Bianca Mith. Doktor muda arogan yang selalu saja mencari masalah setiap hari saat sedang bekerja. Ayahnya yang seorang pebisnis terkenal tidak tahan dengan kelakukan anaknya itu. Maka dari itu perjodohan itu diadakan.
Bianca menikah dengan Aether Beatrice. Dosen muda dari Universitas Mith. Sesuai kesepakatan awal, beberapa tahun setelah menikah, salah satu dari mereka harus mengorbankan cita-cita mereka untuk memimpin perusahaan keluarga.
Namun tepat setelah satu hari setelah pernikahan, Aether baru mengetahui bahwa ia memiliki penyakit serius pada bagian otaknya. Membuat Aether akan kehilangan sedikit demi sedikit ingatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athena_Shou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyembunyikan Penyakit
Aether mengunjungi Rumah Sakit Scarlet. Rumah sakit swasta yang jaraknya cukup jauh dari tempatnya tinggal. Ia datang untuk menerima hasil laporan terkait permasalahan yang ada pada otaknya.
Aether memasuki ruangan dokter spesialis neurologi. Nathan Sykes. Itulah nama dokter yang akan menjelaskan terkait permasalahan pada otak Aether.
"Bagaimana? Apakah kamu memiliki keluhan lagi?" tanya Nathan senang dengan kedatangan Aether.
"Tidak ada. Masih sama seperti biasa. Hanya saja terkadang aku merasa seperti yang aku lupakan. Tapi aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas," balas Aether duduk di kursi pasien.
"Bagaimana dengan pernikahanmu dengan putri dari Keluarga Mith?"
"Kamu ... bagaimana kamu tau tentang itu?"
"Itu berita besar untuk semua dokter jika memang kamu belum tau. Semua dokter di segala rumah sakit membicarakan tentang kalian. Karena mau bagaimanapun juga Keluarga Mith memiliki banyak andil dalam bidang kesehatan di negeri ini. Terlebih lagi, perilaku buruk istrimu selama ini selalu terdengar di telinga banyak orang. Jadi semua orang terkejut saat mendengar dia akan menikah. Dan aku terkejut saat mengetahui kamulah yang menikah dengannya."
Nathan merasa bahwa pernikahan itu ada sedikit kejanggalan. Di rumah sakit, Nathan dan Aether berhadapan sebagai dokter dan pasien. Namun di luar rumah sakit, mereka berteman cukup dekat. Nathan selalu minum dan makan malam bersama Aether. Dan Aether sama sekali tidak pernah bercerita akan menikah. Sehingga Nathan benar-benar terkejut tentang acara pernikahan itu.
Terlebih lagi, permasalahan utamanya adalah kesehatan laki-laki itu. Ada masalah besar pada otak laki-laki itu yang harus segera disembuhkan. Jika tidak, maka nyawa laki-laki itu akan terancam.
"Apa semuanya berjalan dengan baik?" tanya Nathan menaruh melipat kedua tangannya di atas meja.
"Sejauh ini baik-baik saja," balas Aether mengangguk.
"Hanya saja aku lebih sibuk di universitas karena sedang ada ujian penerimaan mahasiswa baru," lanjut Aether menyentuh pulpen yang tersusun di rak atas meja kerja Nathan.
"Ah, pantas saja kamu sudah jarang mengajakku makan malam bersama. Aku pikir kamu sedang sibuk bersama dengan istrimu. Tapi ternyata kamu sibuk dengan urusan pekerjaanmu," jelas Nathan.
"Begitulah. Tapi aku rasa semuanya akan kembali normal setelah beberapa hari. Setelah itu, kita bisa makan malam bersama lagi di restoran biasanya."
"Bukankah seharusnya kamu langsung pulang ke rumah sekarang? Mengingat kamu sudah menikah."
Aether menatap Nathan. Menikah. Ia sempat melupakan itu. Aether tadi berpikir bahwa ia masih lajang dan bisa pergi ke mana pun ia mau tanpa harus membatasi diri.
Nathan menghela nafas melihat ada permasalahan kecil pada diri Aether. Membuat dugaannya selama ini semakin besar.
"Kita langsung saja, 'ya," ujar Nathan dengan nada halus.
"Katakan saja," balas Aether menyiapkan diri.
"Kamu mengidap tumor Corprus. Ini penyakit yang sangat langka. Dan baru ini aku menanganinya secara langsung."
"Lalu haruskah aku operasi?"
"Tidak. Kamu tidak bisa dioperasi. Karena di negara ini baru kamu yang mengidap penyakit itu. Jadi belum ada penanganan khusus untuk penyakit yang kamu alami sekarang."
Nathan pun tidak mengerti mengapa tumor itu bisa tumbuh pada otak Aether. Nathan ingin sekali mengoperasi dan menghilangkan tumor itu, namun ia tidak bisa. Tidak ada satupun dokter di negeri itu yang berpengalaman dalam menaklukkan penyakit itu. Dan belum pernah diadakan operasi untuk mengangkat tumor itu.
"Ini yang akan menjadi masalah utamamu. Tumor itu akan membuatmu kehilangan ingatanmu secara acak. Entah itu permanen atau tidak. Kamu juga akan mengalami halusinasi seakan-akan kamu berada di tempat atau waktu yang berbeda dengan kondisi kamu saat ini," jelas Nathan mengenai gejala penyakit Aether.
"Lalu bagaimana selanjutnya?" tanya Aether mengepalkan tangannya.
"Pergilah ke Jepang. Di sana aku dengar ada dokter yang pernah menangani penyakit yang sama seperti milikmu. Dan dokter itu berhasil menyembuhkannya. Aku akan membuat dokumen terkait data dokter itu. Aku akan mengirimnya beberapa hari setelah ini."
"Terima kasih."
Kehilangan ingatan. Itu sudah sering kali terjadi pada Aether. Laki-laki itu terkadang melupakan beberapa hal dalam hidupnya. Entah itu kejadian penting atau sekedar kejadian kecil. Namun tetap saja ingatannya tidak lengkap karena hal itu. Membuatnya tidak bisa mengenali beberapa orang yang pernah ia temui di masa lampau.
Dan terkait halusinasi, Aether belum pernah merasakannya sampai sekarang. membuat Aether berpikir bahwa jika kondisinya semakin memburuk, ia akan mengalami halusinasi seperti apa yang dijelaskan oleh Nathan.
"Saranku, mulai sekarang catatlah segala hal yang kamu lakukan di kertas atau ponsel. Sehingga jika memang ada ingatanmu yang terhapus, kamu bisa kembali tau apa yang sebenarnya terjadi tanpa perlu mengingat jelas kejadian rincinya" usul Nathan.
"Apakah aku akan mati?" tanya Aether menatap Nathan untuk pertama kalinya setelah memasuki ruangan.
"Ya, kamu akan mati. Jika penyakitmu tidak segera disingkirkan," balas Nathan dengan berat hati.
"Berapa lama waktuku?"
"Apa kamu benar-benar ingin mengetahuinya?"
"Setahun. Atau paling lama dua tahun."
Waktu yang sangat singkat. Terlebih lagi umur Aether saat ini masih dua puluh lima. Jika tebakan Nathan benar, maka itu artinya Aether akan menghembuskan nafas terakhirnya pada umur dua puluh enam.
Masih ada banyak masalah yang belum ia selesaikan. Termasuk permasalahan tentang pernikahannya dengan Bianca. Satu tahun. Aether harus bisa menceraikan Bianca dan pergi sejauh-jauhnya jika memang Aether tidak ingin perempuan itu tau tentang kondisinya yang sebenarnya.
"Bisakah aku meminta satu hal padamu?" tanya Aether.
"Tentu saja. Kita berteman. Aku akan melakukan sesuai permintaanmu, selama itu tidak memberatkan ku," jawab Nathan mengedikkan bahunya.
"Bisakah kamu merahasiakan ini dari semua orang, termasuk Bianca?"
"Kenapa? Apakah kamu belum memberitahunya tentang penyakitmu?"
"Aku tidak ingin dia tau."
Nathan mengangguk pasrah. Jika memang itu keinginan Aether, maka Nathan tidak memiliki pilihan untuk menolak. Terlebih lagi, itu bukanlah sesuatu yang akan memberatkan Nathan di masa sekarang atau masa depan.
Namun dalam kondisi sekarang seharusnya Aether berada di sekitar orang-orang yang tau akan penyakitnya. Dengan begitu, Aether akan mendapatkan dukungan penuh. Dan itu akan membuat Aether sedikit lebih baik.
"Ambillah cuti dan istirahat sejenak. Kamu baru saja menikah. Itu pasti menguras banyak tenagamu. Usiamu memang tidak akan bertambah secara signifikan. Tapi setidaknya jika fisikmu selalu sehat, nama penyakitmu juga tidak akan menjadi lebih buruk dari yang sekarang," jelas Nathan.
"Istirahat, 'ya? Aku rasa, aku akan melakukannya jika memiliki kesempatan."
"Hanya perlu mengajukan cuti. Kenapa kamu ragu seperti itu?"
"Tidak ada. Aku hanya khawatir, jika aku mengambil cuti sekarang, aku akan memberikan kesan negatif pada Bianca."
"Kenapa? Bukankah kalian menikah karena saling mencintai? Kalau memang kalian saling mencintai bukankah itu harusnya lebih bagus? Saling meluangkan waktu sehingga bisa berduaan di rumah."
Aether mengedikkan bahunya. Tidak berniat memberikan jawaban pada pertanyaan Nathan. Dan terkait penyakitnya, Aether akan menyembunyikannya sejauh yang ia bisa