NovelToon NovelToon
HUTAN LARANGAN

HUTAN LARANGAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Dunia Lain
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: elaacy

Galuh yang difitnah oleh penduduk kampung dan dibuang dihutan larangan, hutan yang menyimpang segudang misteri.
Dapatkah galuh membalaskan dendam dan menemukan dalang dari orang yang menghasut penduduk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Memulai perjalanan

Pagi harinya..

Renggo sudah bangun, begitu juga dengan galuh, mereka segera keluar untuk mencunci muka. Damar, nek sumi dan saras ternyata sudah bangun. Tak lama galuh dan renggo sudah kembali dan segera duduk bersama.

"Kalian akan pergi pagi ini juga?." Tanya damar, memulai obrolan.

"Iya ayah, supaya kami tidak kemalaman di tengah hutan, setidaknya kami sudah berada di desa kembangan." Jawab galuh, yang membuat damar mengangguk mengerti.

"Aku pergi ke kamar dulu, untuk membawa buntelan baju kami." Ucap galuh, ia segera berdiri dan berjalan masuk ke dalam kamar.

Tak perlu menunggu waktu lama, galuh sudah kembali dengan membawa 1 tas dan 1 buntelan lainnya.

"Tas itu, isinya apa galuh?." Tanya damar.

"Ini stok makanan yang dikasi nek sumi kemarin, ayah." Jawab galuh.

Sedangkan renggo, ia dibuat penasaran dari mana galuh mendapatkan tas itu, kemarin malam saat mereka membereskan baju, renggo tidak ada melihat tas itu. Tetapi ia hanya diam dan tak bertanya.

"Sebaiknya kita segera pergi, takutnya kemalaman." Ucap renggo.

Galuh hanya mengangguk dan berpamitan kepada saras, damar, serta nek sumi.

"Aku pergi dulu ayah." Ucap galuh dengan pelan, seraya memeluk ayahnya.

Ia kemudian beralih kepada nek sumi dan memeluknya. Kemudian ia beralih kepada saras, dan hanya menatapnya sebentar serta tersenyum.

Renggo dan galuh segera melangkah kan kakinya ke arah luar, mereka akan memulai perjalanan panjang.

"Kalian hati-hati." Pesan damar dan nek sumi.

Galuh dan renggo hanya mengangguk dan segera meninggalkan gubuk itu. Tanpa di sadari oleh galuh dan renggo, raut wajah nek sumi berubah sinis.

*****

Setelah 2 jam perjalanan dari gubuk saras, mereka sudah keluar dari hutan itu dan mendapati rumah penduduk. Karena hari masih pagi jadi warga tidak ada yang melihat galuh dan renggo, mereka terus berjalan hingga sampai di depan gapura desa singasari, disana 2 orang memakai motor sudah menunggu. Renggo segera menyampari mereka.

"Maaf, kami terlambat, kalian sudah lama menunggu?." Tanya renggo kepada 2 orang itu.

"Belum terlalu lama paman." Jawab mereka serentak.

"Saya pakai dulu ya motor kalian, romi, bima." Ucap renggo kepada dua pria itu.

Bima dan romi segera meninggalkan renggo dann galuh.

"Ayo naik galuh, kita akan memulai perjalanan." Ucap renggo setelah menerima kunci motor tersebut.

"Baik, paman." Sahut galuh yang segera naik ke motor tersebut.

"Sudah?." Tanya renggo.

"Sudah paman." Jawab galuh.

Renggo segera menjalankan motor tersebut dengan galuh yang dibonceng.

Siang harinya, mereka berdua berhenti di sebuah saung yang berada di pinggir jalan, jalan disana masih banyak bebatuan, dan jika hujan batu tersebut akan licin. Selain bebatuan, kiri kanan adalah sebuah curang.

Galuh dan renggo berhenti di saung yang kebetulan berdiri kokoh di tepi jalan bebatuan tersebut.

"Kita makan dulu." Ucap renggo yang sudah memberhentikan motornya dan berjalan ke arah saung tersebut.

"Baik paman." Sahut galuh yang segera mengikut renggo.

Mereka segera memakan roti yang diberikan oleh nek sumi. Setelah dirasa kenyang, mereka mulai melanjutkan perjalanan lagi dengan mengendari motor yang dipakai dari 2 pemuda tadi.

Jalan yang sulit, membuat renggo sedikit kesulitan membawa motor, ia harus ekstra hati-hati, jika sampai mereka jatuh dan masuk ke jurang itu akan membuat mereka kesulitan nanti.

"Paman, sini biar aku saja yang bawa motor." Tawar galuh yang melihat renggo kesulitan membawa motor.

"Tidak usah, galuh biar aku saja." Sahut renggo yang tak ingin di gantikan oleh galuh.

2 jam lebih, mereka akhirnya melihat gapura yang bertuliskan 'Selamat datang di desa kembangan'. Artinya mereka sudah sampai di desa kembangan, renggo segera melajukan motornya memasuki desa tersebut. Sesekali ia ber papasan dengan warga desa dan saling sapa.

"Paman, apa kita akan melanjutkan perjalanan?." Tanya galuh.

"Iya, sebentar lagi sore baru kita akan berhenti untuk mencari makan." Jawab renggo. Galuh baru menyadari jika desa ini sangat luas dan sudah memakai listrik, tidak seperti di desanya yang masih menggunakan obor.

Tak lama langis sudah berubah warna, artinya sudah sore. Renggo segera mencari warung untuk makan, dari kejauhan mereka melihat sebuah warung, renggo segera melanjukan motornya.

Setelah sampai di depan warung itu, mereka berdua segera turun dan memasuki warung itu, dan segera memesan 2 porsi nasi uduk serta 1 gelas kopi dan teh. Tak lama nasi uduk serta kopi dan teh itu telah tiba.

Galuh dan renggo segera makan setelah membaca doa, mereka sangat menikmati nasi uduk tersebut. Dan segera menghabiskannya.

"Kita akan melanjutkan perjalanan, paman.?" Tanya galuh setelah selesai makan.

Renggo hanya mengangguk dan berjalan menuju kearah ibu-ibu itu dan membayar makanan mereka tadi. Galuh ternyata sudah menunggu di motor.

"Ayo kita lanjutkan." Ucap galuh.

Renggo segera menghidupkan motor tersebut dan menjalankanya.

Hari sudah malam, akhirnya mereka sudah sampai di perbatasan antara hutan dan desa kembangan.

"Kita turun." Ucap renggo. Galuh segera turun dari motor tersebut.

"Kenapa turun?." Pertanyaan galuh membuat renggo ingin menendangnya saat itu juga.

"Kita akan memasuki hutan, tidak mungkin kita masuk hutan memakai motor, bisa-bisa hancur motor ini." Jawab renggo yang sudah sangat kesal.

"Hmm gitu, jadi motor ini kita letakin dimana?." Tanya galuh.

Renggo segera melihat sekitar hutan tersebut, pandangannya tertuju kepada semak belukar yang menjulang tinggi, ia segera mendorong motor tersebut dan di bantu oleh galuh.

Mereka segera menyembunyikan motor itu dibalik semak-semak dengan di tutupi dedaunan serta ranting pohon.

"Sudah, ayo kita lanjutkan perjalanan." Ajak renggo.

Galuh segera menyusul renggo yang sudah berjalan terlebih dahulu.

"Paman, tunggu" Teriak galuh yang setengah berlari untuk menyusul renggo.

"Jangan berteriak dihutan, galuh." Ucap renggo yang membuat galuh segera menutup mulutnya.

Saat mereka sedang berjalan, tiba-tiba saja mereka di hadang oleh seseorang orang berjubah itu lagi, galuh hanya mengeram kesal karena lagi-lagi harus dihadang.

"Minggir." Bentak galuh dengan suara keras kepada orang berjubah tersebut.

Orang itu hanya bergeming dan segera mencabut pedangnya dan segera menyerang galuh dan renggo. Galuh yang melihat segera menghindar dan segera mencabut tombak itu.

Perkelahian, lagi-lagi terjadi, galuh melawan orang tersebut, sedangkan renggo hanya diam dan menyaksikan galuh.

Sring, sring, bughh

Bunyi pedang dan tombak itu saling beradu. Galuh segera berlari dan mulai menyerang kembali, tetapi orang itu berhasil menghindar.

Bughh.

Satu pukulan mengenai wajah galuh dan membuatnya terjatuh, pria itu segera mengambil pedangnya, sebelum ia menebas galuh, renggo segera menendang pria tersebut sampao terdengar bunyi retakan tulang.

Krakk.

"Arghhh" Teriakan pria itu menggema di hutan belantara tersebut, tanpa menunggu lama galuh segera bangun dan mengayunkan rantai tersebut dan langsung mengenai pria tersebut dan membuat kepalanya putus dan meregang nyawa.

Sebelum darah itu muncrat ke bajunya, galuh cepat-cepat menghindar, ia melihat muncratan darah itu yang mengenai dahan pohon.

"Kamu tidak apa-apa?." Tanya renggo yang mengkhawatirkan galuh.

"Aku nggak apa-apa, paman." Jawab galuh dan menarik rantai itu agar masuk kembali ke dalam tombak tersebut.

"Ayo kita pergi dari sini, sebelum lebih banyak lagi." Ajak renggo yang segera mendapatkan anggukan.

Tanpa di ketahui oleh mereka, seseorang melihat kejadian itu dan hanya menatap tajam ke arah galuh dan renggo.

"Bangsat, gagal lagi untuk membunuhnya." Ucap orang tersebut, segera pergi dari sana.

Sementara galuh dan renggo tetap melanjutkan perjalananya tanpa berhenti sama sekali.

3 jam berjalan, akhirnya mereka menemukan ujung dari hutan tersebut dan berbelok ke arah kiri, untuk menuju ke arah hutan desa alas pati.

"Sebentar lagi kayaknya subuh, paman." Ucap galuh di sela-sela perjalanan panjang mereka.

"Kenapa? Kamu cape?." Tanya renggo. Galuh hanya nyengir saja.

"Baiklah, ayo kita duduk dibawah pohon itu." Tunjuk renggo ke arah pohon yang sangat rindang. Mereka segera berjalan kearah pohon itu dan segera duduk.

"Hoamm" Tiba-tiba kantuk menyerang galuh, ia sangat mengantuk, karena tidak ada hanya sekedar berhenti.

"Baiklah, kamu kalau ngantuk tidur saja." Ucapan renggo membuat galuh tersenyum dan segera menutup kedua matanya.

Sekitar 2 jam kemudian, matahari sudah muncul dari arah timur. Sinar matahari membangunkan galuh yang sedang tidur, ia terkejut ternyata hari sudah pagi, ia melihat renggo yang duduk sembari menutup kedua matanya.

"Apa paman tidur, ya?." Gumam galuh.

Tak lama, renggo segera membuka kedua matanya dan menoleh ke arah galuh.

"Paman tidur?." Tanya galuh. Renggo hanya mengangguk saja.

Galuh segera mengeluarkan roti serta biskuit kemarin, mereka akan sarapan menggunakan biskuit serta roti tersebut. Setelah cukup dirasa kenyang, mereka segera melanjutkan perjalanan.

1
Das ril
lanjut thor
elaacy: Okeiii
total 1 replies
Rizitos Bonitos
Bikin klepek-klepek!
Edana
Aku suka banget sama twist yang ada di cerita, semoga semakin menarik aja nanti!
elaacy: terimakasi ka, ini cerita pertama saya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!