kehampaan dan kesempurnaan, ada seorang siswa SMP yang hidup dengan perlahan menuju masa depan yang tidak diketahui,"hm, dunia lain?hahaha , Hmm bagaimana kalau membangun sebuah organisasi sendiri, sepertinya menarik, namanya... TCG?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mult Azham, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERJALANAN
Azam, yang mengamati dari kejauhan, langsung menyelinap masuk bersama sistem, berusaha bersembunyi.
Begitu portal tertutup, mereka tiba di sebuah ruangan gelap. Dinding-dindingnya dipenuhi simbol dan gambar aneh. Di tengah ruangan, sebuah altar berdiri, dan di atasnya, seorang bayi tertidur lelap.
"Kamu yakin dengan ini?" tanya wanita itu.
Rado menatapnya dan mengangguk. "Aku sudah tahu konsekuensinya. Mulai ritualnya sekarang."
Azam bergumam dalam hati. Ritual...? Apa ini?
Tiba-tiba, sistem menjawab:
Ritual Pergantian Jiwa
— Sebuah ritual sihir tingkat tinggi yang memungkinkan pertukaran jiwa seseorang.
— Semakin tua tubuh target, semakin besar mana yang dibutuhkan.
— Ritual ini juga bisa menukar aspek tertentu dalam tubuh, seperti mana core.
Azam menegang, pikirannya dipenuhi pertanyaan. Apa berarti mereka mencoba memindahkan mana core bayi asing itu ke bayi Rado?
Sistem menjawab dengan nada datar.
"Tidak sepenuhnya benar. Ritual ini tidak hanya memindahkan mana core, tetapi secara otomatis juga menukar jiwa mereka. Itu efek samping yang tak bisa dihindari."
Azam tersentak. Jadi, Rado tega membuang anaknya sendiri...?
Apa ada harga yang harus dibayar jika jiwa kedua bayi ini bertukar tubuh?
"Karena tubuh bayi asing awalnya memiliki mana core dan tiba-tiba kehilangan intinya, kemungkinan besar tubuhnya akan mati—99%."
Lalu apa yang terjadi dengan tubuh anak Rado?
"Karena tubuh anak Rado awalnya tidak memiliki mana core, tetapi tiba-tiba menerima mana core asing, ada 50% kemungkinan tubuhnya akan lumpuh."
Azam menahan napas. Apa? Jadi mereka sebenarnya hanya bertaruh? Ini gila.. Jiwa kedua bayi ini sama sekali tak dijamin selamat
Rado dan wanita berbaju merah mulai mengaktifkan ritualnya.
SUUUUNG!
Aliran cahaya merah dan biru berputar di atas altar, membentuk lingkaran sihir dengan pola kuno yang bersinar samar. Simbol-simbol di dinding mulai berpendar.
Udara di ruangan berubah drastis—panas sekaligus menusuk.
Bayi Rado dan bayi asing terangkat dari altar, tubuh mereka dikelilingi aura berlawanan.
— Tubuh bayi Rado berpendar keemasan, seolah menerima sesuatu yang besar.
— Tubuh bayi asing bergetar hebat, energinya berusaha bertahan, tetapi perlahan memudar.
Perubahan terjadi.
SRAAAKKK!
Cahaya menyelubungi keduanya, lalu terhisap ke dalam tubuh masing-masing. Jiwa mereka tertarik keluar, terlihat samar dalam sekejap sebelum berpindah ke tubuh yang lain.
DUGG!
Tubuh bayi asing bergetar hebat, dadanya naik-turun, napasnya tersengal-sengal. Aura yang tadinya kuat perlahan menghilang—tanda mana core-nya telah dicabut dengan paksa.
Sementara itu, bayi Rado mengejang sesaat, sebelum tubuhnya perlahan berhenti bergerak.
......................
......................
Dua jam berlalu.
Azam menatap tubuh bayi yang terbaring di atas altar. Ini…
Sistem segera menimpali.
"Pertukaran jiwa dan mana core telah berhasil. Jiwa bayi asing kini berada dalam tubuh bayi Rado, sementara jiwa bayi Rado telah berpindah ke tubuh bayi asing."
Rado tampak bersemangat, wajahnya dipenuhi kepuasan. "Akhirnya… akhirnya ritual ini berhasil! Hahaha! Terima kasih, Davina!"
Wanita berbaju merah itu—Davina—tersenyum tipis. "Sekarang, jangan lupa janjimu."
Rado terdiam sesaat, matanya menunjukkan keraguan. Namun akhirnya, ia mengangguk. "Baiklah."
"Bagus… bagus sekali," ucap Davina puas.
Mereka berdua keluar, membawa bayi Rado—atau lebih tepatnya, tubuh bayi Rado yang kini dihuni jiwa bayi asing.
Azam tetap tinggal, menatap bayi yang terbaring di atas altar. Ia meminta sistem untuk menganalisis kondisinya.
"Tidak ada kemungkinan hidup. Bayi ini akan mati dalam satu jam. Tubuh bayi asing—yang merupakan hasil hubungan antara Rado dan Davina—sedang menolak jiwa bayi Rado dan berusaha mengeluarkannya."
Bayi itu menangis lirih, tubuhnya bergetar lemah.
Azam menghela napas dalam, lalu melangkah maju.
'Baiklah, tidak ada pilihan lain… Aku akan memilih tubuh ini.'
Sistem segera bereaksi.
"Apa Anda yakin? Tubuh ini tidak memiliki mana sama sekali."
Azam tersenyum kecil. 'Haha… Apa kamu tahu tentang HAJ?'
Sistem terdiam sejenak sebelum menjawab.
"Sistem menemukan informasi kuno… HAJ, energi asal."
Azam menyipitkan mata. Jadi sistem memang memiliki data tentang HAJ…
'Apa dunia ini memiliki pengetahuan tentang HAJ?' tanyanya lagi.
Sistem memberi respons yang tak terduga.
"Ini adalah informasi tabu. Dibutuhkan 5 poin untuk mengaksesnya."
Azam mendengus. Lagi-lagi poin?!
'Baiklah, pikirkan itu nanti. Yang pertama, aku harus masuk ke tubuh bayi ini dulu.'
Azam tidak ingin terlalu bergantung pada sistem. Ia memutuskan untuk mengandalkan instingnya sendiri. Dengan hati-hati, ia menyentuh tubuh bayi itu, membayangkan dirinya masuk ke dalamnya.
Sistem segera menanggapi.
"Mustahil Anda bisa masuk ke tubuh lain tanpa bantuan sistem."
Azam mengernyit. 'Hm? Benarkah? Aku akan mencobanya dulu… Semoga [BISA MASUK].'
Saat itu juga, sesuatu terjadi.
Seolah ditarik oleh kekuatan tak terlihat, kesadarannya terserap ke dalam tubuh bayi itu.
"Ba… ba…" suara lirih keluar dari mulut kecil bayi itu.
Sistem terdiam sesaat, lalu terdengar suara dinginnya lagi.
"Kesalahan informasi. Ternyata, Host bisa masuk tanpa bantuan sistem. Sebagai kompensasi atas kesalahan ini, Host mendapatkan 5 poin tambahan. Selain itu, Host juga mendapatkan 10 poin karena berhasil memasuki tubuh baru."
Azam merasa tubuhnya aneh, namun tidak buruk.
"Wo wo gaga! (Wah, ternyata bisa seperti itu!)"
"Bo wo gaga… (Kalau begitu, bukankah aku sekarang punya 15 poin?)"
Tiba-tiba, sistem memberikan peringatan serius.
"Host, kondisi tubuh ini akan mati dalam 30 menit lagi."
Azam terkejut.
"Ga… ga… bowoba! (Apa?! Bagaimana bisa secepat itu?! Ada cara mempertahankan tubuh ini?)"
Sistem menjawab dengan suara datar.
"Host tidak perlu khawatir. Aku bisa memperbaiki sistem tubuh anak ini agar dapat bertahan tanpa mana core. Biayanya 2 poin."
Azam mengangguk dalam hati. "Ga… ga… bo. (Baik, gunakan itu saja.)"
Sekejap kemudian, proses pun dimulai.
— Mengakses sistem biologis…
— Menganalisis struktur tubuh…
— Menghitung parameter kompatibilitas tanpa mana core…
— Mengunduh data perubahan…
— Mengkonversi data menjadi energi…
— Merekonstruksi sistem tubuh baru…
Beberapa detik kemudian, sistem mengonfirmasi hasilnya.
"Proses berhasil. Selamat, Host sekarang bisa bertahan hidup setidaknya selama satu tahun."
Azam merasa lebih baik, tetapi… hanya satu tahun?
"Boboga wowobo bo bo ga wa wa! (Kenapa cuma satu tahun?! [AKU MAU HIDUP LEBIH LAMA! SETIDAKNYA 30 TAHUN!] Ada paketnya? Berapa poin yang dibutuhkan?)"
Sistem terdiam sejenak.
"...."
"Tapi setidaknya berikan diskon untuk it—"
Kemudian, suaranya kembali terdengar.
"Sepertinya ada kesalahan informasi lagi. Host sebenarnya bisa hidup 30 tahun dari sekarang. Sebagai kompensasi atas kesalahan ini, Host diberikan tambahan 5 poin."
Azam mengedipkan mata, lalu tertawa kecil.
"Bo bo ga wa ha ha ba ba! (...Apa-apaan ini, Sistem? Hahaha!)"
"Ada apa dengan sistem ini? Kenapa informasinya sering kali tidak konsisten? Apa aku benar-benar harus percaya pada sistem ini?"
"Bobo gawa wa yowobo ga ga ba ba wo. (Mungkin ini karena versimu? Berapa poin yang dibutuhkan untuk memperbarui sistemmu?)"
Sistem terdiam sesaat, lalu terdengar suara analisisnya.
"Memproses informasi… Menghitung estimasi peningkatan… Pembaruan versi sistem membutuhkan 20 poin."
Azam menghela napas dalam hati.
"Ba ga wa… (Baiklah, sepertinya memang perlu memperbarui versimu. Tapi untuk sekarang, yang penting aku sudah mendapatkan tubuh ini.)"
Sekarang ia harus berpikir tentang langkah berikutnya.
"Gababa gagaga (Untuk sekarang, aku harus keluar dari sini)"
Tanpa ragu, Azam mulai fokus pada tubuh barunya, mencoba menggerakkan jari-jarinya. Tubuh bayi ini masih terasa lemah, tapi setidaknya… ia masih hidup.
Azam mencoba membuka matanya perlahan. Cahaya remang-remang dari ruangan ritual masih terpampang di atasnya, simbol-simbol aneh bersinar redup di dinding batu.
Azam harus pergi sebelum Rado dan Davina menyadari sesuatu.
"Bo wowo." (Sistem, analisis ruangan.)
"Tidak ada jalan keluar."
"Bogogo baba?!" (Apa? Yang benar saja!)
Azam menghela napas. Jika tidak ada jalan keluar, dia harus mencari cara lain.
"Apa kamu bisa mengangkatku, Sistem?"
"Bisa. 1 poin."
"Gogo bo bo go wa wa?!" (Apa kamu bisa berguna tanpa poin? Yang benar saja!)
"Ba wi wi." (Baiklah, gunakan.)
(Sistem memproses...)
"Lama jasa angkat dengan 1 poin: 1 jam."
"Bo gogo ba!" (Wah, itu lebih dari cukup!)
Tubuh Azam tiba-tiba terangkat. Dia bisa melayang dan mengontrol arah sesuai keinginannya. Sistem tampaknya membaca isi pikirannya dengan baik.
"Bo wawa woo wo?!" (Apa tidak ada jalan keluar? Yang benar saja!)
Dia mulai menyadari sesuatu. 'Sepertinya tempat ini memang dirancang agar hanya bisa dimasuki melalui portal.'
"Bo ga, wawa ga bo go?" (Sistem, berapa poin yang diperlukan untuk keluar dari sini?)
"Biaya untuk membuat portal: 2 poin sekali penggunaan. Tujuan?"
Azam langsung teringat sesuatu.
"Bo wa wa ga gogo." (Aku teringat dengan desa awal. Ayo ke desa awal!)
Sistem segera membuka portal. Tanpa ragu, Azam melangkah masuk, lalu dalam sekejap dia sudah berada di desa awal tempatnya pertama kali datang.
Begitu sampai, dia langsung mencoba melayang dan menyusuri desa, mencari seseorang yang bisa merawat tubuhnya—atau setidaknya tempat yang cocok untuk tinggal sementara.
Saat menyapu pandangannya ke sekitar, matanya tertuju pada sebuah tempat yang ramai. Pasar.
Banyak orang berlalu-lalang di sana, menjadikannya lokasi yang sempurna untuk menemukan seseorang yang bisa membantunya sebelum batas waktu jasa angkat sistem berakhir.
Dan benar saja, seorang lansia akhirnya memungutnya. Meskipun Azam sebenarnya berharap seseorang yang lebih muda yang menemukannya, dia tetap merasa bersyukur.
......................
Beberapa hari telah berlalu sejak saat itu.
'Nenek ini merawatku dengan baik,'
Dengan suara lembut dan sedikit letih, si nenek berbicara, seperti kebanyakan nenek pada umumnya.
"Ini waktunya kamu minum susu ya, Nak. Maafkan nenek."
"Ba ba wagaga." (Tidak apa-apa, aku masih bisa menahannya.) jawab Azam, meskipun ia tahu nenek tidak mungkin mengerti apa yang dia ucapkan.
Sang nenek tertawa kecil. "Ululu, cikucakacikucakaci, haha."
Azam terdiam sejenak, mengingat sesuatu. ‘Aku pernah mendengar namanya. Kalau tidak salah, namanya Latifa Zahra. Nama yang indah. Pasti saat muda dia sangat cantik.’
Tok tok tok.
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Azam.
'Sepertinya penagih datang lagi.'
Azam merasa sedikit tidak enak. Nenek ini bahkan rela berhutang demi menghidupinya.
'Apa aku bisa membantunya, setidaknya sedikit?'
Tanpa berpikir panjang, Azam kembali menggunakan jasa angkat dari sistem seharga 1 poin untuk 1 jam.
Dia melayang, mencari sesuatu yang bisa membantu nenek mendapatkan uang. Hingga akhirnya, dia sampai ke dapur dan perlahan membuka pintu belakang rumah.
Di sana hanya ada kayu dan bambu.
'Nenek ini membuat kerajinan dari kulit bambu,'
Namun ada satu masalah—Azam sama sekali tidak tahu cara membuat kerajinan.
'Aku tidak terbiasa dengan ini.'
'Bagaimana jika aku mengubah penampilanku?'
Memang mendadak, tapi... aku selalu [INGIN MEMILIKI WARNA MATA YANG BERBEDA DARI ORANG LAIN.]
Aku menyukai [SEGALA MACAM WARNA HIJAU, TERUTAMA EMERALD]—dari yang terang hingga yang gelap.
Pasti akan terlihat indah.
'Sudah lama aku tidak melihat wajahku.'
Azam memanggil Sistem.
"Iya?"
'Kamu bisa mengubah struktur tubuh manusia?' tanyaku dalam hati.
'Misalnya, mengganti warna iris mata?'
"Saya bisa melakukannya. Warna apa yang Anda inginkan?"
"Bawawa ga ga bu." (Segala macam warna emerald.)
(Memproses informasi...)
"Saya bisa membuatnya. Harga: 3 poin. Apa Anda yakin ingin mengubahnya?"
"Go go!" (Tentu saja, iya!)
(Memproses perubahan...)
Tiba-tiba, muncul notifikasi kesalahan.
'Apa?!' Aku terkejut.
"Perubahan gagal. Warna mata Host memang sudah seperti yang diinginkan."
Aku membeku sejenak. 'Jadi dari awal mataku sudah hijau emerald?'
Aku mencoba menenangkan diri, lalu bertanya lagi, 'Apa kamu punya sesuatu agar aku bisa melihat wajahku?'
"Ada. Host bisa melihat status Host sendiri."
Sekejap kemudian, sebuah jendela transparan muncul di depanku...
"Bawa Gaga!! (Aku benar-benar memiliki mata indah ini!!)"
"Ba Gaga wa? (Bukankah sebelumnya warna mataku hitam dengan sedikit kemerahan?)"
(Memproses informasi...)
Tidak diketahui. Namun, tidak ada sesuatu yang aneh terjadi pada mata host, yang berarti perubahan ini terjadi secara alami.
Aku tidak tahu apakah rencanaku bisa disebut berhasil, atau bahkan apakah ini benar-benar bisa disebut rencana. Namun, sejak saat itu, banyak orang mulai menghampiri nenek, dan jualannya pun laku keras.
Sisa poin ST: 14