NovelToon NovelToon
Suamiku Bapak Dosen

Suamiku Bapak Dosen

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Beda Usia
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Saidah_noor

Azmi Khoerunnisa, terpaksa menggantikan kakak sepupunya yang kabur untuk menikah dengan bujang lapuk, Atharrazka Abdilah. Dosen ganteng yang terkenal killer diseantero kampus.
Akankah Azmi bisa bertahan dengan pernikahan yang tak diinginkannya???
Bagaimana cerita mereka selanjutnya ditengah sifat mereka yang berbanding terbalik???

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Azthar # Menikah muda itu ...

Jika ada orang yang bilang menikah muda itu enak, percayalah dia itu bohong. Menikah diusia muda itu banyak banget yang harus dipersiapkan, bukan cuma soal uang tapi juga mental. Begitulah yang dirasakan Azmi yang kini kedatangan ibu mertuanya, disaat dirinya sedang berada di rumah ibunya.

Ia dan Kamila terkejut dengan kehadiran ibu Athar yang gayanya cukup modis, tak ayal jika ia masih terlihat muda meski sudah berusia kepala enam. Segelas sirup yang dingin, ia taruh tepat dimeja depan ibu mertuanya yang tersenyum padanya sejak muncul.

"Ibu kamu kemana, kok sepi?" tanya ibunya Athar bernama Atma.

"Masih di pasar, tan." Azmi menggigit bibir bawahnya yang kelu sembari memejamkan matanya yang malu.

"Maksud aku, Ibu," ralat Azmi dengan tersenyum canggung.

Ibunda Athar hanya tersenyum saja, ia tahu ini adalah pertemuan kedua mereka setelah pertama kali bertemu diacara akad nikah hari itu. Ia juga melirik Kamila yang berada disamping Azmi yang tampak menyembunyikan wajahnya karena malu.

Tentu saja Kamila malu, karena kekacauan yang dibuatnya dihari akad nikah. Ia juga kena omelan ibunya yang marah besar karena kabur dihari penting tersebut, tapi tak ada wajah marah yang terlihat dari ibunya Athar itu yang justru tetap tersenyum.

"Bisakah kami bicara berdua, nak Kamila?" tanya bu Atma pada Kamila.

Kamila melirik pada wanita paruh baya itu dan segera mengangguk pelan.

"Silahkan tante!" Kamila beranjak dan pergi dari ruang tamu tersebut.

Tapi ia tak pergi sungguh-sungguh, karena ia sendiri kepo dengan bahan permbicaraan mereka, jadilah ia menguping dibalik dinding.

"Ibu gak lama disini, cuma ngasih ini." bu Atma memberikan paperbag berukuran sedang pada Azmi.

"Ini kartu undangan buat tamu yang mungkin mau kamu undang, misal kerabat atau teman-teman kamu. Ada 500 kartu disana, kalau kurang nanti mamah kasih lagi kamu tinggal bilang sama Athar atau sama saya secara langsung," papar bu Atma.

"Lima ratus undangan," ulang Azmi menelan ludahnya.

Ia bingung siapa yang mau diundang, ia sendiripun tak tahu siapa saja yang dekat dengan keluarganya. Dari keluarga ibunya itu, ibunya hanya anak tunggal dan sudah yatim. Sementara dari ayah ada beberapa juga sih, tapi gak sampe lima puluh orang juga. Kalau tetangga ... Ah entahlah Azmi bingung.

"Oh iya, resepsi pernikahannya minggu ini. Jadi harus segera dibagi atau dikirim." Ibunya Athar mengambil sirup yang ada dimeja.

"Apa! Minggu ini," pekik Azmi, kaget bukan main. Matanya melebar dan rasanya hampir jantungan.

Bu Atma yang mendengar Menantunya memekik langsung tak jadi meminum sirupnya, tapi saat Azmi melirik ke arah lain ia segera meminumnya karena ia sudah kehausan.

"Kok, pak Athar gak bilang, sih. Apa karena ini dia cuekin gue semalam?" batin Azmi sembari melihat isi paperbag ditangannya.

Ada kesal dan benci sekaligus ia merasa sudah ditipu oleh suaminya sendiri, bilangnya dua minggu lagi malah minggu ini. Bagaimana ia harus bertemu dengan teman kampusnya dan juga dosen lainnya nanti?

Pasti gugup dan mungkin akan dijauhi oleh teman barunya itu, Azmi harus memikirkan cara untuk membatalkannya segera. Mungkin kabur.

"Oh iya, ibu juga mau minta sesuatu sama kamu, boleh gak?" tanya bu Atma terdengar ragu.

"Apa itu, bu?" tanya Azmi menatap kembali pada mertuanya itu dan menaruh paperbag diatas lantai.

"Jangan tunda kehamilan, ya. Ibu udah kepengen punya cucu, kamu pasti sudah tahu Athar itu anak saya satu-satunya. Umur dia juga sudah cukup untuk punya anak, jadi jangan ditunda," ujar ibu mertuanya meminta sesuatu yang bahkan tak Azmi inginkan.

Bu Atma berpindah tempat duduknya menjadi disamping Azmi, ia pegang kedua tangan menantunya dan menatapnya dengan lekat. Berharap ia memahami perasaan dirinya karena terlalu menuntut mereka untuk memberinya cucu.

"Ibu minta maaf, kalau ibu menuntut cucu. Itu karena ibu punya cerita sendiri, jadi jangan benci ibu, ya. Jangan benci Athar juga, dia itu rada lemot apalagi soal cewek yang kadang emang cuek tapi dia orangnya baik kok. Dia bisa masak dan mengurus rumah sendiri jadi kamu gak usah khawatir kalau kamu hamil." kata ibu Atma panjang lebar, bibirnya tersenyum berharap apa yang diucapkannya bisa mengubah pikiran Azmi.

Bu Atma tahu dan ia sudah selidiki sendiri, bahwa Azmi ingin menjadi pengacara dan punya karir yang bagus. Tapi, tak ada yang tahu tentang waktu yang mungkin akan mengambil sesuatu yang benar-benar kita butuhkan, karena kematian itu nyata dan ia tak ingin Azmi mengalami apa yang dialaminya dulu.

Azmi tersenyum canggung lalu mengangguk pelan, yang mengartikan bahwa ia setuju dengan permintaan ibu mertuanya itu. Walau sebenarnya, ia belum siap dalam memberikan anggota baru untuk keluarga suaminya.

Tapi itulah takdir seorang wanita yang sudah menikah, menjadi ibu rumah tangga yang mengurus rumah, anak dan suami. Azmi sadar akan hal itu, itulah kenapa ia tak mau menikah muda dan ingin meniti karir terlebih dulu.

Bu Atma begitu senang melihat respon Azmi, ia segera memeluk menantunya itu dengan erat.

"Makasih ya, Nak. Makasih sudah memahami perasaan ibu," ucap bu Atma dalam pelukan itu.

Saat suasana haru itu berlangsung, terdengar suara motor beat yang terparkir diteras rumah. Itu bu Jamilah yang baru pulang dari pasar, ia kerap belanja kepasar setelah berjualan gorengan dan menyelesaikan pekerjaan rumahnya.

Ia membereskan barang belanjaannya, lalu masuk sembari membawa semua barang yang dibelinya di pasar.

"Assalamu'alaikum," sapa bu Jamilah.

"Loh, ternyata ada tamu," ucap ibunya Azmi yang terkejut ada Azmi dan besannya di rumahnya.

Bu Jamilah menaruh belanjaannya, ia duduk dikursi tunggal yang berada disamping Azmi.

"Wa'alaikum salam, bu," sahut bu Atma dengan tersenyum.

"Wa'alaikum salam, uma," sahut Azmi yang langsung menyalami ibunya.

"Maaf saya gak tahu kalau besan mau kesini, seharusnya Azmi kasih tahu saya dulu kalau ibunya Athar mau kesini," ujar bu Jamilah dengan tersenyum canggung, tangannya mencolek pinggang anaknya.

"Gak apa-apa, saya kesini cuma mau ngasih kartu undangan. Ya, siapa tahu jeng mau mengundang kerabat atau temennya jeng, begitu," papar bu Atma sambil tersenyum senang bertemu dengan besannya.

"Ya ampun, pasti merepotkan," ucap bu Jamilah yang merasa tak enak hati.

"Oh, nggak kok. Saya kan punya usaha WO, jadi saya mengurus resepsi pernikahan anak kita minggu ini," ucap ibunya Athar membuat bu Jamilah kembali terkejut.

"Kalau begitu, saya pamit dulu. Lagi banyak kerjaan soalnya, mungkin lain kali kita mengobrol lama," ucap bu Atma sembari beranjak dari tempatnya duduk.

Mereka bersalaman dan berpisah didepan teras, Azmi dan ibunya kembali masuk kedalam rumah setelah melihat mobil bu Atma melaju meninggalkan kampung mereka.

.....

Selepas bu Atma pergi Azmi mulai melamun sendirian, ia bingung memikirkan nasib hidupnya. Menikah muda itu ...

Ia menghela nafas berat melihat kebun kecil dibelakang rumahnya, memeluk lututnya sambil memikirkan perkataan ibu mertuanya. Hari sudah makin gelap tapi jiwanya seolah engan untuk beranjak dari tempat itu, netranya terus memperhatikan pohon cabai yang tumbuh sendiri ditanah subur itu.

Ia ingin seperti pohon cabai rawit itu, tumbuh dan bangkit sendiri. Menjadi pohon yang kuat dan digemari buahnya oleh orang-orang pecinta pedas, seperti karir yang ia harapkan.

"Mau sampe kapan kamu melamun?" suara ibunya mendekatinya dan duduk disampingnya.

"Gak tahu, uma. Azmi lagi banyak pikiran, beban dan juga mental yang harus tetap waras," jawab Azmi lemah, lembut dan juga tak ada semangat hidup.

"Kamu kayak orang lagi patah hati, Mi." ibunya terkekeh pelan sembari menggelengkan kepalanya.

"Apa karena omongan ibu mertuamu itu kamu begini? Dia minta cucu, ya? Itu kata si Kamila yang nguping obrolan kalian tadi sore," tanya bu Jamilah.

"Dasar kuping gajah! Keponya tinggi, iq-nya rendah," umpatnya pada Kamila.

"Menurut uma, menikah muda itu, apa nikmat?" tanya Azmi menatap pada ibunya.

1
Erna Fadhilah
pak dosen pintar nyuruh azmi ke ruangannya tp ga pintar nyuruh istri ganti bawahnya yang pendek
Erna Fadhilah
krng setuju dengan sifat azmi, harusnya dia berpakaian sopan jangan pakai bawahan pendek
Erna Fadhilah
lucu banget mereka berdua
Erna Fadhilah
ya wajarlah kalau azmi masih lupa kalau udah punya suami karna dia kan masih kaya bocil 🤣🤣🤣
Erna Fadhilah
waduh a azzam bahaya kalau sampai ketahuan dia yang bilang kalau dosen yang di jodohkan sama dia dan bantuin milla kabur
Erna Fadhilah
makanya azmi kamu tu kalau berdoa yang baik-baik ucapan adalah doa
Erna Fadhilah
iya nanti calonnya mila akhirnya nikahnya sama kamu ya mi 😁😁😁
Erna Fadhilah
nah itu udah di do'akan sama sepupunya biar jodoh sama pak dosen 😁😁😁
Erna Fadhilah
coba mampir thor semoga🤲🤲 upnya setiap hari
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
jangan2 dosen nya yg mau di jodohin sama temen mu mi
vj'z tri
😅😅😅😅 Azmi kok malah melarikan motor eh maksud nya melarikan diri
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣 lupa punya laki dosen fakultas hukum insting nya luarrrrr biasa
🌀 SãñõõR 💞: 😄😄😄😍 namanya juga polos 🤣
total 1 replies
vj'z tri
sikat thar 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
whatt 😲😲😲 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 coklat ,permen dkk buat jadi suap nya 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣berasa di pengadilan tiap hari
vj'z tri
durhakim kan ngelawan mas Athar 😅😅😅😅😅
vj'z tri
suprise 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 ngundang macan buat beneran makan ini kayak nya 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!