Terpaksa menggantikan sang kakak untuk menikahi pria yang tidak diinginkan kakaknya. Menjalani pernikahan lebih dari 3 tahun, pernikahan yang terasa hambar, tidak pernah disentuh dan selalu mendapatkan perlakuan yang sangat dingin.
Bagaimana mungkin pasangan suami istri yang hidup satu atap dan tidak pernah berkomunikasi satu sama lain. Berbicara hanya sekedar saja dan bahkan tidak saling menyapa
Pada akhirnya Vanisa menyerah dalam pernikahannya yang merasa diabaikan yang membuatnya mengajukan permohonan perceraian.
Tetapi justru menjelang perceraian, keduanya malah semakin dekat.
Apakah setelah bertahun-tahun menikah dan pada akhirnya pasangan itu memutuskan untuk berpisah atau justru saling memperbaiki satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22 Insiden
"Ya. Allah siapa orang itu," ucap Vanisa dengan sangat ketakutan dengan tangannya yang sejak tadi menggenggam tasnya.
Vanisa bahkan tidak punya kesempatan untuk meminta pertolongan atau menelpon. Karena dia tidak bisa berbicara dan percuma saja menghubungi siapapun, dan sementara untuk mengetik pesan itu memerlukan waktu yang sangat lama.
Beberapa waktu yang lalu taksi mereka dihadang pengendara motor yang tiba-tiba tergeletak di aspal. Supir Taxi yang langsung keluar untuk melihat dan di depan Vanisa yang masih duduk di jok mobil melihat sangat jelas bagaimana orang tersebut yang tiba-tiba saja bangun dan memukul sopir taksi itu.
Vanisa begitu sangat terkejut dan merasa ada yang tidak beres membuatnya langsung membuka pintu mobil dan langsung lari. Dia sudah mengetahui bahwa orang tersebut pasti orang jahat.
Sementara Arvin yang berada di dalam mobil, wajahnya terlihat panik yang mencoba untuk mencari keberadaan istrinya sembari menelepon dan ternyata nomor Vanisa sama sekali tidak bisa dihubungi.
"Kemana dia?" batin Arvin dengan memijat kepalanya.
Dratt-drattt-drattt.
Arvin langsung mengangkat telepon tersebut tanpa melihat siapa yang menelpon.
"Apa sekarang kau sedang mencari istrimu?" terdengar suara yang tidak asing dari telepon tersebut membuat Arvin melihat panggilan tersebut yang ternyata dari nomor baru.
"Siapa kau?" tanya Arvin dengan menekan suaranya.
"Lihatlah bagaimana istrimu yang sekarang sedang berlari ketakutan. Kau memang terlalu bodoh yang membiarkan dia pergi sendirian dan hanya mengejar sesuatu hal yang tidak jelas. Ingin dijadikan sebagai pemimpin nomor satu tetapi masih terlihat bodoh," ucap pria tersebut dengan suara yang sangat berat.
Arvin yang tiba-tiba mengingat bahwa dia sampai Perusahaan dan ternyata tidak jadi penandatanganan berkas yang sebelumnya dibicarakan sekretarisnya. Karena kliennya yang mendadak sakit dan menunda kepulangan dan juga tidak bisa ke Perusahaan.
"Kau...." Arvin sudah menyadari bahwa dia seperti sengaja dikecoh agar berpisah dengan Vanisa dan benar ini yang terjadi Vanisa tidak sampai ke tempat itu.
"Kenapa? kau baru menyadari bahwa kau begitu sangat bodoh!" pria bersuara berat itu tampak mengejek Arvin.
"Katakan di mana istriku!" tegas Arvin.
"Istri yang mana dulu, istri yang bernama Angela atau istri yang tidak bisa berbicara," ucap pria itu.
"Siapa kau sebenarnya dan apa yang kau inginkan?" tanya Arvin yang memang tidak bisa tinggal diam lagi dengan orang itu, karena bukan pertama kali Arvin di telepon seperti itu dan selama ini dia mengabaikan panggilan itu.
Mengingat dia sebentar lagi akan dinobatkan dan pasti banyak para teror pesaing yang ingin menjatuhkannya dan sekarang Arvin tidak bisa tinggal diam karena pria tersebut seperti mengetahui semua asal usul pernikahannya.
"Jangan terlalu panik seperti itu, jika kehilangan satu istri bukankah masih ada istri yang harus ditunggu," ucap pria itu yang benar-benar mempermainkan Arvin.
"Cih!" Arvin mendengus kasar.
"Aku tidak akan terkecoh dengan omonganmu. Aku tidak mengerti dengan istri berapa yang kau ucapkan. Jika kau benar-benar tahu dan melihat istriku dan bukankah seharusnya kamu berikan bukti kepadaku bahwa dia ada di tanganmu dan barangkali kau salah orang," ucap Arvin yang mencoba untuk memancing pria itu dengan dirinya setenang mungkin dan padahal dia sangat mengkhawatirkan Vanisa.
"Apa aku salah orang dengan wanita memakai dress hitam itu," sahut pria itu yang membuat Arvin mengepal tangannya.
"Ha-ha-ha. Kau masih berpikiran bahwa aku tidak mengetahuinya. Istri yang disembunyikan," lanjut pria itu.
"Kurang ajar," umpat Arvin.
Tut-tut-tut-tut.
Tiba-tiba saja panggilan telepon itu mati.
"Siapa dia sebenarnya dan apa yang telah dia ketahui," batin Arvin.
"Aku tidak bisa tinggal diam seperti ini. Aku harus tahu apa yang dia mau sebenarnya," batin Arvin dengan penuh emosi.
Vanisa yang tampak bersembunyi di balik rerumputan yang cukup tinggi, dengan posisinya yang berjongkok memeluk lututnya dan terlihat ketakutan dengan tubuhnya yang bergetar.
Hanya suara nafas yang terdengar yang naik turun tetapi berusaha menutup mulutnya agar tidak terdengar suara apapun. Vanisa tidak tahu siapa orang yang mengganggunya itu yang sejak tadi mendengarkan suara langkah kakinya dan suara siulan yang sangat mengerikan membuatnya begitu takut.
Air mata Vanisa yang sudah jatuh membasahi pipinya yang tidak bisa meminta bantuan kepada siapapun karena tempat itu benar-benar sangat sepi. Vanisa mendengar suara langkah kaki itu dipercepat yang membuatnya semakin takut dengan menutup telinga dan juga matanya yang terlihat sudah pasrah jika laki-laki tersebut akan datang.
Vanisa dikejutkan saat tangannya disentuh.
"Vanisa!" ternyata orang tersebut adalah Arvin yang berjongkok di belakangnya.
Arvin melihat jelas bagaimana wajah istrinya yang sangat pucat dengan nafas naik turun. Jika dia bisa berbicara mungkin saja sudah berteriak saat disentuh.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Arvin memegang pipi Vanisa dengan matanya yang meneliti sang istri.
Arvin melihat lengan Vanisa yang terluka dan juga tampak ada sobekan di bagian bawah dress nya yang mungkin Vanisa sempat terjatuh jadi lututnya terluka.
"Tidak perlu takut. Aku ada di sini," ucap Arvin.
Vanisa belum mampu untuk menjawab perkataan Arvin yang sekarang dia hanya merasakan tubuhnya yang tidak stabil. Dengan rasa ketakutan dan mencoba untuk melihat di mana pria tersebut yang sejak tadi mengikutinya.
Dalam ketakutan seperti itu membuat Arvin langsung bertindak yang membuka jasnya dan menutupkan ke tubuh istrinya dan kemudian Arvin juga meletakkan tangannya di bawah lutut Vanisa satunya di punggung Vanessa yang langsung menggendong Vanisa ala bridal style.
Vanisa cukup terkejut tetapi mengalungkan tangannya di leher Arvin. Vanisa sekarang benar-benar merasa lega. Karena dia masih selamat. Arvin membawa Vanisa menuju mobil membuka pintu mobil dan mendudukkan Vanisa, memakaikan sabuk pengaman. Vanisa sekarang sudah jauh lebih tenang meski jantungnya masih berdebar begitu kencang.
Sebelum memasuki mobil Arvin melihat di sekitarnya yang tidak ada siapa-siapa dan kemudian dia cepat-cepat menyusul untuk memasuki mobil. Tanpa mengatakan apapun. Arvin ya langsung melajukan mobilnya yang pasti ingin membawa Vanisa ke tempat yang jauh lebih aman.
***
Akhirnya mereka sudah sampai. Arvin membawa Vanisa ke dalam kamar yang dan mendudukkan di pinggir ranjang.
"Kamu benar-benar tidak apa-apa?" tanya Arvin berdiri di depan Vanisa yang membuat Vanisa menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu sekarang kamu ganti baju dulu. Kita akan mengobrol setelah ini dan aku juga akan membantu kamu," ucap Arvin.
Vanisa menganggukkan kepalanya yang mencoba berdiri dan hampir saja Vanisa jatuh kalau bukan tubuhnya ditahan Arvin dengan posisi keduanya yang sama-sama membungkuk. Lutut Vanisa masih begitu gemetaran yang masih trauma dengan kejadian tadi.
"Kamu bisa sendiri?" tanya Arvin begitu sangat lembut.
Vanisa menganggukkan kepala dan Arvin melepas tangan itu. Vanisa yang langsung menuju lemari dan mengambil pakaian ganti yang kemudian langsung ke kamar mandi.
Arvin membuang nafas perlahan ke depan.
"Siapa orang itu sebenarnya dan kenapa dia begitu sangat tahu sekali tentang Vanisa," batin Arvin yang jadi kepikiran.
Arvin mengusap wajahnya dengan kasar sampai ke rambutnya, memejamkan matanya yang benar-benar stres dengan apa yang telah terjadi barusan. Arvin seolah tidak bisa membayangkan bagaimana jika dirinya tidak ada dan apa yang akan terjadi pada istrinya.
Bersambung.....
apa motifnya hingga vanisa yg di culik?
jd makin penasaran aku
ketegasan dari Vanisa 👍👍