakiti sama Alexa, kali ini aku akan buat dia menderita!" batin Dara.
Lalu Dara menelpon Sinta, ia ingin menyusun rencana untuk membalas perbuatan Alexa dulu.
"Hallo Dar, ada apa?" tanya Sinta.
"Aku mau ke rumah kamu bisa nggak," sahut Dara.
"Bisa aja."
"Oke, aku mau mandi dulu."
"Ya sudah, aku tunggu."
"Oke."
Anjani pun keluar dari kamar mandi. "Dar, kamu mau mandi."
"Iya, Bu."
"Ya sudah mandi sana, saya sudah selesai."
"Baik, Bu."
Dara pun segera bersih-bersih, Anjani juga mau bersiap ke toko.
Di dapur sudah siap makanan, Dinda juga bingung kenapa ia begitu semangat memasak. padahal, biasanya juga malas.
"Masak apa kamu, Din?" tanya Anjani.
"Sayur asam patin," sahut Dinda.
"Wah, enak tuh ada sambalnya nggak?"
"Belum aku buat."
"Ya udah aku aja yang buat."
"Oke, aku juga mau siapin acarnya."
Anjani dah Dinda siap memasak sekarang, lalu Dara datang.
"Pagi semuanya," ucap Dara.
"Sudah mandi?" tanya Anjani.
"Ish, Ibu ini. Apa nggak lihat saya udah bersih, wangi, cantik lagi." Dara cemberut saat ditanya seperti itu.
Dinda malah tertawa. "Kamu nggak cocok cemberut begitu, Dar."
"Apa sih, Kak!" kesal Dara.
"Sudah-sudah," lerai Anjani, "ayo kita makan."
"Ibu sama Kak Dinda masak apa nih?" tanya Dara.
"Sayur asam," sahut Anjani lagi.
"Kamu pernah nggak makan sayur itu?" tanya Dinda kemudian menarik kursi untuk duduk.
"Ya pernah dong," sahut Dara lagi lalu duduk begitu juga dengan Anjani.
"Syukur deh kalau pernah makan masakan ini," ucap Alexa.
"Emang kenapa?" tanya Dara.
"Ya kan ini makanan orang kampung," sahut Dinda.
"Mana ada Kak, bau wangi begini makanan orang kampung!"
"Sudah-sudah, ayo sarapan kebanyakan ngomong!" kesal Anjani.
"Maaf, Bu ...." ucap Dara lirih.
"Sorry," ucap Dinda.
Selesai makan, Dara minta izin ke rumah Sinta.
"Saya ke rumah Sinta dulu ya, Bu."
"Iya, Dara. Kamu nanti balik lagi kan, kesini?"
"Balik kok, Bu."
"Ya sudah kalo gitu hati-hati."
"Iya, Bu."
Dara kemudian mencium tangan Anjani. "Pergi dulu ya."
Anjani sempat terpaku melihat aksi Dara tadi.
"Dia cocok jadi adik kamu, An," ucap Dinda.
"Apa sih," sahut Anjani.
"Hemm, ya sudah aku juga mau ke kantor. Mau bareng nggak?" tanya Dinda.
"Aku pake motor sendiri, Din," sahut Anjani.
"Ya sudah kalo gitu, aku pergi dulu."
"Hati-hati, Din."
"Iya, kamu juga." Dinda menyalakan klakson sebagai tanda ia mau pergi.
Lalu Anjani mengunci pintu rumahnya dan pergi. Saat di tengah jalan, tiba-tiba sebuah mobil menghalanginya.
"Anjani," panggil Johan.
"Papa," ucap Anjani.
Johan keluar dari mobil dan menghampiri Anjani yang masih duduk di atas motornya.
"Papa mau ngomong sama kamu?" tanya Johan.
"Ngomong aja," sahut Anjani.
"Tapi nggak disini, kita ke restoran yah."
"Nggak, taman aja gimana?"
"Ya boleh kalo itu mau kamu."
Mereka berdua pun ke tamban, Anjani juga bingung kenapa tiba-tiba sekali.
Sampai di taman, Johan duduk begitu juga dengan Anjani. Namun, ada jarak di antara mereka saat duduk, Johan merasakan itu.
"Kenapa duduk disitu?" tanya Johan.
"Nggak papa," sahut Anjani, "oh ya, mau ngomong apa? Mumpung disini, soalnya saya nggak punya banyak waktu!"
Johan menyadari sekarang, nada bicara Anjani sangat datar dan tidak ada kelembutan sama sekali.
"Apa benar kamu menggugat cerai Gavin?" tanya Johan.
"Ya," sahut Anjani.
"Kenapa nggak kasih tahu Papa."
"Untuk apa? Lagian saya juga perlu bantuan Papa, justru Papa adalah masalah."
"Apa maksud kamu bilang kalau Papa adalah masalah?" tanya Johan dengan mata lebar.
Anjani hanya tersenyum tipis dan menyeringai.
BERSAMBUNG
luar binasa Gavin ini
bener2 penjahat kelamin
😡😡😡😡
semoga datang karma pada mereka..
Anjani aja gak pernah gangguin hidup mu...kamu aja yang tiap hari usil...
orang ketus mank harus dibalas ketus 👍👍👍