Diambang putus asa karena ditinggal sang kekasih saat hamil, Evalina Malika malah dipertemukan dengan seorang pria misterius. Adam Ardian Adinata mengira gadis itu ingin loncat dari pinggir jembatan hingga berusaha mencegahnya. Alih-alih meninggalkan Eva, setelah tahu masalah gadis itu, sang pria malah menawarinya sejumlah uang agar gadis itu melahirkan bayi itu untuknya. Sebuah trauma menyebabkan pria ini takut sentuhan wanita. Eva tak langsung setuju, membuat pria itu penasaran dan terus mengejarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ingflora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Makan Siang Bersama Paman Lindon
"Aku ingin kuliah nanti setelah melahirkan."
"Apa?" Nada suara Adam kini meninggi. "Kamu tidak ingin mengurus anakmu!?"
"Eh, bukan begitu. Aku ingin cari kerja yang lebih baik."
Adam geram. Ada kilatan kemarahan di kedua matanya saat memandangi mata polos Eva yang kini menatap ke arahnya. Namun pelan-pelan ia sadar, gadis itu memang tidak punya posisi yang pasti hingga wajar Eva bertindak begitu. Demi masa depannya.
"Ya, sudah. Sekalian saja kita makan siang bersama." Adam lalu meraih tangan Eva dan menariknya kembali ke pintu utama.
"Eh?" Eva terpaksa mengikuti.
Di pintu depan kantor, sudah menanti Lindon dan Shanti. Keduanya nampak bingung kenapa Adam membawa Eva kembali.
"Eh, tambah satu lagi tidak apa-apa, 'kan?"
"Eh, apa?" Lindon melongo. Kenapa Adam membawa Eva ikut serta?
"Kalau keberatan. Biar aku yang bayar makan dia," jawab Adam santai.
"Eh, bukan begitu." Lindon melirik Shanti sekilas. "Eh, tidak apa-apa, kok! Ayo, berangkat."
Lindon dan Shanti ke parkiran, sedang Adam menelepon sopirnya di pintu depan.
Eva protes. "Pak, kenapa aku dibawa sih? 'Kan aku gak enak jadinya sama siapa itu ... saudara Bapak itu ...."
"Paman Lindon."
"Iya ...." Eva merengut.
Adam baru sadar, ia lupa memperkenalkan Lindon dan Shanti pada Eva. "Mereka itu paman sama sepupuku."
"Aku gak enak, Pak. Kelihatannya mereka gak suka aku ikut." Eva menghentak-hentakkan kakinya merengek dengan mulut masih mengerucut.
Adam hampir tertawa melihatnya, tapi sedetik kemudian ia berusaha serius. "Kalau aku bilang ikut, ikut! Jangan membantah!"
Mulut mengerucut Eva makin tajam. Ia menatap Adam lalu membuang pandangan ke samping. Saat mobil datang, ia terpaksa masuk. Ia bingung dengan makanan di tangan. Apa harus memakannya karena sayang dibuang.
"Makan saja, karena nanti di tempat makan, gak boleh bawa makanan dari luar." Adam seperti tahu isi kepala Eva.
Akhirnya gadis itu pelan-pelan mengangkat plastik bening dalam genggaman dan mulai mendorong somay itu dengan tangan dari bawah ke atas dan langsung ke dalam mulut. Ia sendiri canggung melakukannya karena sedang di dalam mobil bersama Adam. Mau tidak mau pria itu memperhatikan cara Eva makan. Gadis itu memandang ke jendela agar tidak malu sedang mengunyah somay.
"Enak?"
Gadis itu langsung berpaling ke arah wajah pria rupawan itu dan sempat membuat jantungnya berhenti berdetak. "Kenapa tiba-tiba langsung menatap wajahnya sih? Aduhh ... bikin kaget saja ...." "Eh, enak," jawabnya malu-malu dengan sedikit menunduk.
"Boleh aku coba?"
"Eh?" Kembali Eva mendongak dengan mata terbelalak. "Eh, boleh ...." Ia menarik satu somay yang telah diberi kuah kacang dengan mendorongnya ke atas plastik, ia menyodorkan ke mulut Adam.
Pria itu dengan senang memasukkannya ke dalam mulut. "Mmh, enak."
Eva memperhatikan wajah Adam. Pria itu baru saja makan lewat tempat yang sama yang berarti, "Ahh ... kenapa lewat situ tadi? Itu 'kan bekas mulutku. Harusnya 'kan disisi yang satunya. Pak Adam makan bekasku jadi ...." Ia memperhatikan ujung plastik tadi.
"Hei, bengong!" Adam mengagetkan Eva dengan menyentuh bahunya.
Eva tersadar.
"Kenapa tidak suruh chef Aldi untuk membuatnya di rumah? Jadi bisa makan kapan saja."
"Eh? Chef Aldi bisa bikin ini?" Mata Eva yang polos menatap pria itu tak percaya.
"Bisa dong! Namanya juga chef ... aku boleh minta lagi?"
Eva terpaksa mengangguk, tapi kali ini ia biarkan Adam makan di sisi itu dan ia juga makan di sisi yang sama jadi seperti ... orang ciiuman. "Kenapa pikiranku jadi nakal begini sih ...." Pipi Eva seketika memerah.
Di dalam mobil yang bergerak di depan mobil Adam, Lindon dan Shanti terlihat membicarakan Eva, gadis yang baru pertama kali mereka lihat. Lindon yang sedang menyetir, bingung dengan keberadaan gadis itu dalam hidup Adam. "Sejak kapan Eva itu ada, hah? Baru aku tinggal dua minggu saja, ada saja gadis lain yang sudah masuk ke dalam rumah Adam." Ia melirik anaknya di samping. "Cepat sekali gadis kampung itu bergerak, hah!? Shanti, jangan sampai kamu keduluan perempuan itu mendapatkan Adam!"
"Lalu aku harus bagaimana, Daddy?" Shanti terlihat bingung.
"Makanya Daddy masukin kamu ke perusahaan agar kamu bisa deketin Adam. Daddy gak mau usaha Daddy kali ini gagal lagi gara-gara gadis kampung itu!" Lindon menggenggam erat stir mobil yang sedang digerakkannya itu. Ia benar-benar geram.
"Tapi perempuan itu 'kan hamil?"
"Tapi suaminya sudah meninggal. Apalagi Adam mengajaknya tinggal di rumahnya. Bukankah ini pertanda Adam tertarik dengan janda ini? Hish, walaupun kelihatan masih kecil, tapi kayaknya janda ini lihai." Berulang kali Lindon menyetir dengan gelisah.
"Jadi aku harus gimana, Daddy?" Walaupun tampak dewasa dan cantik, Shanti sama sekali tak tahu bagaimana memenuhi keinginan ayahnya untuk mendekati Adam. Pasalnya dari dulu memang Adam tak suka padanya, apa mungkin sekarang bisa berubah? "Dia terlalu sulit untuk digapai, Daddy. Lebih baik aku kembali dengan Garan saja. Dia baik dan tidak sesulit ini kalo berada bersamanya." Wanita itu dengan wajah sendu.
"Garan-Garan. Tidak! Daddy tidak akan menyetujui kamu dengan Garan! Pria jelek, hitam itu. Apalagi statusnya anak haram. Dia tidak akan mendapatkan apa-apa dari orang tuanya, walaupun mereka kaya. Sekarang saja dia ke mana-mana hanya pakai sedan murah itu saja!"
"Tapi Garan sudah punya rumah sendiri dan sudah bekerja di Australia, Daddy."
"Tapi hanya pegawai, dan Daddy tidak suka itu. Dia masih kalah pamornya dengan Adam. Adam punya segalanya. Tampan, kaya dan punya kekuasaan."
"Tapi, Daddy ...."
"Dengar ya. Kamu cantik tapi juga harus pintar karena kamu tidak bisa hidup miskin, Shanti! Karena itu kamu harus menikah dengan Adam! Kamu mengerti!? Nah, lakukan dengan benar!"
Mobil kemudian memasuki sebuah area pertokoan mewah. Mobil berhenti tepat di depan sebuah restoran steak Amerika. Mobil Adam menyusul di sampingnya. Mereka kemudian turun dan memilih tempat duduk di dekat jendela.
"Ayo, silakan pesan. Adam mau apa?" Lindon mulai bicara.
Adam malah melirik Eva. "Eva, kamu mau apa?"
Eva sibuk membolak-balik menu dan itu cukup lama, membuat Lindon gemas.
"Eh, mungkin Eva pesannya belakangan saja. Adam bagaimana?"
Namun Adam hanya fokus pada Eva.
Lindon semakin dongkol saja. "Adam?"
"Belakangan makannya mulai aneh-aneh jadi aku harus pastikan dia makan," ucap Adam menoleh dengan wajah serius.
"Aku makan steak ayam aja," sahut Eva dengan wajah tak bersalah.
"Ok, kita pesan ya. Adam mau steak daging?" Lindon tampak lega.
"Aku sama dengan dia." Adam menunjuk Eva.
"Apa istimewanya sih, gadis ini? Selain bajunya baru, wajahnya tetap wajah orang miskin! Bagaimana caranya dia merayu Adam hingga Adam membiarkannya masuk ke dalam rumahnya sendiri, hah? Benar-benar licik!" Lindon melirik Eva dengan dahi berkerut.
Lindon kemudian memesan makanan. Setelah pelayan pergi, ia mulai bicara. "Eh, bagaimana kalian bisa bertemu kembali? Kenapa suaminya meninggal?" Ia melipat tangan di atas meja dan menatap keduanya penasaran.
Wajah Adam tiba-tiba berubah serius. "Tolong jangan bicarakan suaminya. Dia masih bersedih. Aku saja menemukannya di pinggir jembatan. Aku kira kalau aku tidak membawanya pulang saat itu, entah bagaimana nasibnya kini ...." Raut wajahnya berubah sedih.
Lindon dan Shanti melirik Eva, yang terpaksa menunduk pura-pura sedih. "Ini menyebalkan! Kenapa Adam pintar berbohong, sih!" Ia kesal dan melirik Adam. "Tapi ... aku juga pernah berbohong, jadi aku tak bisa membongkarnya." Wajahnya kembali bersedih, tapi kemudian berubah dongkol saat melirik lagi pria itu. "Tapi aku tidak bisa membiarkan ini semua begitu saja!"
"Jadi begitu ...." Lindon menghela napas panjang. Sulit ternyata mengetahui siapa gadis ini dari mulut Adam. Jadi sebaiknya ia mencari tahu sendiri dari sumber yang lainnya.
Bersambung ....
tapi aku nggak mau kalo cuma sekedar like👉🏻👈🏻
semoga semakin semangat updatenya akak othor!!🙏🏼💪🏼💪🏼
lagian siapa juga yang tahu klo Eva istrimu...
makanya dari awal lebih baik jujur,ini pake bilang sodara lagi
padal aku dari kemarin uda ngumpulin bab, biar bisa d baca maraton, taunya pas baca langsung hbis😭😭
"berharap ada adegan kissing nya"
pas scroll eeh malah ketemu iklan habib jaffar, langsung baca istigfar karena tau yg ku pikirkan itu dosaaaaa😭🤣🤣
ini masalahnya di keyboardmu apa emang kebijakan dari mt/nt?
sekedar nanya aja nggak ada maksud lain mak🙏🏼🙏🏼
nggak!
bapak gay?
anjroot, mau ku tabok kamu ev?!😭😭
adaaa aja gebrakannya ke' nasti sama iwabe