NovelToon NovelToon
Moonlight After Sunset: Black Magic

Moonlight After Sunset: Black Magic

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Balas Dendam / Epik Petualangan / Akademi Sihir
Popularitas:224
Nilai: 5
Nama Author: Riana Syarif

Buku kedua dari Moonlight After Sunset, bercerita tentang Senja, seorang gadis yang terlilit takdir membingungkan. Untuk mengetahui rahasia takdir yang mengikatnya, Senja harus membuang identitas lamanya sebagai Bulan dan mulai menjalani petualangan baru di hidupnya sebagai putri utama Duke Ari. Dalam series ini, Senja aka Bulan akan berpetualang melawan sihir hitam sembari mencari tahu identitas aslinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riana Syarif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia

"Kekuatan alam adalah kekuatan yang memiliki energi paling besar di dunia."

****

Bosan memperhatikan Vanilla, akhirnya Senja memutuskan untuk beristirahat. Ia membaringkan tubuhnya menghadap langit biru dan perlahan kegelapan pun mulai memasuki iris matanya.

Rasanya lelah, entah mengapa seluruh tubuh Senja menjadi berat. Kantuk yang ia derita semakin lama semakin membawanya ke alam mimpi. Anehnya, mimpi itu tidak seperti biasanya, tidak ada siapa pun disana kecuali dirinya seorang.

"Aneh," gumam Senja. Ia hanya melihat dirinya dan sebuah cermin tua. Cermin itu sebesar tubuhnya, tidak bahkan dua kali lipat lebih besar darinya.

Senja hanya menatap cermin tua itu dengan pandangan skeptis. Ia merasa aneh karena tidak ada pantulan dirinya di cermin tersebut. Hanya ada kekosongan nyata di dalamnya.

"Apa ini?"

Senja mencoba untuk menyentuh cermin tersebut, namun tangannya terhalang oleh perisai transparan. Perisai itu tidak terlihat sampai ia menyentuhnya. Tidak ada reaksi apapun, seperti rasa sakit atau pun setruman saat ia menyentuhnya. Itu hanya sebuah perisai biasa.

"Hah."

Senja menghela napas panjang saat ia tidak bisa melakukan apapun mengenai cermin tersebut. Ia hanya bisa duduk manis di depan cermin sambil mengamati cermin kosong itu.

Lama Senja mengamati cermin itu sampai ia melihat sesuatu yang aneh muncul di dalamnya. Tiba-tiba saja sebuah bayangan hitam muncul di dalam cermin itu. Ia terlihat aneh dengan wajah bertopeng dan mata merah pekat.

Mata itu melihat Senja dengan pandangan mencemooh. Ia terlihat angkuh dengan sifatnya yang begitu arogan. Ia mencoba untuk mengintimidasi Senja dengan pandangan matanya yang tajam.

"Ugh, sial."

Senja mencoba untuk tenang, ia tahu ini bukan saatnya untuk menunjukkan kelemahannya, apalagi pada makhluk aneh yang baru ia temui.

Dengan sifat dinginnya, Senja mencoba untuk menahan tekanan dominan yang di keluarkan oleh mahkluk aneh itu. Ia menelan beberapa kali salivanya untuk membuat dirinya tetap tenang dan rileks.

Meski tubuhnya di dorong jatuh ke tanah, Senja tetap berusaha untuk menegakkan punggungnya. Ia mencoba menekan kembali kekuatan makhluk aneh itu. Namun sayang, kekuatannya masih belum sebanding dengan makhluk itu.

Senja mencoba untuk acuh, meski nyatanya ia sangat tertekan, bahkan keringat dingin mulai bercucuran di wajah dan bahunya. Dengan napas yang mulai putus-putus, Senja kembali mengatur tubuhnya.

"Siapa kau?"

Senja tidak ingin terus berada di dalam dominasi makhluk aneh itu. Ia mencoba terlihat kuat dengan mengintimidasinya kembali, meski hasilnya tetap sama. Senja tahu itu namun ia mengabaikannya.

"Hahaha..."

Makhluk aneh itu tertawa mengejek Senja. Ia tidak sedikit pun menurunkan dominasinya. Ia malah terlihat tertarik dengan Senja yang bahkan kekuatannya tidak sampai ujung kuku miliknya.

"Kau adalah manusia sombong pertama yang berani melihat ku dengan kepala tegak, seperti itu."

Seringai menyeramkan muncul di balik topengnya, ia terlihat begitu semangat dengan mata merah yang bersinar tajam. Meski begitu, dominasinya tetap sama, ia sama sekali tidak berniat untuk menghentikan tekanannya ataupun menguranginya.

" ... "

Senja hanya diam, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Faktanya, kekuatannya sudah habis hanya untuk menahan tubuhnya tetap tegak.

"Hahaha"

Monster itu kembali tertawa, ia terlihat bersemangat dengan sikap Senja yang pantang menyerah. Baginya sulit menemukan manusia yang begitu berani menatap matanya dengan tajam, meski terlihat jelas tubuhnya yang gemetaran.

Ia melihat Senja seperti sesuatu yang begitu menarik. Ia ingin terus melihatnya, meski dominasinya menguat, Senja tetap berdiri tegak tanpa goyah sedikit pun.

"Aku tanya sekali lagi. Siapa kau?"

"Hahaha."

"Manusia yang menarik," lanjut sosok itu dalam hati.

"Apa kau begitu penasaran dengan ku, manusia?"

Monster itu bertanya dengan yakin, ia terlihat sedikit menggoda dengan nada suara yang nakal. Tapi hal sebaliknya malah terjadi pada Senja. Ia merasa bahwa monster itu sangat aneh.

"Untuk apa aku penasaran dengan mu?" tanya Senja balik dengan wajah yang terlihat jijik dengan pertanyaan narsis monster aneh itu. Ia merasa kesal dengan dahi yang mengerut tajam.

"Hahaha, kau unik sekali."

Bukannya marah, monster itu malah merasa lucu dengan wajah Senja yang terlihat kesal.

"Kau adalah manusia pertama yang berani berkata padaku seperti itu."

"Jelas saja aku berani, lagi pula dia hanya ada di dalam cermin."

Senja mengatakan faktanya, ia tahu jika monster itu tidak akan bisa keluar dan menyakitinya karena perisai itu ada di sana. Hanya saja, ia merasa khawatir dengan aura dominan yang pecah dari monster itu, dan itu saja tidak lebih.

"Hahaha."

Monster itu kembali tertawa dan mulai sedikit menurunkan dominasinya. Akhirnya Senja bisa bernapas lega karena tekanan yang menghalanginya telah hilang.

"Aku suka dengan mu."

Mendengar perkataan monster itu membuat Senja gemetar. Wajahnya kesal dengan tangan yang terkepal erat. Bagaimana bisa seorang monster menyukainya, ya meski ia memang cantik, tapi ini sangat menyebalkan.

"Cih, jangan bercanda," gerutu Senja marah. Ia bahkan tidak menutupi emosinya saat ini.

"Hahaha. Apa kau marah?"

"Dasar monster aneh," maki Senja kesal sambil menendang keras ke arah cermin. Namun jelas, cermin itu tidak akan rusak ataupun pecah karena penghalang sihir yang menyegelnya.

"Bagaimana bisa ini tidak pecah?" tanya Senja sambil terus-menerus menendang perisai itu. Bahkan setelah ia mengeluarkan seluruh kekuatannya, jangankan pecah bahkan tergores saja tidak.

"Kau tidak akan bisa menghancurkannya," seru monster itu tajam. Ia kemudian menyeringai aneh pada Senja yang melihatnya dengan wajah penuh tanda tanya.

"Hahaha, kau gadis aneh."

Monster itu kembali tertawa setelah melihat wajah Senja. Ia merasa geli dengan Senja yang menatapnya jengkel. Bahkan ada kerutan tajam di antara kedua alisnya.

"Kenapa kau bisa terkurung di sana?" tanya Senja kembali.

"Jawab pertanyaan ku dan jangan tertawa," lanjutnya tajam. Ia sudah bosan mendengar tawa menjengkelkan dari monster aneh di depannya itu.

"Aku? Entahlah."

Monster itu menjawab acuh tak acuh pada pertanyaan Senja sehingga membuat Senja semakin kesal padanya.

"Sial!" maki Senja sambil menendang ke arah cermin tersebut.

"Hentikan itu, kau akan..."

"Memangnya kenapa?"

Senja memotong perkataan monster aneh. Ia bahkan tidak peduli apakah monster itu akan marah atau malah mengeluarkan kembali dominasinya.

"Kau terlihat seperti ulat bagiku saat melakukan itu," jawab monster itu dengan wajah serius sehingga membuat Senja semakin kesal padanya.

"Hah, dasar."

Senja sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Ia memilih untuk diam dan mengabaikan monster itu. Menurutnya akan sia-sia saja memperdulikan monster yang bahkan tidak mau menjawab pertanyaannya itu.

Meskipun ia kuat namun tetap saja setiap kali Senja bertanya, ia malah tertawa dan itu sudah cukup membuat Senja kesal sampai ke tulang-tulang.

"Jantung mu aneh," lirih monster itu setelah diam beberapa saat. Ia kini melihat Senja seperti bayi api yang baru saja menyala dan tentu saja Senja tidak mengerti apa yang ia katakan dan memilih untuk mengabaikannya.

"Kau itu bla bla bla...."

Monster itu terus berkata aneh pada Senja, ia mengatakan hal-hal yang sama sekali tidak dimengerti oleh Senja. Seperti, kau itu hanya anak kecil yang bahkan tidak sebanding dengan jari kelingking ku, dan masih banyak lagi.

Senja yang terus-menerus mendengarnya mulai kesal. Ia awalnya ingin mengabaikan monster itu namun apa yang monster itu katakan cukup membuatnya terpancing.

"Sialan!" maki Senja sambil berdiri dari duduknya.

"Kau cerewet sekali, seperti ibu-ibu saja," lanjutnya dengan tangan yang terlipat di dada.

"Hahaha, lihatlah manusia sombong ini."

Monster itu menunjuk ke arah Senja, ia dengan kesal mendorong jarinya beberapa kali ke arah Senja, tentu saja ia hanya bisa melakukan itu pada cermin karena Senja jauh di hadapannya.

"Huh," Senja memalingkan wajahnya. Ia bisa naik darah jika terus berurusan dengan monster yang ada di hadapannya itu. Senja memilih untuk berjalan menjauh dari cermin sehingga ia tidak dapat melihat cermin itu lagi.

Meski sejauh mata memandang, hanya ada kegelapan pekat disana, tapi Senja tidak peduli, ia terus saja melangkah pergi tanpa memperdulikan lagi perkataan si monster aneh.

"Ini jauh lebih baik," gumam Senja saat ia merasa tidak lagi mendengar suara dari monster itu. Rasanya lega dan bebas, namun sayang ketika ia membalikkan tubuhnya, Senja malah melihat cermin itu kembali.

"Bagaimana bisa!" teriak Senja kaget. Ia bingung sekaligus tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Pasalnya Senja yakin ia sudah berjalan cukup jauh, namun faktanya ia seperti tidak pernah berpindah dari tempat itu.

"Brengsek," maki Senja tajam saat melihat cengiran tajam dari wajah monster aneh itu. Ia kesal dan ingin memukul monster itu jika bisa, hanya saja itu tidak akan pernah terjadi selama perisai itu masih ada disana.

"Sudah waktunya kau pergi."

Kini monster itu tersenyum hangat, ia sangat berbeda dari sebelumnya dan itu membuat Senja semakin penasaran. Ia mengerutkan keningnya tajam saat hendak berjalan mendekati cermin.

"Apa maksudmu?" tanya Senja dengan langkah besarnya. Ia ingin bertanya lebih lanjut namun anehnya, tubuhnya mulai memudar dan langkahnya mulai menghilang.

"Sial."

Senja marah, ia sangat kesal saat tubuhnya mulai menjadi transparan.

"Apa-apaan ini, hah?"

Monster itu hanya tersenyum mendengar makian Senja padanya. Ia sama sekali tidak berniat untuk membantah ataupun menjawab pertanyaan Senja.

"Kau terlihat mirip dengannya."

Monster itu bergumam di saat bersamaan dengan hilangnya Senja dari tempat itu. Ia terlihat senang sekaligus lega dengan kehadiran Senja yang ada disana.

Senja sempat melihat hal itu sebelum ia benar-benar menghilang, namun bukannya senang, hal itu malah menambah rasa penasaran nya tentang tempat ini.

"Siapa monster itu sebenarnya?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!