Arabella, dibesarkan oleh orangtua angkatnya yang cukup kaya raya, namun tidak pernah memberikannya kasih sayang. Hingga suatu hari, perusahaan orangtuanya terancam gulung tikar. Dan yang paling mengejutkan, bahwa dirinyalah yang menjadi jaminan atas semua hutang-hutang yang ada.
Elvan Aristides, seorang CEO dari sebuah perusahaan terbesar dan ternama. Status itu hanyalah peralihan dari kedudukannya, sebagai leader dunia bawah yang merupakan seorang psycopath dengan kekejamannya. Darinya tidak ada kata kasihan dan kesempatan kedua, bahkan dalam hidupnya tidak ada makhluk yang bernama wanita.
Dipertemukan oleh takdir, membawa mereka kedalam ikatan percintaan. Dipenuhi dengan berbagai halangan dan rintangan yang cukup berat, membuat ikatan tersebut semakin kokoh.
Sanggupkah Arabella untuk menghadapi dan menerima takdir tersebut?
Akankah seorang psycopath dan kejam mendapatkan cintanya?
Mohon dukungan like dan hadiahnya ya dan jangan lupa untuk tanggapannya, agar outhor menjadi semangat dalam berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18.
Kecepatan laju mobil yang dikendarai oleh Elvan, melaju dengan begitu cepatnya. Membuat dirinya begitu ingin menyalurkan semua hal yang telah membuatnya semarah ini, Liam hanya bisa pasrah jika mendapatkan perintah mengenai permainan dari tuannya.
" Selamat datang tuan, semuanya sudah siap." Liam menyambut kedatangan Elvan di markas mereka.
" Emh!"
Elvan berjalan begitu saja melewati semua bawahannya yang menunduk hormat kepadanya, ia melempar begitu saja kunci mobil miliknya. Jika salah satu dari mereka yang berada disana, tidak bisa menangkapnya. Maka bersiaplah untuk menerima sesuatu, yang akan diberikan oleh tuan mereka.
" Dimana?" Tanya Elvan, mengenai mangsanya untuk kali ini.
" Mereka sudah berada didalam ruang bawah tanah, tuan." Jelas Liam dengan meneguk salivanya dengan kasar, hingga terdengar suara keras dari hal tersebut.
Berjalan dengan begitu cepat, Elvan menaiki lift khusus dirinya untuk menuju ruang bawah tanah. Setibanya disana, semua bawahan memberikan tand ahormat kepadanya, seperti biasa. Elvan tidak akan pernah memberikan tanggapan apapun tentang semuanya itu, melihat aura tuan mereka yang saat ini begitu menakutkan. Mereka semua memilih untuk tidak ikut campur dalam kegiatan tuannya, apalagi sampai melakukan kesalahan. Maka habislah mereka, karena auranya pada kali ini begitu berbeda.
Brak!!
Pintu terbuka, memperlihatkan empat orang pria dalam keadaan tangan dan kakinya terikat. Mulutnya pun tertutupi oleh selembar selotip hitam besar, sedangkan matanya sengaja dibuka agar bisa melihat dengan siapa mereka berhadapan.
" Buka semua ikatannya." Perintah Elvan kepada mereka.
Para bawahannya saling bertatapan satu sama lainnya, begitu pula dengan Liam. Merasa sikap tuannya kali ini, seperti sangat beda dari biasanya.
" Buka talinya! Apa kalian tuli, hah" Kembali Elvan berteriak, karena semua bawahannya sangat lamban untuk mengerjakan apa yang ia katakan.
Memenuhi keinginan dari tuannya, ikatan dari ke empat pria itu dibuka. Lalu mereka meninggalkannya di dalam ruangan tersebut bersama dengan Elvan, Liam harus memijit keningnya yang berdenyut sangat kuat.
" Bakalan rame lagi ini, huh! Kalian bersiap saja, setelah ini akan ada pekerjaan extra yang harus kita lakukan." Ucap Liam kepada yang lainnya.
" Baik tuan."
Dari dalam ruangan, Elvan menatap ke empat pria dihadapannya dengan tatapan tajam yang seakan-akan membunuh mereka.
" Katakan!" Gertak Elvan kepada mereka.
Tidak ada yang berani untuk membuka suara satupun, walaupun ikatan pada tubuh mereka telah dibuka. Kesalahan yang sangat fatal telah mereka lakukan, membuat proyek fiktif untuk pembangunan sebuah taman hiburan dan juga penginapan mewah berbintang.
Brak!
Kaki kokoh itu menendang sebuah meja kayu yang cukup besar, hanya dengan satu kali tendangan. Meja itu hancur tak berbentuk, membuat suasana semakin tegang dan horor.
" Jika kalian masih tidak mau bicara, maka bersiaplah menerima nasib kalian seperti meja itu!" Dengan penuh ketegasan, Elvan berbicara kepada mereka.
Ke empat pria tersebut saling melirik satu sama lain, seakan mereka bicara melalui kontak mata. Menunggu adalah suatu kegiatan yang sangat amat begitu dibenci oleh seorang Elvan, mereka telah memancing kemarahan darinya.
Ccrraasshh!!
Sebuah pisau kecil melayang pada ke empat pria tersebut, tanpa mereka sadari. Cairan merah telah mengalir dari pipi mereka, dan hal itu baru mereka sadari ketika salah satu dari mereka melihat hal mengerikan itu.
" Aaa..." Teriakan itu menggambarkan, betapa kejamnya orang yang kini berada dihadapan mereka.
" Ampun tuan, ampuni kami."
" Benar tuan, ampuni kami. Kami semuanya sangat terpaksa melalukan ini, kami di ancam dan dijebak tuan. Ampuni kami."
Setelah mendapatkan gertakan kecil darinya, ke empat pria itu mulai membuka suara. Namun semuanya tidak dapat merubah segalanya, kemarahan seorang Elvan tidak akan bisa dirubah oleh apapun.
" Setelah kalian menikmati semuanya, tanpa di gertak seperti ini. Kalian tidak akan mengakui kesalahan yang sudah kalian lakukan! Ba***at!!!"
Dengan penuh amarah, kini semuanya tidak dapat dikendalikan lagi. Sebuah cambuk berwarna hitam sudah berada ditangannya, suaranya pun begitu nyaring memekakkan telinga.
Cletar!!!
Cletar!!!
" Aaakkhh, ampun tuan!"
" Tolong tuan, jangan hukum kami. Aaaa..."
Teriakan demi teriakan, terdengar semakin memilukan. Tak hanya cambukan, bahkan permainan senjata tajam tak terhelakan. Bahkan disaat semuanya melakukan pembelaan, semuanya itu tak berarti.
" Tidak ada kata ampun untuk kalian! "
Dor!
Suara tembakan terdengar, hanya dalam satu kali tembakan. Ke empat pria itu meregang nyawa, keadaan mereka sungguh sangat tak layak. Kondisi tubuh mereka tidak bisa dikatakan utuh, jiwa psycopath itu kembali menelan korban. Berjalan perlahan keluar dari ruangan tersebut, dalam keadaan pakaian yang penuh dengan noda darah.
" Lenyapkan semuanya tanpa sisa."
Tring! Elvan melempar sebuah senjata yang masih ia pegang ke lantai dan pergi begitu saja, semua mata orangnya tertuju pada benda tersebut. Senjata tajam berupa pisau itu sudah tak berbentuk lagi, bahkan orang yang melihatnya tidak akan bisa mengenali benda itu sebagai pisau.
Sebelum menyusul tuannya, Liam menyuruh orang-orangnya untuk membereskan hasil kerja tuannya. Benar dugaan sebelumnya, bahwa mereka akan bekerja keras setelah tuannya keluar dari ruangan tersebut dan kini, semuanya telah terbukti.
" Lebih baik anda membersihkan tubuh terlebih dahulu tuan." Ujar Liam kepada Elvan, melihat penampilan tuannya saat itu sangat tidak layak.
Mendengar perkataan Liam, Elvan berhenti dari langkahnya dan memperhatikan dirinya sendiri. Dengan mengusap wajahnya secara kasar, Elvan melanjutkan langkahnya menuju kamar pribadi miliknya dan membersihkan diri.
" Apakah aku sangat menyeramkan?" Pertanyaan yang begitu saja keluar dari Mulut Elvan, setelah ia membersihkan diri kepada Liam.
" Aa a apa tuan?" Begitu kagetnya, Liam sampai terbata-bata menjawab perkataan dari tuannya.
" Apa aku terlihat sangat menyeramkan? " Elvan mengulang pertanyaannya.
" Em, ti tidak tuan. Anda saat ini tidak terlihat menyeramkan, hanya saja. "
" Hanya saja apa?"
" Bagi orang yang tidak terlalu memahami anda, mereka akan menganggap diri tuan seperti itu."
" Benarkah?"
" Benar tuan."
Perbincangan mereka terhentikan, disaat ponsel milik Elvan berbunyi. Menampakkan sebuah panggilan dari seseorang yang cukup berpengaruh dalam hidupnya, dengan rasa malas ia menerima panggilan itu.
" Hem, ada apa?"
" Kak! .... "
Liam tampak semakin kaget dengan apa yang terjadi, tuannya itu tiba-tiba saja pergi dengan begitu cepat. Bahkan ia terlihat berlari menuju mobilnya.
" Ada apa dengan tuan Elvan? Akhir-akhir ini, dia terlihat sangat aneh."
Karena tidak ingin mencampuri urusan tuannya lebih dalam, Liam kembali memeriksa kegiatan orang-orangnya di markas. Ia tahu jika tuannya itu tidak suka, jika ada orang lain yang mencampuri urusannya.
Mobil yang Elvan kendarai, melaju dengan begitu cepat. Setelah menerima panggilan telfon tersebut, ia segera beranjak dari tempatnya.