Hai, novel ini adalah karya kedua MAY.s
Semoga kalian suka😘
Alex Kenzo Prasetya. Dia adalah mahasiswa yang terkenal badung di kampus, ketua dari geng The Fly yang sering bertingkah usil kepada siapapun yang ia suka. Akan tetapi setelah ia diam diam menyukai gadis cantik yang sering menjadi korban keusilan anak buahnya itu, perlahan ia pun berubah lebih baik dari kebiasaannya.
Aradilla Resty. Gadis itu tak pernah menyangka akan menjadi target keusilan geng The Fly. Yang kemudian setelah tahu jika Alex menyukainya, tentu ia menjadi dilema. Antara memilih pria pilihan papanya, atau menerima pesona berandal kampus itu.
Penasaran? Ikuti terus sampai akhir kisah Alex dan Resty. Dijamin seru loh..
Note: Sedikit ada squel dari novel yang sebelumnya. Biar nanti tidak bingung, silahkan baca dulu Love Of Aurora.
TIDAK MENERIMA BOOM LIKE🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MAY.s, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 18
Jam kelas pertama sudah selesai. Sebagian mahasiswa berhambur keluar entah kemana, sebagian lagi masih diam ditempat sembari mengobrol santai.
Pun demikian dengan Alex. Pria itu tengah mengemasi bukunya lalu memasukkannya ke dalam tas. Setelah tadi sempat dihukum oleh dosen Budi, nyatanya pria yang sebenarnya memang lumayan jenius itu sangat terlihat santai. Soal materi yang diberikan dosen Budi tadi nyaris semuanya benar. Tapi begitulah Alex, dia pintar, hanya terlalu pemalas untuk menjadi mahasiswa disiplin apalagi jika itu kelas dosen Budi.
"Resty," sapa Alex, ketika mendapati Resty ingin beranjak dari tempatnya.
Resty hanya menoleh tanpa menyahut apa-apa.
"Entar pulangnya aku tunggu di parkiran." ucapnya, sambil sedikit mengerling nakal lalu pergi begitu saja tanpa mau menunggu persetujuan dari Resty.
Resty hanya bisa ternganga. Jawaban yang akan ia lontarkan tertahan begitu saja, sebab Alex sudah terlanjur melangkah cepat keluar dari kelas.
Sedangkan Ika mulai beranjak mendekatinya setelah melihat Alex benar benar pergi.
"Woii!" sapa Ika, sedikit mengagetkan Resty yang tengah berkemas.
Resty hanya menoleh sambil tersenyum tipis kepada sahabatnya itu.
"Kantin yuk, pingin makan batagornya mbak Yuni." ajak Resty seketika, namun Ika langsung menggeleng menolak.
"Kamu berhutang penjelasan sama aku." Ika berkata sambil memainkan sebelah alisnya naik turun.
"Penjelasan apa?" Resty pura-pura tak paham. Padahal ia sangat tahu apa maksud Ika itu.
Ika menekan bahu Resty agar duduk kembali ditempat, disusul ia yang kemudian duduk juga disebelahnya.
"Kenapa bisa barengan sama Alex tadi?" cercanya, dengan sorot yang dibuat serius.
"Kebetulan saja." Resty menyahut singkat. Sengaja mengelak agar tidak berbuntut pertanyaan yang panjang.
"Hmm.." Ika mengusap-usap dagunya, berpikir dalam sambil menatap lekat pada sahabatnya itu. Tak semudah itu jika mau berbohong didepan Ika.
"Kenapa menatapku seperti itu? Yuk ah, ke kantin. Pingin ngemil batagor nih.." Resty menarik lengan Ika. Sahabatnya itu menurut saja tanpa banyak protes lagi.
"Res, entar pulang ikut aku ke mall ya? Ada yang mau aku beli soalnya." ajak Ika, sambil mereka melangkah menuju kantin kampus.
"Lihat entar aja ya, aku agak mager mau keluar." sahut Resty. Bukan karena sudah diajak Alex pulang bersama tadi, tetapi ia memang sedang mode malas keluar kemana-mana.
Ika hanya mencebik kesal. Tapi apa boleh dibuat, sebagai sahabat tentu ia tidak boleh saling memaksakan kehendak kan? Saling menghargai adalah salah satu kunci awetnya persahabatan.
"Besok gimana?" ujar Resty, merasa tak enak sendiri melihat muka masam sahabatnya itu.
"Boleh lah." Senyum sumringah Ika mengembang. Mereka pun mempercepat langkah mereka menuju kantin.
Resty dan Ika sudah berada di kantin. Resty bertugas mencari tempat kosong untuk mereka tempati, sedangkan Ika langsung melipir ke stand penjual batagor ikan.
Mata Resty sempat tertegun sejenak disaat tak sengaja berpapasan dengan Alex yang duduk tak jauh dari tempatnya kini. Bukan masalah Alex nya yang membuatnya tertegun, melainkan dengan seorang perempuan seksi yang bergelayut manja dilengan Alex saat ini. Mungkinkah perempuan itu pacarnya Alex?
Resty berusaha mengacuhkannya, meski sebenarnya matanya sedikit terganggu dengan pemandangan seduktif yang dilakukan perempuan itu. Sepatutnya mereka jangan begini ditempat umum, apalagi saat ini juga ada Cello, Varo dan Ryan yang satu meja juga dengannya. Tetapi Resty bisa apa, ia hanya bisa mengelus dada sembari berdo'a semoga marwah dirinya sebagai perempuan tidak terlalu diumbar seperti perempuan itu.
Tuh kan, jadi ghibah lagi. Resty menepuk keningnya sendiri. Setelah menyadari suara hatinya yang seakan sok suci setelah melihat penampilan perempuan itu.
"Lagi terpesona sama penampilan Donita ya?" tiba tiba Ika datang, sambil meletakkan dua porsi batagor ikan lengkap dengan dua jus jeruk dari nampan yang ia bawa.
"Hah, siapa?"
"Donita. Tuh, pacarnya si Alex, yang aku pernah bilang." Ika melirik sekilas ke arah perempuan yang ia sebut, lalu setelahnya kembali acuh dan melahap batagor yang dipesannya.
"Oh, pantesan." Resty hanya manggut-manggut. Ia baru teringat jika Ika pernah bilang kalau pacar Alex adalah seorang model.
"Eh, sini, sini." Ika mengajak Resty mendekat.
"Dia itu model majalah dewasa. Sering pake bikkinii gitu di fotonya. Aku nggak jamin kalau dia masih virgin." bisik Ika pada Resty.
Spontan Resty menarik dirinya. Ia hanya terdiam tanpa bisa berkata lagi. Dalam hati sempat terbesit pertanyaan, jadi perempuan seperti itu selera Alex?
"Res, Resty." Ika mengguncang lengan Resty, yang sempat melamun sejenak.
Resty hanya terkesiap, lalu setelah itu ia menengguk sedikit jus jeruknya dan dilanjut dengan menikmati batagor ikan kesukaannya.
"Gimana ceritanya tadi bisa kebetulan bareng sama Alex?" Ika masih menanyai hal yang tadi.
"Ya kebetulan saja, Ka. Kebetulan datangnya barengan, kebetulan telatnya juga bareng, dan soal yang duduk bareng Alex itu kebetulan saja." Mungkin menjawab seperti ini akan membuat Ika mempercayainya.
Ika hanya manggut manggut, entah ia sudah percaya atau belum, hanya Ika yang tahu.
"Hati-hati, Res.." ujar Ika, membuat Resty berkerut kening setelah mendengar ucapannya yang ambigu.
"Roman-romannya Alex naksir kamu."
"Hah?" Resty melirik lagi pada Alex. Dan kebetulan Alex juga sedang melihat ke arahnya. Spontan Resty langsung berpaling ke arah lainnya.
"Jangan asal menebak, Ka." sungut Resty, padahal ia sedang berusaha mengalihkan perasaannya yang sempat terasa aneh saat tak sengaja bersirobok dengan Alex barusan.
"Ini hanya feeling aku saja. Tapi sepertinya begitu sih." Ika masih kuat dengan dugaannya sendiri.
Resty berusaha tak menghiraukannya lagi. Lebih baik menikmati batagor saja dari pada harus membahas Alex yang sudah jelas ada yang punya.
Sesaat setelah itu terlihat Donita sudah beranjak dan kebetulan lewat di sebelah Resty. Tatapan matanya menyorot aneh ketika tak sengaja saling berpapasan dengan Resty. Terasa menyiratkan genderang perang, tetapi Resty berusaha mengacuhkannya.
Hingga pada Donita telah benar benar menghilang dari pandangan, Resty pun kembali menikmati makanannya.
"Ehem. Ehem."
Dari ujung terdengar dehaman Cello yang sengaja dibuat-buat.
"Sepertinya ada yang mulai pedekate nih." Pria itu sengaja berkata begitu dengan agak nyaring, sambil sesekali mencuri pandang kepada Alex.
Alex hanya terdiam, berusaha setenang mungkin meski ia tahu yang dimaksud Cello adalah dirinya.
"Siapa, Cel?" Varo mulai kepo.
"Ada lah.. Entar belakangan pasti ngaku juga."
Cello berani berkata demikian karena hanya ia yang tahu bagaimana dengan Alex. Termasuk dengan hubungan Alex yang sebenarnya dengan Donita. Alex tidak benar benar menyukai Donita, jadi bukan kemustahilan jika ketua gengnya itu saat ini sedang naksir cewek lain.
"Uuh, nggak jelas kau!" Varo mencebik kesal. Jiwa keponya terpaksa harus penasaran lagi.
Sejenak mereka kembali ke aktifitasnya masing-masing. Ryan yang sedari tadi hanya diam sambil menikmati makanan, sedangkan Varo yang kembali sibuk dengan mengutak atik ponselnya. Dan Alex, yang tiba-tiba menyeringai tipis disaat menerima sebuah pesan singkat masuk di ponselnya.
'Aku tunggu kamu di parkiran.'
Sebuah pesan singkat ia kirim kepada Resty. Setelah Alex baru saja mendapatkan nomor telpon Resty dari seseorang yang ia minta, ia pun lekas mengirimi Resty pesan itu.
Terlihat dari tempat Resty duduk, gadis itu terperangah tak percaya setelah membaca pesan masuk yang rupanya dari Alex, setelah melihat foto profil dari nomor asing yang masuk ke ponselnya.
Sekilas mereka sama sama mencuri pandang, dan rupanya Alex beranjak lebih dulu melangkah pergi dari area kantin.
'Sekarang, Resty.'
Alex mengirim pesan singkat lagi. Dan Resty pun terpaksa beranjak juga.
"Ika, aku ke toilet ya, perutku mules." ujarnya, lalu secepatnya pergi setelah Ika mengangguk mengiyakan.
*