Buta sejak lahir dan diasingkan dari keluarga, Nola Neilson kehilangan sosok ibu yang mencintainya. Ayahnya menikah dengan selingkuhan dan membawa anak-anak haram ke dalam rumah. Meski mengalami kekerasan, dia tidak pernah marah sedikit pun.
Ketika Nola dibawa pergi dari lubang neraka keluarga Neilson oleh pelindung mendiang ibunya, dia dijodohkan dengan Halbert Jefford—bos mafia yang mencuci tangannya dengan darah sepanjang hidupnya.
Jangan pernah membuat gadis itu marah karena akibatnya akan fatal. Meski Nola buta, dia mampu melihat mereka dengan kemampuan Supernatural nya. Bisakah Nola hidup berdampingan dengan Halbert yang dingin dan kejam?
Halbert tidak percaya adanya keberuntungan di dunia ini tapi dia mulai mempercayai keberuntungan yang diberikan istrinya .....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan Pernikahan
Kakek Jefford mengangguk lemah. "Benar. Ini yang mereka inginkan. Dengan bakat gadis itu, mereka pasti akan memintanya untuk memberikan banyak keberuntungan demi kepentingan pribadi. Ini adalah sisi gelap organisasi itu. Tapi kamu jangan impulsif. Mereka tidak akan berani menyerang orang-orang negara ini karena adanya hukum yang berlaku."
"Aku mengerti," kata Halbert. Dia akhirnya memakai kalung tersebut dan menatap Nola yang terlihat seperti tidur dengan tenang.
Setelah Kakek Jefford menjenguk Nola, dia pergi untuk menyelesaikan beberapa masalahnya sendiri. Halbert masih menjaganya dan menelepon Frangky untuk memastikan jika orang-orang yang mengejar Nola sudah terbunuh semua.
Percaya atau tidak tentang hal supernatural, Halbert harus memastikan jika gadis itu aman di masa depan.
"Memberikan keberuntungan seperti Dewi Fortuna ... Nola, kamu benar-benar harta karun di mata orang-orang itu. Setelah menikah, kamu hanya bisa menjadi satu-satunya harta karunku," gumamnya dengan tatapan sedikit dingin.
Meski Halbert masih terlihat dingin dan tidak berperasaan, tapi nada bicaranya sedikit lebih lembut.
Pada malam hari, Nola akhirnya siuman. Dia merasa tubuhnya sakit dan kaku. Tapi selain itu, dia juga merasakan kehadiran orang lain di sisinya.
"Tuan Halbert ...," gumamnya.
"Aku di sini," kata Halbert.
Dia sudah menunggu sejak lama dan bodyguard baru saja mengantarkan kue stroberi yang diinginkan Nola waktu jalan-jalan di pusat kota.
"Di mana ini?" tanya gadis itu.
"Kamu di rumah sakit. Istirahatlah selama beberapa hari. Tubuhmu penuh luka lecet dan memar. Dokter bilang kamu butuh istirahat yang cukup untuk memulihkan diri," jawabnya sabar dan tenang. "Apakah kamu ingin makan kue stroberi?" tawarnya.
Nola yang telah mengumpulkan nyawanya terkejut. "Kue? Apakah kue itu masih ada?"
"Gadis bodoh. Tentu saja ada. Kue itu tidak pergi," jawab Halbert langsung terkekeh. Dia membuka kotak kue dan memotong sedikit. "Cobalah. Jika enak, aku akan membelinya lagi di masa depan."
Nola bersandar di kepala ranjang agar bisa makan kue. Dia mencicipinya beberapa sendok dan merasa jika kuenya benar-benar sangat enak. Rasa stroberi yang manis asam terasa segar di mulutnya. Ditambah krim lembut dan kue empuk, semuanya sempurna.
"Apakah ... Apakah orang-orang itu sudah pergi?" tanyanya.
"Mereka sudah mati."
Nola tertegun dan tubuhnya sedikit kaku. "Tuan, tidakkah kamu ingin bertanya sesuatu padaku?"
"Tidak perlu. Kakek sudah menjelaskannya," jawab Halbert datar.
Kali ini Nola tidak berkata apa-apa lagi. Karena Kakek Jefford sudah berkata, maka dia hanya perlu diam. Setelah memakan kue stroberi, Nola merasa tubuhnya sangat lemas saat ini dan hanya ingin tidur lebih lama. Namun suara Halbert membawanya kembali ke kenyataan.
"Aku akan menikahi. Setelah kamu sembuh, kita akan menikah. Semua persiapan akan selesai dalam waktu beberapa hari," katanya.
"Me-menikah?" Nola menggigit bibir bawahnya. "Apakah kamu yakin ingin menikahiku? Kamu bisa mendapatkan yang lebih baik daripada aku."
Halbert tampak tidak peduli. "Menikah saja, kenapa kamu begitu repot?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Nola keluar dari rumah sakit setelah dirawat beberapa hari. Semua luka lecet dan memarnya sudah hampir sembuh dan dia hanya perlu menjalani perawatan di rumah. Halbert sibuk mengurus persiapan pernikahan dan menyebarkan banyak kartu undangan.
Semua orang di ibu kota tahu keluarga Jefford yang berkuasa. Meski hanya menyisakan kakek dan cucu yang mengurus perusahaan dan rumah, tapi keduanya memiliki nama dan kemampuan yang luar biasa.
Ketika undangan disebar, ibu kota mendidih lagi.
Terutama keluarga Neilson yang juga mendapatkan undangan. Rasanya undangan pernikahan itu seperti tamparan di wajah Chelsea. Gadis itu ingin merobek undangan tapi dihentikan oleh Nyonya Neilson.
"Bu!! Kenapa gadis buta itu begitu beruntung?! Siapa itu Halbert Jefford? Orang paling aku sukai sejak lama! Tapi kenapa gadis itu yang menikahinya? Wanita rubah!" Chelsea seperti orang kesurupan. Teriakannya menggema di lantai utama dan para pelayan tak bisa menenangkannya.
Nyonya Neilson juga tidak senang. Tapi dia tidak bisa berbuat banyak. Terakhir kali Halbert datang menagih semua harta warisan ibunya Nola. Itu saja sudah membuatnya sakit tidak berdarah.
Harta warisan yang ditinggalkan ibunya Nola tidak kecil. Dia ingin harta itu untuk diwariskan pada anak-anaknya. Karena ibunya Nola menikah dengan Tuan Neilson, tentu saja harta itu juga milik keluarga Neilson. Tapi semuanya kini hilang!
Nyonya Neilson hanya bisa mencubit lengan putrinya saat ini. "Diam lah untukku! Seperti apa kamu saat ini? Benar-benar seperti orang gila. Karena itu sudah terjadi, maka lupakan saja dia. Ada banyak pria yang lebih banyak daripada Halbert!"
"Tapi aku tidak rela! Aku tidak rela! Aku tidak bisa membiarkan gadis buta itu hidup bahagia!" Dia menatap Nyonya Neilson dengan mata memerah dan penuh kebencian. "Bu, kenapa aku terlahir sebagai anak haram? Kenapa kamu melahirkan ku sebagai anak haram?! Kenapa kamu menjadi wanita simpanan alih-alih menjadi nyonya sejati sejak lama?!" pekiknya.
Tampar!
Suara tamparan menggema di lantai satu.
mampir yuk ke novel ku juga☺❤