Khanza dan Roland, sepasang insan yang saling mencintai, Karena Fitnah, Roland menyakiti Khanza, saat Roland menyadari kesalahannya, dia sudah terlambat, Khanza telah pergi meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
Assalamualaikum
Ketemu lagi para readers, terima kasih yang masih setia d sini.
"Keegoan akan membuat masalahmu lebih rumit."
By Rajuk Rindu.
💖💖💖💖
Sejak Khanza bekerja, dia bangun lebih awal dari biasa. Dia berusaha sebisa mungkin meminimalisir masalah dengan Roland, dia menuruti semua kemauan Roland, berharap lambat laut Roland memaafkannya.
“Mas, sarapan dulu.” Khanza menemui Roland di kamar yang sudah mengenakan pakaian rapi.
Walaupun Khanza tahu, sarapan yang dibuatnya tidak pernah disentuh Roland, namun dia tetap menyediakan dan diletakkannya di atas meja. mau dimakan atau tidak sama Roland, dia tak perduli, yang jelas kewajiban untuk melayani isi perut suami sudah dia tunaikan.
Roland beranjak malas menuju meja makan, di sana sudah ada Azura dan Zila yang sedang menikmati nasi goreng buatan Khanza, sepiring nasi goreng terhidang sangat menggugah selera, Roland mendudukkan bokongnya menghadapi piring nasi.
“Sesekali sarapanlah di rumah.” ujar Azura menatap putranya.
"Kalau nggak mau biar Zila yang habiskan." ujar Zila ikut menyela sambil menari piring nasi dihadapan Roland. Sebenarnya, kalau bukan karena maminya, Roland malas banget makan masakan Khanza.
“Zila, biarkan mas mu, menikmati sarapannya.”
Roland mencibikkan bibirnya ke arah Zila, merasa senang karena Azura membelanya. Dia tidak memperdulikan ocehan sibawel Zila, dia mulai melahap nasi goreng buatan Khanza, saking enaknya membaut dia tidak bisa menghentikan suapan, hingga isi piringnya tandas. Roland merasa rugi kalau selama ini menyia-nyiakan masakan Khanza, lumayankan makan di rumah, tak buang-buang duit dan masakan Khanza tak kalah enaknya dengan masakan restoran.
“Mami pulang besok.”
“Kok, cepat, mi!.” ujar Roland, padahal hatinya berorak senang, dia akan segera mengakhiri kepura-puraanya.
“Sudah satu minggu mami di sini, kasian papi kelamaan ditinggal.”
“Mi, kalau zila pulangnya minggu depan, boleh nggak?”
“Nggak boleh, kamu harus temani mami.” Dengan cepat Roland menyela ucapan Zila, kalau Zila masih di sini, dia tak bisa mengakhiri sandiwaranya.
“Ih mas jahat.”
“Zila pulang ikut mami, liburannya udah usaikan?”
“Kalau cuman nambah satu minggu, bolehlah, Mi?”
“Nggak! Harus pulang juga.” Ucapan Azura, seketika membuat mendung di wajah Zila, tapi harus bagaimana lagi, takada yang boleh membantak kata-kata Azura, termasuk Zila.
Setelah selesai sarapan Roland beranjak menuju kamar, di dapatinya Khanza masih membereskan beberapa berkas.
"Khanza!”
"I-iya mas." Khanza menatap Roland yang sudah berdiri diambang pintu.
"Cepat ganti baju, kita berangkat ke kantor sama-sama."
"Ta-tapi mas, aku bisa berangkat sendiri pakai taxi online."
"Jangan membantah." kata Roland mencekal lengannya.
"Kamu mau mami tahu, apa yang terjadi dengan kita?" Khanza menggelengkan kepalanya.
"Kamu, kuberi kesempatan keluar, semua ini karena mami, jadi jangan pernah macam-macam." ancam Roland dan melepaskan tangan Khanza.
“Sekarang cepat sana ganti bajumu, ku tunggu di luar.”
Secepat kilat Khanza mengganti bajunya, lalu memasukkan semua berkas-berkas penting, terus ke dapur mengambil bekal yang tadi sudah disiapkkanya, setiap hari Khanza tidak pernah sarapan di rumah, karena dia memang tidak biasa sarapan jam terlalu pagi.
"Tit!!.. Tit!!.. Kelakson Roland sudah terdengar memanggil.
"Mami! Khanza pergi dulu ya." Khanza mencium tangan mami Azura.
"Hati-hati Roland." mami Azura melambaikan tangan.
"Iya mi." teriak Roland dari dalam mobil.
Roland melajukan mobil menuju jalan Sudirman mengantar Khanza ke kantor Agnis. Sebelum Khanza ke luar mobil, Roland berpesan supaya Khanza pulang sendiri. Karena dia tidak bisa menjemput.
Saat Khanza ke luar dari mobil, sebuah mobil Mercedes benz warna gold berhenti tepat disebelah Khanza. Seorang lelaki tampan, mengenakan jas warna abu-abu turun, spontan Khanza menoleh saat lelaki itu menyapanya.
“Khanza, kamu baru sampai juga.” Sapa Andra senang.
“Iya, mas Andra.” Dua hari yang lalu mereka sepakat untuk tidak memanggil dengan sebutan bapak dan ibu lagi, itu mereka lakukan agar terasa lebih akrab dan nyaman.
Senyuman Andra mengambang seraya menatap wanita yang menurutnya semakin hari semakain menarik. Lalu dia mensejajari langkah Khanza, mereka beriringan masuk ke pintu utama kantor. Sementara Roland yang tadi ingin segera memacu mobilnya, mengurungkan niat, dia memandang Khanza yang begitu akrab dengan lelaki itu, hingga Khanza menghilang di balik pintu.
“Siapa lelaki itu, kanapa Khanza begitu akrab dengannya.” Batin Roland, seraya melajukan mobilnya, ada perih yang menggores harinya.
“Sial. Apa aku cemburu dengan lelaki itu?”
“Ahhh.. Khanza! Kenapa kau kacaukan hidupku seperti ini.” Maki Roland sambil memukul-mukul stir mobilnya.
Tiiiiittttt, seorang pengendara motor membunyikan klaksonnya, menyadarkan Roland kalau dia sekarang berada di jalan raya, karena kegalauannya hampir saja dia menyerempet pengendara motor itu.
“Om! nyetirnya jangan melamun.” Teriak pengendara motor itu.
“Maaf.” Hanya itu yang keluar dari mulut Roland, dia kembali kosentrasi mengendarai mobil. Dua puluh menit kemudian dia pun sampai ke kantor.
“Apa ada pertemuan penting hari ini?” Tanya Roland pada sekretarisnya.
“Ada pak, hari ini ada pertemuan dengan perusahaan Mega Group dari Bandung.”
“Jam berapa?”
“Jam sepuluh, setelah itu ada pertemuan lagi dengan bapak Wiyata dari perusahaan Berkah Mandiri pukul enam belas.”
“Censel pertemuan dengan pak Wijaya, kalau dia tidak mau, batalkan kerjasama dengan perusahaannya.”
“Tapi pak..”
“Jangan membantah.” Ucap Roland seraya masuk keruangannya, dia tidak ingin lagi mendengar ocehan sekretarisnya.
Widya sang sekretaris hanya bisa menatap kepergian Roland, hingga menghilang di ruangannya.
“Ada apa dengan tuan Roland, biasanya tak pernah mau rugi sepersen pun, ini apa dia sadar, jika dia membatalkan kerjasama dengan pak Wijaya, dia akan rugi miliaran.” Batin Widya sambil geleng-geleng kepala tak mengerti. Kemudian meneruskan pekerjaannya.
Dreeet… dreeet…dreeet
Baru saja Widya menghadapi layar laptop, ponselnya bergetar, dari layar ponsel tertara nama pemanggilnya Wijaya Kusuma. Sejenak Widya bimbang, lalu dia meraih ponselnya dan menggeser gagang telpon berwarna hijau.
“Selamat pagi pak Wijaya.” Sapa Widya ramah.
Seperdetik kemudian terjadi percakapan yang sangat serius antara penelpon dan penerima telpon, pak Wijaya seperti menerangkan sesuatu dan tugas Widya hanya mengiyakan. Sepuluh menit berlalu, panggilan telpon ditutup.
“Yes.” Seru Widya, hingga suaranya mengalihkan perhatian para karyawan lain.
“Maaf.” Ujar Widya menyadari kesalahannya, sambil menangkupkan kedua telapak tangan di dadanya. Dia terlanjur senang karena pak Wijaya juga tidak bisa menghadiri pertemuan sore nanti, karena istrinya masuk rumah sakit.
Tok… tok… tok…
“Masuk.” Terdenar suara bariton Roland.
“Ada apa lagi?” Tanya Roland sedikit pun tak melihat ke arah Widya.
“Ini tentang pak Wijaya tuan.”
“Sudah, kamu boleh ke luar, saya tidak ingin membahasnya.” Ujar Roland seraya mengibas tangannya, meminta Widya meninggalkan ruangannya.
“Permisi tuan.” Ujar Widya, lalu keluar ruangan.
“Sial, kenapa sich Roland tidak pernah bersikaf baik sedikit saja padaku.” Batin Widya. Kalau bukan karena Agnis rasanya ingin dia meninggalkan kantor Roland.
“Aku menugaskanmu untuk mengawasi Roland, jangan coba-coba berani jatuh cinta padanya.” Ujar Agnis wantu itu, saat dia merekomendasikan Widya untuk menjadi sekretaris Roland.
Roland menerima Widya menjadi sekretarisnya, hanya semata-mata menghargai Agnis yang merupakan teman dekatnya sekaligus rekan bisnisnya. Sebenarnya Roland kurang menyukai tipe wanita seperti Widya. Yang terlalu norak dan kampungan menurut Roland, karena Widya selalu berdandan dengan make up yang berlebihan. Dia menyukai tipe wanita seperti Khanza.
"Brakkk." Roland melemparkan sesuatu kelantai, saat bayangan Khanza dan lelaki teman kantornya tadi.
Apakah Roland akan mengakhiri kegalauannya, dengan membuang semua egonya.
💖💖💖💖
Para readers, jangan lupa tekan like, kasih komen, hadiah dan votenya ya.
Terima kasih🙏🙏
hiks... hiks...
terimakasih thor, sukses selalu
anakx Ranti miece