Terpaksa menggantikan sang kakak untuk menikahi pria yang tidak diinginkan kakaknya. Menjalani pernikahan lebih dari 3 tahun, pernikahan yang terasa hambar, tidak pernah disentuh dan selalu mendapatkan perlakuan yang sangat dingin.
Bagaimana mungkin pasangan suami istri yang hidup satu atap dan tidak pernah berkomunikasi satu sama lain. Berbicara hanya sekedar saja dan bahkan tidak saling menyapa
Pada akhirnya Vanisa menyerah dalam pernikahannya yang merasa diabaikan yang membuatnya mengajukan permohonan perceraian.
Tetapi justru menjelang perceraian, keduanya malah semakin dekat.
Apakah setelah bertahun-tahun menikah dan pada akhirnya pasangan itu memutuskan untuk berpisah atau justru saling memperbaiki satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13 Tindakan.
Akhirnya Vanisa mengganti pakaiannya juga memberi polesan make up sedikit di wajahnya agar tidak terlalu pucat. Vanisa akhirnya bergabung dengan orang-orang di luar yang melakukan aktivitas yang ternyata sedang menembak.
Vanisa menghela nafas yang benar-benar sangat terpaksa berada dalam situasi itu. Dia melihat ada kesibukan masing-masing. Arvin dan Mohan yang adu keahlian yang menggunakan senapan panjang. Sementara Dharma yang masih tetap duduk di atas kursi rodanya melihat dua cucunya itu saling adu keahlian.
"Kamu dari mana saja Vanisa?" tanya Lara membuat Arvin menoleh kebelakang yang mendengar nama istrinya di sebut.
"Vanisa tadi ketiduran," jawab Vanisa dengan menunduk.
Mata Sarah melotot yang kurang suka dengan jawaban itu. Sarah memang sudah tidak tahu harus mengatakan apalagi kepada Vanisa agar tidak membuat keluarga Arvin muak dengannya.
"Kamu itu memang dasar pemalas," celah Lara.
Vanisa yang tidak mengatakan apa-apa lagi dan hanya menunduk saja. Suara tembakan yang cukup kuat membuat Arvin yang mengalihkan pandangannya dari menatap istrinya melihat hasil tembakan Mohan.
"Kamu pikir orang-orang yang datang ke puncak hanya untuk tidur saja hah! Vanisa kamu seharusnya bisa menyesuaikan situasi," Lara tidak segan-segan untuk memarahi menantunya itu.
"Maaf!" hanya itu yang bisa dikatakan Vanisa.
"Kebiasaan meminta maaf," cicit Lara sejak tadi hanya bisa mempermalukan Vanisa.
"Giliran mu Arvin!" ucap Mohan yang melihat adiknya itu sejak tadi melamun.
Arvin mengangguk dan melanjutkan penembakan itu. Vanisa yang tiba-tiba saja tersentak kaget dan bahkan menutup telinganya. Dia seketika saja menjadi ketakutan mendengar suara tembakan yang sangat kuat.
"Vanisa kamu baik-baik saja?" tanya Mitha yang memperhatikan Vanisa sejak tadi.
"I-iya aku baik-baik saja," jawab Vanisa mengangguk yang berusaha untuk tenang dan padahal dia begitu sangat gelisah.
"Kamu ingin mencoba untuk menembak Vanisa?" tanya Dharma.
"Tidak!" jawab Vanisa dengan cepat yang tidak ingin melakukan hal itu.
"Vanisa jangan malu-malu seperti itu. Vanisa kamu dulu sangat pintar sekali menembak. Itu adalah hobi kamu sejak kecil," sahut Sarah yang harus mengeluarkan bakat putrinya dan memamerkan kepada semua orang yang kebetulan mendapat kesempatan dari Dharma.
"Benarkah! Jadi Vanisa bisa menembak," sahut Dharma.
"Benar sekali tuan. Bahkan Vanisa memenangkan banyak sekali olimpiade dan medalinya juga sangat banyak di rumah," sahut Sarah yang kalau sudah memuji akan sangat berlebihan.
Wajah Vanisa yang sudah terlihat panik yang sepertinya tidak setuju dengan perkataan Sarah.
"Wau itu sangat keren sekali. Aku baru tahu Vanisa kamu bisa melakukan olahraga yang semua orang tidak bisa," sahut Mitha yang tampak takjub
"Kamu benar Mitha. Vanisa memang memiliki banyak keahlian tersembunyi dan dia hanya malu saja untuk memperlihatkannya. Kalau kata orang sangat rendah diri," sahut Sarah.
"Kalau begitu cobalah! Kami juga ingin melihat kemampuan kamu," sahut Lara menantang.
Vanisa geleng-geleng kepala yang tidak ingin melakukan hal itu. Sarah yang mengusap-usap lengan Vanisa.
"Ayo sayang lakukan!" titah Sarah dengan tersenyum yang tampak jempol jarinya menekan telapak tangan Vanisa. Ekspresi wajah Vanisa yang tampak kesakitan dan tidak ingin melakukan hal itu.
"Mah tapi?" Vanisa tampak tidak sanggup melakukan hal itu.
"Cepat ini kesempatan kamu!" titah Sarah dengan pelan.
"Mohan, Arvin, berikan ruang untuk Vanisa. Dia ingin mencoba menembak," sahut Lara yang bener-bener sangat menantang Vanisa.
Arvin menghentikan permainan itu dan melihat ke arah sang istri. Tampak ada ketakutan di wajah Vanisa.
Sarah yang terlihat memaksa sampai mendorong Vanisa pelan dengan senyumnya yang lebar yang alhasil mau tidak mau membuat Vanisa yang harus menurut hal itu.
Dengan tangan yang bergetar Vanisa mengambil senapan dari tangan Arvin dan Arvin yang sejak tadi memperhatikan Vanisa. Melihat jelas ada keraguan di wajah sang istri saat melakukan olahraga yang cukup ekstrim itu.
"Kamu memang ingin melakukannya?" tanya Arvin memastikan.
Vanisa tidak menjawab. Karena memang tidak ada yang bisa dilakukan dan Vanisa sudah mengarahkan senapan itu pada sasaran dan memejamkan matanya yang menembakkan langsung.
Dorrr.
"Argggghhh!" teriak Vanisa yang mengejutkan semua orang yang tiba-tiba saja mengarahkan senapan tersebut ke atas langit dan menembakkan berkali-kali yang begitu kencang membuat orang-orang panik dan Vanisa seperti orang yang tidak bisa mengendalikan diri dan tiba-tiba saja mengarahkan senapan itu tepat kepada Dharma yang membuat semua orang terkejut.
Arvin dengan cepat yang langsung mengendalikan istrinya dengan mengarahkan senapan itu kembali ke atas langit yang hampir saja istrinya membunuh kakeknya.
Gebrakan yang dilakukan Vanisa benar-benar sangat mengejutkan semua orang yang hampir sport jantung.
Dengan napas naik turun yang seperti dikejar-kejar Vanisa melihat kearah kakek yang juga tampak masih shock dengan mata melotot.
"Maaf!" ucap Vanisa menundukkan kepala dan langsung pergi dengan berlari.
"Apa yang dia lakukan?" tanya Lara yang masih saja jantungan yang benar-benar kesal dengan Vanisa.
"Maaf. Vanisa pasti sangat gugup yang kebetulan memang sudah lama sekali dia tidak bisa melakukan hal ini," sahut Sarah.
"Saran. Jika Vanisa tidak bisa melakukan hal itu dan seharusnya kamu tidak menyuruhnya," tegur Daniel sang suami.
"Anak kamu memang tidak memiliki kemampuan apapun sejak awal yang hanya bisa berdiam diri dan tidur. Hampir saja semua orang mati di sini karena perbuatan cerobohnya. Ibu sama anak sama saja!" kesal Lara.
"Saya sudah mengatakan jika Vanisa hanya gugup saja dan lihatlah tidak ada yang terluka. Kamu jangan membesar-besarkan masalah," sahut Sarah yang tidak mau kalah.
"Sudah hentikan semua ini!" tegas Dharma.
***
Eheg-eheg-eheg.
Vanisa yang membungkuk di depan tong sampah yang mual-mual mengeluarkan isi perutnya yang benar saja baru saja dia melakukan tindakan yang sangat bodoh. Dia tidak mampu melakukan apa yang dikatakan Sarah dan Sarah memaksanya yang akhirnya hampir saja membuat orang lain celaka.
Tubuhnya yang tampak lemas dengan keringat yang terlihat tidak bisa mengendalikan diri dan disaat itu juga tiba-tiba tangannya ditarik yang membuatnya terkejut dan ternyata itu adalah Sarah.
Plakkk
Vanisa yang langsung mendapat tamparan yang cukup panas sampai membuat wajahnya ke samping yang tertutup rambutnya.
"Anak bodoh!" Sarah yang langsung meluapkan emosinya dan sampai menoyor kepala Vanisa.
"Apa yang kau lakukan hah! Aku menyuruhmu untuk memperlihatkan keahlianmu agar mereka tidak terlalu sepele kepadamu dan kau melakukan apa hah! Kau bertindak bodoh yang hampir saja membunuh orang yang paling penting!" tegas Sarah yang bener-bener meluapkan kemarahannya.
"Kau benar-benar membuat malu!" umpat Sarah.
"Aku tidak bisa melakukannya? Kenapa Mama memaksaku?" tanya Vanisa dengan suara bergetar.
"Semua tidak ada yang bisa kamu lakukan. Bertindak bodoh saja sampai mati!" tegas Sarah yang bener-bener melampiaskan amarahnya.
"Aku hanya ingin memperlihatkan dirimu di depan semua orang dan kau tidak bisa sama sekali menggunakan kesempatan itu dan mau sampai kapan kau bertindak sebodoh ini hah!" umpat Sarah
Vanisa terdiam yang sudah tahu kalau dia benar-benar akan dicecar habis-habisan oleh Sarah yang pasti sudah tidak punya muka lagi di depan keluarga Arvin.
"Sekaran kau minta maaf pada semua orang!" tegas Sarah yang mendorong bahu Vanisa. Karena begitu lemas berdiri smpai membuat Vanisa terduduk di tanah.
Bersambung........
...Saya meminta sedikit bantuan dari teman-teman untuk rezekinya. Saya benar-benar di tahap putus asa dan lelah. Mendapatkan tekanan yang sangat luar biasa yang membuat saya tidak tahu sampai kapan bertahan. Ancaman ini sangat berat dan sudah tidak tahu harus apa lagi. Allah akan melipat gandakan rezeki kalian....
...No Rekening : 804101003870533...
...Atas Nama. : NUR AINUN HARAHAP....
...Bank : BRI....
...Semoga tangan kalian dapat membantu saya..🙏🙏🙏🙏🙏🙏...
apa motifnya hingga vanisa yg di culik?
jd makin penasaran aku