Kisah ini bercerita mengenai sepasang suami istri yang di satukan dalam pernikahan karena perjodohan semata, Dafa... tidak pernah menerima pernikahannya dengan zila, karena di hati Dafa ada anak perempuan lain yang bertakhta di sana, sedangkan zila sangat bahagia dengan perjodohan itu, karena zila sudah lama mencintai Dafa, sampai satu tahun pernikahan mereka dafa tidak berubah juga, sampai akhirnya zila mengandung, perlahan Dafa berubah dan mulai memerhatikan zila, tapi kehadiran masa lalu Dafa kembali mengguncang rumah tangga mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Zahra Aulia
Seperti rencana, hari ini zila akan ke dokter kandungan bersama Daffa , ini juga kali pertama dia pergi bersama Daffa. keduanya sedang menikmati sarapan sebelum ke klinik kandungan.
Hari ini bukan zila yang memasak, tapi Daffa, pria itu membuat nasi goreng yang sering ia buat kan untuk sang ibu, dan zila orang kedua yang ia buatkan nasi goreng yang menurut ibu nya paling enak di dunia
"Gimana, enak"
"emm, lumayan"
"lumayan?, mamah Bahkan menyebutnya paling enak di dunia" Daffa memajukan bibirnya, terlihat gemas bahkan zila tersenyum melihat tingkah nya yang menggemaskan
"em__ ok, nasi goreng anda enak"
"Yahh, ga tulus "
"masakan mas Daffa paling enak" zila memegang tangan daffa , berusaha memberitahu daffa kalo apa yang ia ucapkan itu tulus
"coba katakan lagi"
"iya masakan anda enak , paling enak sedunia setelah bunda saya tentunya"
"tapi sepertinya tidak seperti itu, tadi manggil apa coba"
"emm, emang apa"
"mas__mas Daffa" Daffa mengucap kan nya dengan penekanan
"maaf" wajah zila berubah sendu
"heey, kenapa"
"maaf, telah memanggil ada dengan sebutan mas, anda tidak suka kan kalo saya menyebut anda mas.
Bagai di hantam batu di bagian dadanya, sesak yang ia rasakan di bagian dadanya, permintaan maaf Zila bagaikan pedang yang menghunus jantungnya, sakit, sangat sakit.
flashback on
"Mas, hari ini pulang jam berapa" Zila meletakkan gelas teh hangat di atas meja tempat Daffa bekerja. meskipun zila tau teh buatan nya akan berakhir begitu saja di meja makan tanpa di sentuh Daffa
"Mas"
"Mas, kita ke Bandung yuk, zila kangen bunda"
"mas!!"
"BERHENTI MEMANGGIL SAYA MAS, SAYA MUAK MENDENGAR NYA, BERHENTIIII, SAYA MEMBENCI PANGGILAN ITU"
zila hanya mengigit bibir bawahnya, tapi tidak mengeluarkan air mata sedikitpun, tapi hatinya sakit, bahkan Daffa membenci panggilan mas yang zila ucapkan untuknya, hal sesepele itu bisa membuat Daffa sebegitu marahnya.
"zila cuman mau nanya mas" suara zila bergetar menahan tangis
Daffa melempar gelas beserta piring yang zila bawa untuknya kelantai, bahkan zila yang berdiri tidak jauh dari situ terkena siraman nya, untungnya zila menggunakan air hangat bukan air panas.
"SAYA BILANG BERHENTI MEMANGGIL SAYA DENGAN SEBUTAN MAS, SAYA TIDAK PERNAH MEMBERI KAMU SEDIKITPUN HAK UNTUK MENGGUNAKANNYA"
"maaf"
zila berlalu meninggalkan Daffa dengan emosinya, di dalam kamar , zila meringkuk di atas kasur miliknya, menangis tanpa Suara, sesak di dadanya begitu teramat menyedihkan, dengan teganya Daffa membentak nya hanya karena sebutan mas yang ia lontarkan setiap hari untuknya.
"aku janji, ga akan manggil mas, dengan sebutan itu lagi , maaf" Monolog zila
flashback of
Entah kenapa ingatan itu muncul lagi, begitu juga dengan rasa sakitnya, zila menutup wajahnya dengan kedua tangannya, punggungnya naik turun menahan isakan, rasa sesak penolakan Daffa hanya karena ia memanggil nya dengan sebutan mas kala itu kembali mengingatkan nya dengan semua rasa sakit yang Daffa berikan.
Daffa berdiri dari kursinya, mendekat ke arah sang istri yang sudah terisak di tempat nya. Di dekapnya tubuh kecil zila di dalam pelukannya, di usapnya lengan sang istri lembut.
"Mas bodoh, maafin mas Zil, maaf"
zila semakin terisak mendengar ucapan Daffa Kalimat itu membuka luka lama yang ia tanam kini terbuka lagi dengan luka yang sama.
"saya benci anda , benci, anda jahat, kasar, pemarah, saya takut"
Zila memukul lengan Daffa, rasa sakit yang selama ini ia pendam tidak sebanding dengan pukulan kecil yang ia berikan ke lengan daffa, zila berusaha lepas dari rengkuhan Daffa, tapi Daffa semakin mempererat pelukannya.
...
Di dalam mobil, zila diam seperti biasanya, Daffa mengusap sisa air mata di ujung mata zila, tidak ada respon dari wanita itu, pandangan nya tetap lurus menghadap kedepan. Daffa juga tidak memaksa zila untuk berbicara, Daffa membiarkan zila untuk menenangkan perasaannya dulu.
Sesampainya mereka di klinik yang zila tunjukkan, zila berjalan lebih dulu di ikuti Daffa di belakang, Zila memperlambat jalannya , sehingga Daffa yang tadi di belakang kini tepat berada di sampingnya, tanpa mau menatap wajah Daffa, zila menyatukan jemari nya dengan jemari daffa,
"Ayo"Ajak zila
"kita ga daftar dulu"
"saya sudah daftar tadi malam"
"ko bisa"
"bisa lah kan saya berteman sama pemilik kliniknya"
"oh iya"
"emm"
Zila dan Daffa Hanya menunggu sekitar 10 menit sampai akhirnya nama zila di panggil.
keduanya sama sama masuk kedalam ruang pemeriksaan.
"Assalamualaikum"
"waalaikumsallam, masuk Zil"
"iya mbak"
Mata Daffa membola sempurna melihat siyapa dokter yang sering ditemui istrinya, kalian mungkin sudah bisa menebak siyapa dia, yaa__ Zahra Aulia, wanita cantik yang membuat Daffa jatuh hati padanya,
Zahra Aulia sekarang sudah sukses menjadi seorang dokter kandungan dan membuka klinik nya sendiri.
"Sama siapa Zil"
"suami mbak, masa selingkuhan" keduanya terkekeh, mereka memang sudah saling mengenal , semenjak zila memeriksakan kandungan nya di klinik Zahra, Beda cerita dengan Daffa, pria itu seperti sedang berdiri di atas dua sisi, satu masa depan nya satu masa lalunya, entahlah masa depan dan masa lalu seperti apa yang Daffa maksud.
"Daffa" tegur Zahra setelah sadar siyapa sosok suami zila, keduanya mengatupkan tangan saling menyapa tanpa ada sentuhan fisik. menjaga jarak dari hal yang di haramkan.
Keduanya saling menatap sesaat, ada debaran berbeda di hati mereka, tapi kemudian keduanya sadar akan dosa yang baru saja mereka lakukan, zila hanya bisa memperhatikan keduanya dari atas ranjang.
"Gimana Mbak, bayi zila"
"Alhamdulillah bayinya sehat, dia tumbuh dengan baik di dalam sana, tapi ingat pesan mbak jangan banyak pikiran kesian kamunya zil,kamu bisa drop lagi kaya satu bulan yang lalu"
"iya mbak"
"bayi kami perempuan atau laki-laki dok" tanya Daffa, setelah membantu zila merapikan bajunya
"perempuan"
"ini obatnya kamu bisa tebus di apotik"
"makasih mbak"
"iya, sama sama, langsung pulang"
"iya mbak, zila capek mau istirahat, assalamualaikum"
"waalaikumsallam"
Zahra menatap lekat kedua punggung suami istri yang dia kenal betul siyapa mereka.
tatapan yang sulit untuk di pahami.
...
"Mikirin apa daf, mbak Zahra"
"ah , enggak "
"saya paham ko, santai aja"
"Kalian saling kenal"
"iya"
"sejak kapan"
"sejak hamil, mbak Zahra orang yang sangat baik, selain berwawasan luas mba Zahra juga baik hati, pantas waktu di sekolah banyak yang suka"
Daffa hanya mendengarkan zila tanpa mau ikut berlarut dalam kisah Zahra yang di cerita kan istrinya sendiri.
"Kalo misalnya suatu hari nanti saya ga bisa merawat bayi kita, saya mau mbak Zahra yang menjaganya"
"kamu ngomong apa sih, jangan membicarakan sesuatu yang tidak penting" Daffa sedikit membentak Mendengar ucapan zila, bahkan zila bisa melihat perubahan ekspresi Daffa dari kebingungan menjadi marah, zila tidak menjawab hal itu spontan saja keluar dari mulut nya, zila hanya mengusap perutnya sambil memandangi wajah daffa dari samping.
.......
Alhamdulillah..
Maaf mbak author, sedikit masukan dalam penulisan :
Biasanya, bukan biyasanya
Siapa, bukan siyapa
Semangat dalam berkarya mbak author..
Dan terimakasih atas karyanya yang sangat menghibur..
🙏💖
Tetap semangat mbak...
Selamat buat karya-karyanya ya..
sebenarnya tuh aku masih bingung sama alur ceritanya..apa lagi sama masa lalu daffa