Warning!!!!!!!!
ini adalah novel yang sangat menguras emosi bagi yang tahan silahkan di lanjut kalau yang tidak yah, di skip aja
kalo mental baja sih aku yakin dia baca!!
Tak bisa memberikan anak adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi seorang wanita. Hal itu bisa meruntuhkan hubungan baik yang sudah tertata rapi dalam sebuah ikatan pernikahan. Dia adalah Rika, wanita yang berhayal setinggi langit namun yang di dapatkannya tak sesuai ekspektasi.
Dirinya mandul? entahlah, selama ini Rika merasa baik-baik saja. lalu kenapa sampai sekarang ini iya masih belum punya anak?
Mungkin ada yang salah.
Yukk!! ikuti kisahnya dalam menemukan kebenaran.
Kebenaran harus diketahui bukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrena Rhafani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18
Setibanya di rumah sakit, Rika langsung di rawat.
Untuk pertama kalinya Reyhan menolong seseorang menggunakan dirinya sendiri. Terlebih lagi, itu adalah seorang perempuan. Yah, perempuan yang sudah bersuami.
"Tuan silahkan anda mengurus biaya administrasi nya."ujar salah seorang perawat menghampiri.
"Tulis saja namaku, Reyhan Ardiwiningrat CEO Andorgroup. Sekaligus pemilik rumah sakit ini."
Perawat itu langsung terkejut seraya menundukkan kepala.
Iya baru sadar, ternyata pria yang barusan iya mintai itu adalah pemilik gedung rumah sakit ini.
"Maaf tuan, maaf,"pamit perawat itu.
"Hey kamu!"henti Reyhan.
Perawat pun mengehentikan langkahnya dengan kepala yang masih menunduk.
Apakah iya akan berhenti bekerja karena berani menagih biaya administrasi itu.
"Matilah aku,"batinnya. Menutup mata.
"Siapkan kamar VIP yang paling bagus, dan Jangan lupa, minta beberapa perawat untuk bergantian menjaganya." Tambah Reyhan.
Perawat itu membelalakkan matanya. Apakah dia memang Reyhan yang terkenal dengan kedudukan tinggnya itu? Isu yang beredar mengatakan bahwa, iya terkenal dingin dan angkuhnya. Banyak yang mengatakan bahwa iya tak peduli dengan siapapun kecuali neneknya.
" Lalu kenapa sekarang iya malah bersikap baik dan takut sekali jika terjadi sesuatu pada wanita yang sedang berbaring lemah di dalam itu?"batinya.
"Baik, tuan." Ucap perawat itu mengiyakan perkataan Reyhan.
Reyhan tampak duduk di kursi tunggu itu. Sesekali iya melirik jam tangan yang melekat di pergelangan tangannya.
"Zzzzet ...!! Zzzet ...!! Zzzzet ...!"dering ponselnya menandakan adanya panggilan masuk.
Segera iya mengangkat panggilan itu yang ternyata adalah Randy asistennya.
"Bos, rapatnya sebentar lagi. Anda di mana?"
"Aku dirumah sakit, kau urus semuanya.
Pastikan mereka menandatangani surat kontrak kerjasamanya,"pungkasnya lalu mematikan sambungan telepon.
Randy lagi-lagi tak berkutib dibuatnya. Iya bahkan belum menanyainya kenapa iya di rumah sakit? Apa yang terjadi? Atau siapa yang sakit?
Reyhan memang selalu begitu. Asistennya itu bahkan tak punya daya untuk bertanya lebih lanjut.
Sudahlah.
Ada yang lebih penting untuk diselesaikan sekarang. Rapat akan berlangsung dan Randy akan menghendelnya. Dia juga memegang predikat asisten terhandal sejagat raya.
****
Reyhan kembali menyimpan ponselnya ke dalam sakunya. Dokter yang menangani Rika pun datang menghampiri.
"Apakah anda suaminya?" Tanya dokter itu.
Reyah gugup dibuatnya. Apa yang harus iya jawab. Teman bukan, pacar bukan, apalagi suami. Seketika iya bangkit dari duduknya.
"Emm ... Saya menemukannya di jalan. Saya juga tak tahu siapa keluarganya. Intinya, saya yang membawanya kesini."
"Oh maaf,"
"Wanita ini terkena leukemia. Sepertinya sudah parah."jelas sang dokter.
Reyhan terkejut mendengarnya. Bagaimana mungkin wanita yang selama ini iya kenal sebagai pemberani dan pemarah, terkena penyakit seperti itu.
Apa keluarganya atau pun suaminya tak mengetahuinya?
"Oh baiklah kalau begitu, anda bisa pergi."
Rika pun dibawa ke ruangan VIP yang sudah di pesan Reyhan tadi. Beberapa perawat pun ikut menemani.
"Kita harus melayani wanita ini dengan baik. Dia itu bukan wanita sembarangan."
"Yah benar sekali. Mudah-mudahan gaji kita akan naik setelahnya."
"Aku berharap begitu."
Cakap dua orang perawat yang sedang duduk di kursi sofa ruangan VIP.
Di ranjang pasien, Rika terbaring disana. Tali infus pun melekat di tangan kirinya. Iya terlihat tak berdaya sekarang ini. Sedang sakit begitu, satu pun keluarganya tak ada yang melihatnya.
****
Beberapa saat kemudian, Reyhan pun masuk untuk mengecek keadaan wanita yang diselamatkannya itu.
"Bagaimana? Apakah dia sudah sadar."tanya Reyhan.
Kedua perawat itu sontak berdiri melihat kedatangan CEO Andorgroup sekaligus pemilik rumah sakit ini. Mereka tak pernah menyangka bahwa di kehidup ini mereka akan di pertemukan oleh pria yang menjadi incaran semua kaum wanita. Benar-benar mukjizat baginya.
"Tidak tuan, belum ada tanda-tanda bahwa iya akan sadar."jawab salah satu dari mereka.
Reyhan bertanya lagi. "Apa kalian sudah hubungi keluarganya?"
"Sudah tuan, ibu mertuanya yang berbicara. Dia bilang, suaminya akan datang malam harinya."
"Apaa ...?? Malam hari!" Sentak Reyhan. Kenapa Dion suami Rika baru datang di malam harinya? Sebenarnya apa saja yang iya lakukan? Istrinya sakit tapi iya bersikap tak peduli.
Reyhan jadi kesal sendiri dibuatnya. Iya bahkan sampai meninggalkan meeting nya demi mengantar Rika ke rumah sakit. Lalu ada apa dengan dion? suaminya.
****
Sementara itu, Dion sedang membaca koran di ruang tengah keluarganya. Hari ini hari liburnya. Iya tak kekantor makanya bersantai di rumah. Ada kedua istrinya yang pasti akan melayaninya.
Dion menutup secarik koran di tangannya. Iya baru sadar bahwa, seharian ini Rika istri pertamanya tak kunjung muncul dalam pandangannya.
"Bi ...!! Bi Maya!!"panggil Dion.
Tak lama kemudian, Bi Maya pun datang dengan kain lap yang berada di tangannya.
"Dimana Bu Rika?"
"Di ...?" Belum sempat Bi Maya menjawab pertanyaan dari Dion, ibu mertua Rika itu tiba-tiba muncul dan menjawabnya.
"Dia ke rumah sakit."
"Hahhh! Rumah sakit? Apa dia sedang sakit?" Tanya Dion sedikit panik.
"Hanya sakit biasa, tadi dia baru habis nelfon mama, katanya habis periksa, iya mau jalan-jalan sama teman-temannya."tambah ibu mertua Rika menjelaskan. Wajah cemas anaknya itu tiba-tiba reda.
Ternyata istrinya itu sedang hangout bersama teman-temannya. Pantas saja seharian ini Dion tak melihatnya. Biasalah kerjaan wanita. Jika tak di rumah, pasti di luar untuk menghabiskan uang jajan dari suaminya.
Bu Diana mamanya Dion, kini duduk di samping anaknya.
Keningnya mengerut melihat pelayan setengah tua itu masih berdiri di hadapan mereka berdua.
"Eh Bi! Kamu ngapain masih di situ?"
"Sana buatkan saya teh, ingat ya jangan terlalu manis! Awas kalau manis!"suruh Bu Diana ibu mertua Rika dan Reta.
Bi Maya kemudian meninggalkan sepasang ibu dan anak itu. Jika tak cepat, ibu mertua majikannya itu pasti akan memarahinya habis-habisan. Sudahlah nasib pelayan memang selalu begitu.
Hanya orang beruntung yang bisa dapat majikan yang baik.
"Dion! Kamu ngapain sih masih mikirin istri pertama kamu itu. Udahlah, gak ada gunanya kamu kayak gini. Toh kamu juga ujung-ujungnya nggak bakalan dapat apa-apa dari dia."kritik Bu Diana.
Dion memalingkan pandangannya menatap ibu tercintanya. Tadinya iya sempat melamun memikirkan istrinya yang katanya tadi sakit.
"Mah, Rika kan istriku juga."
"Iya, emang istrimu. Lebih tepatnya, istri mandulmu."terangnya.
Dion hanya bisa diam mendengar perkataan ibunya. Buat apa membela Rika? Kan itu memang kenyataannya.
"Dion, kamu dengar mama. Kalau nanti ujung-ujungnya Reta juga gak bisa ngasi kamu anak, kamu harus cari perempuan lain lagi. Ingat itu. Di keluarga kita mana ada yang gak punya anak. Emangnya kamu mau jadi sejarah baru dalam keluarga kita."
"Iya, iya . Mama tenang aja. Dion juga kepengen punya anak kali."ucapnya meyakinkan mamanya.
......... happy reading............
skip lah.. bosan