Alice Alison adalah salah satu anak panti asuhan yang berada di bawah naungan keluarga Anderson.
Lucas Anderson merupakan ahli waris utama keluarga Anderson, namun sayang dia mengalami kecelakaan dan membutuhkan donor darah. Alice yang memiliki golongan darah yang sama dengan Lucas pun akhirnya mendonorkannya.
Sebagai balas budi, kakek Anderson menjodohkan Lucas dengan Alice.
Menikah dengan Lucas merupakan impian semua perempuan, tapi tidak dengan Alice. Gadis itu merasa tersiksa menjalani pernikahannya dengan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
"Lucas aku..... " Belum sempat Alice menyelesaikan ucapannya, Lucas sudah memotongnya terlebih dahulu.
"Diam kamu wanita miskin! aku tahu kamu tidak menyukai keberadaan Elena di rumah ini, tapi bukan berarti kamu bisa mencelakainya" sentak Lucas kepada istrinya.
"Aku akan membawa Elena ke rumah sakit, dan bersiaplah aku akan menjebloskan mu ke dalam penjara" ucap Lucas dan menggendong Elena membawanya pergi ke rumah sakit.
Tubuh Alice bergetar hebat, dia tidak mencelakai Elena, namun suaminya telah menuduhnya tanpa bukti.
Air mata Alice menetes deras, kepalanya terasa ringan dan hatinya seperti teriris. Dia merasakan dada berat, seakan semua udara telah ditarik dari paru-parunya. Alice meraih pintu, berusaha menopang tubuhnya yang lemah.
Di tengah keheningan yang tiba-tiba, suara langkah kaki Lucas yang cepat terdengar semakin jauh. Alice terduduk lemas di lantai, dengan tangan yang gemetar dia mencoba menggapai telepon. Namun, rasa takut dan keputusasaan menguasai dirinya, membuatnya hanya bisa memandangi pintu yang baru saja ditutup oleh Lucas dengan penuh amarah.
Elena, sahabatnya suaminya, kini menjadi alat untuk menjatuhkannya. Alice menutup matanya, mencoba mengumpulkan kekuatan untuk berpikir jernih. Namun, bayang-bayang penjara dan tuduhan yang tidak berdasar itu terus menghantuinya, mengikis setiap harapan yang ada dalam dirinya.
"Aku tidak melakukannya" ucap Alice lirih sambil memeluk tubuhnya yang rapuh.
*****
Lucas menginjak rem dengan keras tepat di depan lobi rumah sakit. Pintu mobil terbuka dengan cepat, ia menggendong Elena yang tampak lemah dan pucat, napasnya tersengal-sengal. Wajah Lucas berubah penuh kecemasan, alisnya berkerut dalam, tangan gemetar saat berusaha menahan tubuh sahabatnya yang seolah semakin tenggelam dalam kesakitan.
Tanpa peduli dengan istrinya di rumah, Lucas langsung melangkah cepat menuju ruang IGD. Sesampainya di depan pintu masuk, Lucas hampir terengah saat memanggil dengan suara terbata, “Dok, tolong sahabat saya.” Matanya menatap penuh harap ke arah dokter yang baru saja keluar.
Dokter itu mengangguk singkat, lalu memberi aba-aba kepada perawat yang membawa brangkar, “Silahkan taruh di atas brangkar, Tuan.” Perawat sigap mendekat, sementara Lucas melepas pelukannya dengan berat hati, matanya tak lepas dari sosok Elena yang terbaring di atas brangkar.
Jantungnya berdegup kencang, bayangan luka dan penderitaan Elena terus menghantui pikirannya, sementara rasa bersalah dan amarah tentang siapa yang sebenarnya penyebab jatuhnya sahabatnya semakin membakar dadanya.
Lucas duduk tegap di ruang tunggu yang sepi, matanya sesekali menatap layar ponsel yang masih terhubung dengan suara Jack. Napasnya berat, dada sesak oleh campuran kecemasan dan kemarahan yang sulit ia sembunyikan.
“Halo, iya tuan,” suara Jack terdengar ragu dari seberang sana, mencoba menenangkan namun tetap ingin memastikan.
“Segera hubungi polisi dan tangkap Alice sekarang juga. Dia berniat membunuh Elena dengan mendorongnya dari lantai atas,” perintah Lucas dengan suara yang tegas dan nyaris bergetar, seolah beban situasi menekan seluruh tubuhnya.
“Apa Anda yakin, tuan? Anda sudah cek CCTV? saya rasa nyonya Alice tidak mungkin sejahat itu,” balas Jack, nada suaranya penuh skeptis dan sedikit bingung.
Ia mengenal Alice sebagai sosok yang pendiam, tapi bukan tipe yang mudah berbuat nekat.
Lucas mengerutkan dahinya, tangannya mengepal di atas paha. “Tidak perlu, aku yakin dia memang sengaja ingin membunuh Elena,” jawabnya dengan nada kekeuh, tanpa keraguan sedikit pun.
Matanya menatap kosong ke depan, seakan menantang dunia untuk membantah keyakinannya itu. Jantungnya berdegup kencang, pikiran berputar liar antara takut kehilangan dan dendam yang mulai tumbuh. Ruang tunggu itu terasa semakin dingin, sementara waktu berjalan lambat dan beban keputusan yang harus diambil semakin membebani dadanya.
"Tuan, bagaimana dengan tuan besar... " ucap Jack ragu, kakek Anderson pasti akan marah jika mengetahui hal ini.
"Jangan banyak bicara Jack, cepat lakukan atau aku akan memecatmu sekarang juga" sentak Lucas.
"Baiklah tuan, saya akan segera mengurusnya" pasrah Jack.
Setelah itu Lucas mematikan panggilannya. Pria itu terlihat sangat marah dengan kejadian ini.
Lucas selalu membela Elena. Dulu sebelum ibu Elena meninggal, dia menitipkan Elena kepada Lucas, dia meminta Lucas untuk menjaga anak semata wayangnya itu. Sementara ayah Elena sudah menikah lagi, dan sibuk dengan keluarga barunya.
Sementara dengan Alice, tidak sedikitpun Lucas mengasihinya. Padahal kondisi Alice tidak jauh berbeda dengan Elena, sama-sama tidak memiliki orang tua.
Istrinya itu lahir dari panti asuhan tanpa keluarga, tak lebih dari beban baginya. Bukannya memberikan perlindungan, Lucas justru ingin memenjarakan Alice ke dalam jeruji besi, atas masalah yang tidak wanita itu perbuat.
Selang berapa lama dokter yang memeriksa Elena keluar, Lucas pun segera menghampirinya.
"Bagaimana keadaannya dok?" tanya Lucas.
"Pasien baik-baik saja, hanya sedikit terjadi benturan di kepalanya, tapi itu tidak berbahaya. kami sudah mengobatinya" kata dokter membuat Lucas bernafas lega.
jgn cuma 1 episode,bikin penasaran dan greget gitu thor🙄
tekdung kah
nyesel kan kamu luc
semoga masih berjodoh ma mantan kalau tidak ku do"akan kamu gila 😠
.dan biarkn lucas tambah dalam penyesalany,,biar lucas jg bebas tuh ngurusin sahabat terbaik buat dia
TPI kenapa Alice meraba perutnya?
apa Alice sedang Hamidun?
TPI tak apalah
biarkan Lucas menjalani kehidupannya dengan penuh ke pahitan