Ketika Naya, gadis cantik dari desa, bekerja sebagai babysitter sekaligus penyusui bagi bayi dari keluarga kaya, ia hanya ingin mencari nafkah jujur.
Namun kehadirannya malah menjadi badai di rumah besar itu.
Majikannya, Ardan Maheswara, pria tampan dan dingin yang kehilangan istrinya, mulai terganggu oleh kehangatan dan kelembutan Naya.
Tubuhnya wangi susu, senyumnya lembut, dan caranya menimang bayi—terlalu menenangkan… bahkan untuk seorang pria yang sudah lama mati rasa.
Di antara tangis bayi dan keheningan malam, muncul sesuatu yang tidak seharusnya tumbuh — rasa, perhatian, dan godaan yang membuat batas antara majikan dan babysitter semakin kabur.
“Kau pikir aku hanya tergoda karena tubuhmu, Naya ?”
“Lalu kenapa tatapan mu selalu berhenti di sini, Tuan ?”
“Karena dari situ… kehangatan itu datang.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Pawang Karan
...0o0__0o0...
...Kini mobil itu perlahan memasuki kediaman orang tua Arya....
...Mansion utama keluarga Maheswara berdiri megah, menjulang dengan arsitektur klasik modern yang nyaris menyerupai istana kerajaan....
...Pilar-pilarnya tinggi, taman depannya luas dengan air mancur menjulang di tengah jalan masuk....
...Mata Naya berkeliling liar, mulutnya setengah terbuka, matanya membulat penuh takjub. “Gila... ini bukan rumah, tapi istana kayak di film-film,” gumam-nya pelan, hampir tak percaya....
...Ceklek..!...
...Pintu mobil di buka oleh salah satu bodyguard....
...Arya turun lebih dulu, gerakan-nya tenang dan penuh wibawa. Ia membungkuk sedikit, mengambil Karan yang sudah terbangun dan mulai berceloteh kecil di dalam mobil....
...“Turun,” katanya datar tanpa menoleh. “Atau kamu mau saya kunci di dalam mobil ?”...
...Nada datarnya saja sudah cukup membuat Naya buru-buru keluar. Ia melangkah di belakang Arya, menatap punggung lebar pria itu yang terlihat kokoh... dan entah kenapa, menggoda di saat bersamaan....
...Apalagi dengan bayi tampan di gendongan-nya, perpaduan yang sempurna antara duda hot dan sosok ayah ideal....
...“Ingat tugas mu,” suara Arya kembali terdengar, menusuk dingin. Tatapan-nya menangkap mata Naya yang sempat jelalatan ke sekeliling....
...Para bodyguard di sekitar hanya menunduk hormat, tapi sesekali melirik Naya diam-diam — tidak bisa menutupi kekaguman pada babysitter cantik itu....
...Naya langsung menegakkan tubuh, mengangguk cepat. “Siap, Tuan.” Jawabnya cepat....
...Tatapan gadis itu sempat beradu dengan Firan. Naya tersenyum manis — terlalu manis — hingga kesannya agak menggoda....
...Firan hanya menyeringai kecil. “Murahan, tapi untungnya cantik,” batinnya sinis....
...Begitu mereka mencapai pintu utama, deretan Maid sudah berbaris rapi menyambut. Semua menunduk dalam hormat....
...“Selamat datang, Tuan Arya,” ucap mereka serentak....
...Arya hanya mengangguk singkat. “Di mana Mama dan Papa ?” tanyanya dingin....
...“Di ruang keluarga, Tuan. Mereka sudah menunggu Anda dan Tuan Muda Karan,” jawab kepala Maid sopan....
...Arya hanya berdehem ringan sebelum melangkah masuk....
...Sementara Naya, yang masih terpana dengan kemewahan di sekelilingnya, hanya bisa berbisik pelan,...
...“Orang kaya mah bebas...”...
...Firan menoleh tajam, memberi peringatan cepat. “Jaga sikap mu selama di sini.”...
...Naya langsung diam, mengangguk cepat. Dalam hati ia bergumam,...
...“Hemm... kayaknya di rumah orang kaya tuh, semua harus kayak di film–film, tertata dan penuh aturan.”...
...Begitu memasuki ruang keluarga, aroma wangi bunga segar bercampur dengan harum teh melati menyeruak lembut di udara....
...Ruangan itu luas — terlalu luas....
...Dindingnya di penuhi lukisan klasik dan rak furniture tinggi yang tertata sempurna....
...Di tengahnya, sepasang suami-istri duduk anggun di sofa berlapis beludru, tampak seperti keluarga bangsawan sungguhan....
...Arya melangkah lebih dulu, wajahnya berubah tenang namun tegas. “Selamat siang, Ma, Pa,” sapanya sopan....
...Giorgio Maheswara, lelaki paruh baya dengan aura otoritatif, menatap putranya sekilas sebelum senyum tipis muncul di bibirnya....
...“Akhirnya kamu datang juga, Arya.” Matanya lalu beralih ke cucu kecil di pelukan Arya. “Karan, akhirnya kakek bisa ketemu kamu ?”...
...Nada suaranya yang dalam langsung melunak. Ia bangkit, menepuk lembut kepala cucunya. “Cucu kakek yang ganteng. Gimana kabarmu boy ?”...
...Namun Karan malah mengeliat, menghindar seakan tidak mau di sentuh. Bibirnya sudah mencebik hendak mengeluarkan suara tangisan....
...Melihat itu, Giorgio langsung mundur dan duduk kembali. Laki-laki paruh baya itu hanya bisa mendesah panjang, ternyata cucunya masih sama seperti sebelumnya. Tidak mau di sentuh dan di dekati....
...Sementara itu, Maria Moren Maheswara, wanita elegan dengan gaun sutra pastel dan kalung mutiara berlapis, hanya mengamati dari atas ke bawah....
...Tatapan-nya beralih cepat ke arah Naya yang berdiri di samping Arya — dengan pakaian seragam khas suster dan wajah sedikit gugup. Namun nampak sangat cantik dan seksi....
...“Arya, dia siapa ?” tanyanya datar, nada halus tapi tajam....
...Arya menoleh sedikit. “Naya. Babysitter Karan.”...
...Tatapan Maria langsung berubah dingin. Ia memindai Naya seolah menilai barang di etalase butik. Dari ujung rambut hingga sepatu....
...“Oh… babysitter.”...
...Wanita paru baya itu tersenyum, tapi senyum itu tidak sampai ke mata. “Berani juga Arya membawa orang luar ke rumah ini tanpa memberi tahu lebih dulu.”...
...Naya menelan ludah, lalu buru-buru menunduk. “Maaf, Nyonya. Saya hanya… menjalankan tugas.”...
...“Hm.” Maria menyilangkan kaki. “Tugas tetap tugas, tapi di rumah Maheswara, kami menjunjung tinggi etika dan batasan. Jangan lupa di mana posisi kamu, ya ?”...
...Suasana mendadak kaku....
...Bahkan Karan yang tadi berceloteh pun mendadak diam, seolah ikut merasakan hawa tegang di udara....
...Arya menatap ibunya sekilas, nada suaranya tegas....
...“Mama, Naya bekerja dengan baik. Dia yang mengurus Karan selama aku sibuk..” Ia menjeda ucapan'nya sejenak, "Karan tidak bisa jauh dari Naya."...
...Nyonya Maheswara menatap balik putranya — lama, penuh makna — lalu tersenyum samar....
...“Baiklah, kalau begitu. Tapi ingat, Arya… orang yang bekerja dengan keluarga Maheswara, harus tahu tempatnya.” Tekan-nya tegas. "Jangan terlalu di manja biar tidak ngelunjak di kemudian hari."...
...Naya merasakan wajahnya memanas, campuran antara sebal dan tak nyaman....
...Tapi di sisi lain, gadis menangkap lirikan kagum dari beberapa maid di sudut ruangan — seolah mereka tahu betapa sulitnya berada di hadapan sang Nyonya Besar....
...Untuk menenangkan suasana, Giorgio berdehem pelan. Tatapan matanya menelusuri tubuh gadis itu, menatap penuh minat ke arah Naya....
...“Sudahlah, Ma. Gadis itu hanya bekerja. Tidak usah di gertak. Nanti kalau kabur...kasihan Arya, yang kuwalahan ngurus perusahaan dan juga Karan.”...
...Laki-laki paruh baya itu lalu tersenyum ke arah Naya. “Kamu berasal dari mana, Naya ?”...
...Naya yang masih gugup menjawab cepat, “Dari… Bekasi, Pak.”...
...Ruangan langsung hening sejenak....
...Arya menutup mulutnya menahan tawa kecil, sementara Firan di belakang hampir tersedak menahan ekspresi....
...Giorgio justru tertawa ringan....
...“Haha, Bekasi ya. Jauh juga datang ke sini. Berarti kamu perempuan yang tangguh.”...
...Naya tersenyum manis, "Haha, saya tidak tahu apakah itu tangguh atau tidak, Pak. Tapi saya hanya ingin melakukan yang terbaik untuk pekerjaan saya."...
...Jawaban Naya lirih, tapi ada senyum malu-malu yang muncul di bibirnya....
...Sementara itu, Maria hanya menghela napas pelan, menatap Naya dengan sorot mata sinis....
...“Perempuan itu tidak pantas terlalu lama di sekitar keluargaku,” pikirnya dingin. “Entah kenapa, aku punya firasat buruk. Terlalu cantik… dan terlalu menggoda untuk ukuran seorang babysitter.”...
...Pandangan Maria beralih ke arah putranya. “Arya, bawa ke sini cucuku. Mama ingin menggendong-nya,” ucapnya lembut, namun tegas....
...Arya sempat ragu. Ia tahu Karan tak mudah akrab dengan siapa pun. Tapi melihat binar lembut di mata sang Mama, ia tak kuasa menolak....
...Perlahan, Arya melangkah mendekat dan menyerahkan Karan ke pangkuan sang ibu....
...Baru lima detik berlalu, tangisan Karan langsung pecah. Bayi itu menjerit keras, tangan-nya meronta seolah ingin kembali pada Naya....
...Maria mencoba menenangkan sang cucu....
...“Karan ganteng, jangan nangis ya… nanti nenek belikan pesawat, hm ?” ujarnya sambil mengelus lembut punggung Karan....
...Namun tangis itu justru semakin keras. Wajah mungil Karan memerah, napasnya tersengal-sengal....
...Naya yang berdiri di sisi sofa menatap tak tega. Perlahan ia melangkah maju dan menggenggam tangan kecil Karan dengan lembut....
...“Baby Karan…” bisiknya lembut, menatap mata bayi itu penuh kasih. “Kalau kamu nggak berhenti nangis, nanti nggak dapat jatah susu… dan nggak bisa dengar lagu nina bobok dari Sus Naya.”...
...Ucapan itu seperti mantra....
...Tangisan Karan mereda seketika. Bayi itu terdiam dalam gendongan Maria, hanya saja tangan-nya tetap meng-genggam erat jari Naya — seolah tak ingin lepas....
...Hening....
...Semua mata kini tertuju pada Naya — antara kagum, heran, dan… iri....
...Gadis muda itu baru saja menenangkan bayi pewaris keluarga Maheswara hanya dengan satu kalimat lembut....
...0o0__0o0...