NovelToon NovelToon
Cerita Kita

Cerita Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Cinta Murni / Idola sekolah
Popularitas:839
Nilai: 5
Nama Author: cilicilian

kisah cinta anak remaja yang penuh dengan kejutan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cilicilian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejelasan

Bunyi bel pulang sekolah menandakan waktunya pulang, memecah keheningan kelas. Dara dan Andra berjalan beriringan menuju parkiran, sesuatu yang tak luput dari perhatian Sella dan Dela. Kedua sahabat Dara itu saling berpandangan, rasa penasaran dan sedikit curiga terlihat jelas di wajah mereka. Dengan langkah cepat, mereka menyusul Dara dan Andra.

Sella menunjukkan rasa kebingungannya dengan bertanya langsung pada Dara. "Lo pulang nggak bareng kita?" tanyanya, suara menunjukkan rasa heran. Ia tidak percaya bahwa Dara akan pulang bersama Andra.

Dara berhenti sejenak, lalu menjawab, "Oh ya, gue belum bilang ke kalian, kalau gue mau makan siang sama Andra." Ia mengatakannya dengan santai, raut wajahnya terlihat sangat datar seperti biasanya.

Dela mengerutkan dahi, kebingungan dan sedikit curiga. "Lo nggak salah, kan?" tanyanya, nada suaranya menunjukkan keraguan.

Dara menggelengkan kepalanya, menunjukkan bahwa ia tidak salah. "Nggak kok, gue udah janji, soalnya," ujarnya, mencoba untuk menjelaskan situasi tersebut.

Dela dan Sella mengerutkan keningnya, menunjukkan rasa curiga dan tidak percaya. Sella, yang selalu punya ide, mengusul, "Kita ikut, ya?" tanyanya, suaranya menunjukkan rasa ingin tahu yang besar. Ia ingin mengetahui apa yang sudah terjadi antara Dara dna Andra.

Namun, Andra dengan cepat menolak permintaan Sella. "Nggak, gue mau sama Dara," ujarnya, suaranya menunjukkan sikap yang tegas dan tidak mau kompromi.

Ia ingin menghabiskan waktu hanya bersama dengan Dara tanpa gangguan dari siapapun. Sikap Andra yang seperti itu semakin memperkuat kecurigaan Dela dan Sella.

Mata Sella menyipit, memandang Andra dengan tatapan tidak suka. "Dih, kita nanya ke Dara, bukan ke lo!" Nada suaranya terdengar sedikit sinis, menunjukkan ketidaksukaannya terhadap sikap Andra yang seenaknya.

Awalnya Sella sangat menyukai Andra yang terlihat baik dan ramah, tetapi melihat sikap Andra yang sekarang dia menjadi ilfil dan tidak suka.

Dara menunjukkan keputusannya yang tegas. "Kalian lebih baik pulang aja. Gue mau sama Andra," ujarnya pada kedua temannya, namun ada sedikit rasa bersalah yang tersirat.

Bukanya dia tidak mau mereka ikut, tetapi ini kesempatan besar bagi dirinya untuk bertanya pada Andra tentang kedatangannya. Rasa penasaran masih menyelimuti dirinya, jadi ia terpaksa menolak permintaan dari Sella.

Andra tersenyum senang mendengar jawaban Dara, senyumnya seakan mengejek Dela dan Sella.

Dela dan Sella bertukar pandang, rasa curiga mereka semakin kuat. Ada sesuatu yang aneh dengan Dara dan Andra. Mereka belum sepenuhnya percaya pada penjelasan Dara, dan sikap Andra yang protektif terhadap Dara semakin memperkuat kecurigaan mereka. Ada kemungkinan bahwa mereka berdua menyembunyikan sesuatu. Entah itu hubungan spesial di antara mereka, atau ada hal lain yang tidak mereka ketahui.

"Ya udah, terserah lo deh," Sella menjawab, nada suaranya terdengar sedikit kesal.

Ia tahu Dara sedang menyembunyikan sesuatu, dan sikapnya yang tiba-tiba berubah membuat Sella merasa sedikit dikhianati. Dela hanya mengangguk setuju, menunjukkan kekecewaannya. Meskipun mereka merasa ada yang aneh, mereka tidak bisa memaksa Dara.

Mereka memperhatikan Dara dan Andra yang mulai berjalan menuju mobil Andra. Dela berbisik pada Sella, "Lo percaya nggak sama penjelasan Dara?" tanyanya, suaranya menunjukkan rasa ragu dan curiga.

Sella mengelengkan kepalanya. "Gue juga nggak yakin. Ada sesuatu yang aneh. Sikap Andra aja udah mencurigakan," jawabnya, suaranya menunjukkan rasa curiga yang sama. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang tersembunyi di balik hubungan Dara dan Andra.

Ketiga gadis itu berpisah di parkiran. Sella dan Dela menaiki mobil mereka, meninggalkan Dara dan Andra yang berjalan menuju sebuah mobil mewah yang sudah menunggu. Sepanjang perjalanan menuju restoran, Dara berusaha untuk tenang, tapi rasa penasarannya tetap menggerogoti. Ia melirik Andra beberapa kali, mencoba untuk membaca ekspresi wajahnya.

"Kenapa Ra?" tanya Andra, sedari tadi melihat tingkah Dara yang terus melirik ke arahnya.

Dara mencoba menetralkan wajahnya, seperti tidak ada apa-apa. "Nggak," jawab Dara dengan singkat.

Dara terdiam, sepanjang jalan yang di dalam pikirannya cuma satu. Ia ingin cepat-cepat mengetahui maksud Andra.

Begitu sampai di restoran, suasana mewah langsung menyapa mereka. Andra memesan tempat duduk di dekat jendela, memberi Dara pemandangan kota yang indah. Setelah memesan makanan, kesempatan yang Dara tunggu-tunggu pun tiba.

Dengan sedikit ragu, Dara memulai percakapan, "An… Andra…" Suaranya sedikit gemetar, menunjukkan kegugupannya.

Andra menatap Dara, senyumnya yang semula mengembang kini sedikit mereda. Ia tampaknya menyadari bahwa Dara ingin menanyakan sesuatu. "Ya, kenapa Ra?" tanyanya, suaranya lembut dan penuh perhatian.

Dara menarik napas panjang, mencoba untuk mengumpulkan keberanian. "Kenapa lo tiba-tiba pindah sekolah?" Pertanyaannya terlontar, menguak rasa penasaran yang telah lama terpendam.

Ia memperhatikan setiap reaksi Andra, mencoba untuk menemukan jawaban dari gerak-geriknya. Ini adalah kesempatannya untuk mendapatkan jawaban, dan ia tidak ingin menyia-nyiakannya. Ketegangan pun mulai terasa di antara mereka.

Andra menjawab dengan senyum lebar, "Nggak papa, kok. Pengen aja," ujarnya, nada suaranya terdengar santai, bahkan sedikit cuek. Jawabannya yang terkesan gampang membuat Dara semakin curiga.

Dara menunjukkan rasa curiganya. "Lo aneh, tau nggak? Dan pertemuan kita juga aneh banget!" Dara akhirnya mengungkapkan kekesalannya.

Suaranya menunjukkan rasa curiga yang besar. Ia tidak percaya dengan penjelasan Andra yang terlalu santai. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang tersembunyi di balik pertemuan-pertemuan tiba-tiba itu.

Andra menatap Dara dengan tatapan yang terlalu manis untuk suatu situasi yang sedang tegangan. Senyumnya masih tersungging, namun matanya menunjukkan sesuatu yang lebih dalam. Wajahnya datar, namun Dara merasakan ada sesuatu yang ia sembunyikan. "Dara, aneh gimana?" tanyanya, suaranya lembut, mencoba untuk menenangkan Dara.

Dara menjelaskan kecurigaannya dengan jelas dan terperinci. "Ya aneh aja! Lo tiba-tiba nyamperin gue di taman, terus tiba-tiba besoknya lo pindah sekolah terus satu kelas sama gue," jelasnya, suaranya menunjukkan ketidakpercayaannya. Ia menambahkan, "Gimana gue nggak curiga sama lo?" nada suaranya menunjukkan bahwa ia menunggu penjelasan yang masuk akal dari Andra.

Lagi-lagi Andra hanya tersenyum, menatap Dara menunjukkan sikapnya yang santai sambil menyesap jus yang baru saja ia pesan. Senyumnya tampak tenang. "Ra, kamu kayanya terlalu overthinking deh sama aku," ujarnya, suaranya lembut namun menunjukkan sedikit rasa tidak sabaran. Ia merasa bahwa Dara terlalu banyak berpikir dan mencurigainya.

Dara mengerutkan keningnya, kecewa dengan jawaban Andra yang terkesan mengabaikan pertanyaannya. "Coba jelasin sejelas-jelasnya, biar gue nggak overthinking!" Ia menegaskan kembali permintaannya, nada suaranya terdengar menantang, menunjukkan ia tidak akan mudah percaya begitu saja.

Andra meletakkan gelasnya, lalu mulai menjelaskan, "Pertama, aku udah jelasin yang waktu di taman itu. Aku nyamperin kamu karena aku kira kamu pingsan. Terus soal aku pindah sekolah, ya karena Papah aku pindah kerja di sini." Penjelasannya terdengar sederhana, bahkan tidak terkesan dibuat-buat. Ia berusaha untuk terlihat jujur, tapi raut wajahnya tetap tenang.

"Terus… kenapa lo tiba-tiba satu kelas sama gue?" tanya Dara, suaranya menunjukkan rasa penasaran yang besar.

"Ra, cuma di kelas kamu yang masih ada bangku kosong kan? Itu juga di samping kamu?" Andra kembali mengingatkan, suaranya terdengar sedikit lebih lembut, seakan mencoba untuk meyakinkan Dara. Ia menekankan fakta tersebut, berharap Dara bisa memahami situasinya.

Namun, Dara tetap tidak percaya begitu saja. Penjelasan Andra terlalu mudah dan sederhana. Ada sesuatu yang masih disembunyikannya. "Cuma itu?" tanya Dara, suaranya terdengar ragu. Ia menatap Andra dengan tajam, mencoba untuk menemukan celah dalam penjelasannya.

Keheningan sejenak menyelimuti mereka berdua. Dara menunggu, menanti penjelasan lebih lanjut. Apakah Andra akan terus berkelit, atau ia akan akhirnya mengungkapkan kebenaran?

Andra mengangguk, menunjukkan bahwa ia telah mengatakan yang sebenarnya. "Iya, Ra. Kalau kamu nggak percaya, ya terserah kamu. Yang penting, aku udah bicara jujur. Aku juga nggak bakal nyakitin atau jahatin kamu," ujarnya, nada suaranya terdengar sedikit putus asa.

Ia tampak kecewa karena Dara masih belum mempercayainya sepenuhnya. Sikapnya yang tampak pasrah justru menimbulkan pertanyaan baru di benak Dara. Apakah Andra benar-benar jujur? Atau, ia hanya sedang memainkan sebuah peran?

Ketegangan di antara mereka masih terasa, menyelimuti meja makan yang baru saja dihidangkan. Aroma makanan yang menggugah selera seakan tak mampu menutupi kebekuan suasana. Seorang pelayan dengan ramah meletakkan pesanan mereka, "Silakan dinikmati," ujarnya sebelum berlalu.

Andra mengambil alih situasi dengan lembut, "Sekarang kita makan dulu, ya, Ra. Kalau kamu masih curiga sama aku, nggak papa. Kamu bisa tanya sepuas kamu, tapi nanti setelah makan, oke?" Ia mulai memotong daging, gerakan tangannya terlihat tenang dan terampil, menawarkan sepotong daging pada Dara. Sikapnya yang perhatian dan lembut, berbeda dari sikapnya yang sedikit misterius sebelumnya.

Ia menerima potongan daging yang ditawarkan Andra, mencoba untuk melupakan sejenak kecurigaannya. Aroma makanan yang harum dan kelembutan Andra menciptakan suasana yang nyaman, menenangkan hatinya yang sebelumnya dipenuhi rasa was-was.

Mereka makan dalam diam, tapi kehangatan tercipta di antara mereka. Setelah selesai makan, Dara kembali merasa tenang, rasa penasarannya masih ada, tapi kini ia sedikit lebih tenang karena sudah menanyakan semuanya.

Setelah selesai dengan makanan mereka, Dara memilih pamit untuk pergi ke toilet. Tetapi sebelum sampai di toilet, mata Dara tidak sengaja melihat seseorang yang tampak ia kenali.

Dara menyipitkan matanya, "Itu kaya..."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!