Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Pria Tua Aneh
***
Devan maju, merengkuh bahu Sherin yang kini
mundur sambil menundukkan kepalanya. Dia
menatap tajam wajah Tuan Wiratama yang
terlihat sangat kelam dan dingin.
"Aku punya alasan sendiri memilih nya. Jadi..
sebaiknya kakek hargai pilihanku !"
Devan berucap dengan suara yang sedikit keras
di sertai wajah yang terlihat sangat dingin. Tuan
Wiratama meraih tumpukan koran yang ada di
atas meja kemudian melemparnya ke hadapan
Devan dan Sherin. Mata Sherin tampak menatap
lurus hamparan koran-koran yang kesemuanya memuat tentang kasusnya itu.
"Apa tidak ada wanita lain yang lebih baik lagi
dari model seperti nya.? Aku memberikan waktu
yang cukup luang padamu untuk mencari wanita
sesuai dengan kriteria ku. Tapi sayangnya kau
sangat terburu-buru.!"
Ujar Tuan Wiratama. Terdengar jelas kalau dia
sangat tidak menyukai situasi ini. Sherin semakin
merasa terpuruk, dia menatap nanar koran-koran
yang berserakan di lantai. Tidak, dia harus kuat. Semua sudah terlanjur terjadi, dia tidak mungkin mundur lagi sekarang.
"Aku bisa mendapatkan seribu wanita hanya
dalam satu malam. Tapi belum tentu di antara
mereka mampu memenuhi apa yang aku cari
dan aku butuhkan selama ini.! "
Tegas Devan dengan menegakkan kepalanya
dan tatapan tajam penuh makna tersirat. Raut
wajah Tuan Wiratama bereaksi aneh. Kini dia
melirik ke arah Sherin, menatap seksama dan mengamatinya dalam diam.
"Terlalu banyak kotoran yang berusaha untuk
menempel padanya. Keluarga Kertaradjasa
bisa tercemar oleh kotoran itu.!"
"Aku sedang berusaha membersihkan nya !"
"Lalu kenapa kau belum bertindak ? Buat apa
kekuasaan mu selama ini, kalau membersihkan
cacing-cacing kecil seperti itu saja tidak becus.!"
Sherin terhenyak, dia mencoba mencerna arah pembicaraan cucu dan kakek itu. Apa maksud
mereka sebenarnya.?
"Kakek akan tahu sendiri siapa wanita yang aku
pilih ini sebenarnya !"
Desis Devan sambil tersenyum tipis penuh arti.
Sherin semakin tidak mengerti arah pembicaraan
ini. Dia memberanikan diri mengangkat wajah
dan melihat sebentar ke arah Tuan Wiratama.
"Wanita itu tidak boleh hanya bagus luarnya saja,
dia harus bersih dan kuat dalam menjalani arus
kehidupan yang semakin kejam ini.!"
"Tidak akan jadi sebuah senjata tanpa tempaan
yang kuat dari si empunya barang tersebut."
Devan menimpali dengan bahasa tubuh yang
mulai terlihat rileks. Sherin semakin tidak faham
dengan makna pembicaraan ini. Tuan Wiratama
tampak berdiri, meraih tongkat emasnya dan
berjalan tenang ke hadapan Sherin yang terlihat
semakin menundukkan kepalanya.
"Aku dengar dia cukup tangguh. Ikut aku, kita
akan membuktikan semua itu sekarang.!"
Tegas Tuan Wiratama sambil kemudian berlalu
keluar ruangan bersama asisten pribadinya.
Dev dan Sherin saling menatap.
"Apa yang bisa aku banggakan di depannya
Dev, kenapa kau harus memilih ku.?"
"Jangan banyak bicara. Semua itu tidak akan
membuktikan apapun, ayo kita ikuti.. apa yang
inginkan oleh pria tua itu.!"
Dev menyambar tangan Sherin di bawa keluar
dari dalam ruangan yang menyerupai sebuah
perpustakaan negara itu.
Beberapa saat kemudian...
Mereka bertiga sudah ada di sebuah area khusus
untuk berlatih menembak dan memanah. Sherin
menautkan alisnya melihat dirinya di bawa ke
tempat ini. Di sana juga sudah ada beberapa
wanita berpakaian hitam dan berikat kepala.
"Aku ingin melihat, setangguh apa wanita yang
telah kau pilih itu Dev.!"
Ujar Tuan Wiratama sambil kemudian duduk di
bangku khusus di dalam sebuah gazebo dimana
di atas meja telah tersaji teh hijau dan camilan.
"Apa harus dengan cara seperti ini.? Dia tidak
boleh terluka sedikitpun Kek.!"
"Hahaha.. belum apa-apa sudah mencemaskan
dirinya. Bukankah dia hanya wanita sewaan mu
Dev ? Peduli apa kau padanya.!"
Tuan Wiratama terkekeh geli. Wajah Devan
tampak memerah, dia menatap ke arah Sherin
yang terlihat bingung.
"Kakek tahu sendiri profesi nya seperti apa.
Bukankah cucu kesayangan mu sendiri pun
berprofesi sama dengan nya.?"
"Clara sudah tidak perlu di khawatirkan. Aku
tidak pernah mencemaskan keadaan nya. Ayo
maju kalian semua.!"
Tuan Wiratama memberi perintah pada 4 wanita
berpakaian hitam tadi. Mereka membungkuk
hormat di hadapan Tuan Wiratama kemudian
menundukkan kepala di hadapan Dev dan Sherin
sambil merapatkan kedua telapak tangannya.
"Apa ini Dev.? Kenapa harus begini.?"
Sherin menatap kesal ke arah Devan yang hanya
bisa menggedikan bahunya dan bersikap acuh.
"Dasar aneh, baiklah..sepertinya aku tidak punya
pilihan untuk keluar dari situasi ini.!"
Decak Sherin sambil kemudian menundukkan
kepala di hadapan Tuan Wiratama dan berjalan
ke tengah arena. Belum sempat dia bersiap, ke
4 wanita tadi sudah melompat menyerang nya.
Mau tidak mau akhirnya Sherin harus melayani
serangan mereka berempat. Dan terjadilah satu
pertarungan seru dan sengit yang juga sangat
menarik.
Dalam diamnya, Devan mengamati seluruh
gerakan yang di perlihatkan oleh Sherin. Kenapa
di matanya semua yang terlihat itu sangat indah
dan memukau mata.? Gadis itu tampak sangat
lincah dan gesit dalam menghindar sekaligus
menyerang balik. Dan dalam hitungan menit
saja ke 4 wanita itu sudah terdesak dan mundur.
Sementara Tuan Wiratama sendiri tampak diam
memperhatikan dengan ekspresi wajah datar
dan tenang. Namun ada sorot mata puas yang terpancar dari tatapan tajamnya.
"Cukup..! Masih ada hal lainnya yang harus dia
lakukan. Aku ingin melihat apa dia juga mampu
melakukan nya !"
Tuan Wiratama memberi perintah membuat
gerakan Sherin dan ke 4 wanita itu otomatis
terhenti. Sherin mengibaskan pakaiannya yang
tadi sempat berantakan. Apa-apaan ini, kenapa
kakek Devan harus melakukan ini padanya.?
Dia melihat ke arah Devan yang masih saja
terlihat santai dan hanya tersenyum tipis.
"Bawa dia ke arena menembak.!"
Titah Tuan Wiratama yang membuat mata cantik
Sherin melebar indah. Devan bergerak mendekat
ke arah Sherin yang terdiam mematung. Asisten
Tuan Wiratama dan beberapa pengawal tampak
sibuk menyiapkan segala keperluan.
"Ayo..kita akan lihat, apa kamu bisa melakukan
hal ini juga.!"
Ujar Devan sambil menarik tangan Sherin di bawa
ke arena tembak dan panahan. Masih di tempat
yang sama, hanya bergeser ke sebelah kanan dan lebih dekat ke tempat Tuan Wiratama berada.
"Sebenarnya apa yang kakek mu inginkan Dev?
Kenapa aku harus melakukan semua ini ? Apa
kau pikir ini masuk akal.?"
Sherin protes keras saat Devan memakaikan alat
pelindung diri ke tubuh nya. Kemudian dia juga
memposisikan tubuh Sherin di tempat khusus.
"Jangan banyak membantah, laksanakan saja
apa yang dia perintahkan agar kita bisa cepat
keluar dari rumah ini.!"
Bisik Devan di dekat telinga Sherin saat mereka
berdua berdiri di posisi tembak. Sherin mendelik
kesal setengah berjingkat saat tubuh mereka
saling merapat. Tangan Devan kini memegang
pergelangan tangan Sherin membenarkan letak
posisi senjata.
"Tapi ini tidak masuk akal Dev, aku datang kesini
bukan untuk daftar masuk ke kesatuan !"
"Anggap saja seperti itu. Kau tahu, dia memang
sedikit aneh dan tidak bisa di tebak.!"
Ucap Devan dengan suara yang berat dan posisi
tubuh yang semakin rapat. Sherin menghela
nafas panjang dan melirik kearah Devan.
"Bisakah kau mundur Tuan Devan.? Bagaimana
aku bisa bergerak kalau posisinya seperti ini.?"
Geram Sherin sambil menatap tajam penuh
intimidasi saat Devan semakin merapatkan
tubuhnya. Mata mereka saling menatap kuat.
"Kau yakin bisa melakukannya sendiri.?"
"Aku akan mencoba nya . Jadi.. mundur lah,
biarkan aku melakukan nya sekarang."
Desis Sherin sambil kemudian memfokuskan
pandangannya pada titik sasaran.
"Kita akan melakukan nya bersama sekarang."
Bisik Devan pelan sambil kemudian menggeser
posisi badannya ke samping. Dia mengambil
tempat di sebelah Sherin. Tuan Wiratama yang
masih pada posisi semula, duduk santai di
gazebo tampak menyeringai tipis. Dia tahu ada
yang aneh dengan cucu kesayangan nya itu.
Sherin mengatur posisi tubuh dan tangan nya,
hingga membuatnya terlihat lebih mempesona
dengan gaya yang sangat apik dan menarik. Bak
seorang jagoan wanita di film-film action. Sherin
mulai bersiap, untuk sesaat dia saling pandang dengan Devan. Tanpa aba-aba, Devan langsung
melesakkan tembakan ke arah sasaran tanpa
harus melihat titik fokus karena matanya saat
ini masih saling pandang dengan Sherin.
Para pengawal dan asisten pribadi Tuan Wiratama
sontak saja bertepuk tangan penuh kekaguman.
Sherin menarik napas gerah saat melihat Devan
tersenyum tipis sambil mengangkat tangannya
memberi isyarat agar Sherin melakukannya juga.
Dengan tenang dan percaya diri, Sherin mulai
melesakkan tembakan beruntun tanpa jeda
ke titik fokus dan semuanya tepat sasaran.
Semua orang tampak terdiam, melongo dan tak percaya. Wanita secantik dan seanggun Sherin
mampu melakukan tembakan itu dalam satu kali gebrakan tanpa menarik nafas. Devan tampak
tersenyum puas. Dia mengacungkan jempol ke
arah Sherin yang terlihat datar saja. Sementara
itu Tuan Wiratama nampaknya cukup terkesan.
Ada senyum tipis yang terlukis di sudut bibirnya.
"Aku rasa itu sudah cukup. Ayo..sekarang kita
masuk. Ada yang ingin aku tanyakan pada istri bayaran mu itu Dev.!"
Ujar Tuan Wiratama sambil kemudian beranjak
dari tempat duduknya dan melangkah masuk ke
dalam bangunan rumah super megah itu. Dev
dan Sherin kembali saling menatap dalam diam.
***
Hari sudah mulai merayap sore...
Pulang dari Mansion Kertaradjasa, Sherin lagi-
lagi di antar oleh Simon karena Dev harus segera kembali ke kantor, ada urusan yang harus dia bereskan secepatnya.
"Tuan Wiratama benar-benar aneh. Kenapa aku
harus di hadapkan pada ujian seperti itu.!"
Bathin Sherin saat dia berada di dalam mobil.
Dia benar-benar tidak habis pikir dengan apa
yang di lakukan oleh pria tua aneh itu.
Tidak lama kemudian, dia tiba di sebuah cafe
untuk bertemu dengan klien yang ingin memakai
jasa nya. Dan ini juga sebenarnya mendadak.
Sedikit aneh memang, setahu dia, perusahaan
Royal Entertainment memilki banyak model yang
bisa di pakai jasa nya, tapi kenapa mereka malah menawarkan pekerjaan ini padanya.
"Kamu darimana dulu Sher, Tuan Agam sudah
menunggu di dalam ruangan tuh.!"
Vincent tampak kesal karena Sherin datang
sedikit terlambat.
"Iya maaf Vint, aku ada urusan penting tadi."
Ujar Sherin sambil berjalan cepat menuju ke
dalam cafe. Namun langkah mereka terhenti
ketika tiba-tiba dari arah koridor lain muncul
rombongan yang membuat Sherin memicingkan
matanya. Ada beberapa wartawan yang mengejar
satu sosok wanita berpenampilan glamor yang
cukup di kenal oleh Sherin. Wanita itu adalah
wanita yang pernah melabrak dan menampar
dirinya di mall.
"Nyonya Arnold.. kami dengar anda telah menipu
dan menggelapkan dana arisan teman-teman
sosialita anda, apakah itu benar.?"
Terdengar selentingan pertanyaan yang datang
dari salah satu wartawan. Wanita tersebut tampak
mencoba menghindar dengan raut wajah yang
terlihat ketakutan dan tidak tenang.
"Iya Nyonya, kami dengar teman-teman anda
sudah melaporkan anda pada polisi untuk kasus
penipuan barang-barang mewah dan juga kasus
penggelapan dana arisan tersebut.! Apa yang
akan anda katakan untuk semua itu Nyonya.?"
Kembali terdengar pertanyaan yang di lontarkan
oleh para wartawan. Sementara wanita itu kini
semakin kalangkabut. Dia berjalan cepat mencoba
menghindari serbuan para wartawan. Dan tanpa
sengaja berpapasan dengan Sherin. Keduanya
saling melihat. Sherin terlihat tenang dan santai,
sedang wanita itu tampak terkejut dan ketakutan.
"Aku rasa..karma itu akan berlaku tidak lama lagi.
Siapa yang menanam, dia yang menuai hasilnya."
Sindir Vincent sambil menatap sinis wanita
berpenampilan glamor itu. Tak mampu membela
diri, wanita itu berlari sambil menyembunyikan
wajahnya di balik tas yang di bawa nya menuju
ke keluar dari cafe tersebut. Para wartawan kini mendekat ke arah Sherin, namun dengan sopan
Sherin meminta maaf tidak bisa meladeni mereka.
Masalahnya dia harus segera menemui kliennya.
Tidak lama Sherin tiba di dalam ruangan yang
sudah di janjikan sebelumnya..
"Selamat sore Tuan Agam, maaf saya datang
terlambat."
Sherin menundukkan kepalanya di hadapan
seorang pria tampan bertubuh tinggi tegap.
Pria itu membuka kacamata hitamnya, untuk
sesaat mereka tampak saling menatap. Tapi
Sherin segera memutus pandangannya.
"Selamat sore Miss Sherin.. Silahkan duduk,
kita tidak boleh membuang waktu lagi."
Sahut nya sambil merapihkan duduknya. Sherin
tersenyum canggung kemudian duduk di depan
pria yang cukup terkenal di dunia hiburan itu.
"Kami ada projek iklan untuk perusahaan yang
cukup ternama, dan ada kolaborasi yang akan
di lakukan untuk penggarapan iklan ini."
Pria tampan yang tadi di panggil Agam itu kini
membuka pembicaraan. Sherin menautkan alis,
sedikit kurang faham dengan maksud Agam.
"Maaf Tuan Agam, jadi anda ingin memakai jasa
saya untuk membintangi iklan perusahaan dan berkolaborasi dengan orang lain begitu.?"
"Betul sekali, orang nya sedang menuju ke sini.
Jadi kalian bisa berinteraksi secara langsung."
Sahut Agam sambil tersenyum tenang. Sherin
melirik kearah Vincent yang mengacungkan
jempol tanda setuju.
"Tuan Agam, anda tahu sendiri image saya saat
ini sedang sangat buruk. Rasa-rasanya kurang
bijak kalau jasa saya di pakai untuk iklan sebuah
perusahaan ternama. Bukankah itu bisa merusak
citra dan nama baik perusahaan itu nantinya.?"
"CEO dari perusahaan itu sendiri yang memilih
anda untuk menjadi bintang iklannya.!"
"Oya, memangnya perusahaan apa ya.?"
"Hello uncle Agam..good afternoon.."
Tiba-tiba saja ke dalam ruangan muncul sosok
mungil bocah laki-laki yang sangat tampan.
Bocah itu berlari cepat ke arah Agam yang kini
berdiri menyongsong kedatangannya.
"Selamat sore Rein tampan.. kau ikut datang
juga rupanya."
Agam menggendong bocah tampan itu sambil
mengecup lembut pipinya dan mencubiti nya
gemas. Tidak berselang lama, muncul seorang
wanita yang datang menyusul bocah tampan
tadi dengan raut wajah sedikit khawatir.
Sherin tampak terkejut melihat kemunculan
wanita cantik nan elok yang menyembunyikan
wajahnya di balik kerudung biru itu.
"Nyonya Moolay..? Apakah anda ini.."
"Assalamualaikum Miss Sherin..senang sekali
bisa bekerjasama dengan anda."
Wanita itu mengulurkan tangannya ke hadapan
Sherin yang langsung berdiri dan berjabat tangan.
"Waalaikumsalam.. saya juga sangat senang
bisa bertemu anda di sini. Benar-benar tidak
menduganya sama sekali."
Sahut Sherin dengan raut wajah memerah karena
tersipu. Dia benar-benar tidak menduga akan
bertemu dengan seorang mantan bintang iklan
yang sangat terkenal beberapa tahun lalu dan
saat ini sudah menyandang status sebagai istri
Raymond Dirgantara Moolay, sang raja bisnis.
"Nah.. Miss Sherin.. anda akan berkolaborasi
dengan Nyonya Mayra untuk iklan ini.!"
Hahh.? Wajah Sherin kembali terkejut bukan main.
Dia melirik ke arah wanita cantik bermata sendu
itu yang sedang tersenyum lembut ke arahnya..
***
Bersambung...
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻