Di sebuah kota yang terlupakan,ada sebuah rahasia tersembunyi. Rahasia yang dapat merubah hidup seorang gadis perantau , yang menemukan cinta pertama nya di tempat ia bekerja. Hubungan mereka bermula dari interaksi sederhana di kafe,yang kemudian berkembang menjadi perasaan yang mendalam. Namun, seperti halnya banyak kisah cinta lain nya,ego masing-masing menjadi rintangan yang sulit diatasi.Ketika mereka berdua menyadari kesalahan dan merindukan kebersamaan, tampak nya sudah terlambat.Kehadiran teman dekat yang kini menjalin hubungan dengan orang yang dicintai nya menambah luka di hati gadis itu.Meski perasaan nya belum sepenuh nya hilang,ia menyadari bahwa cinta sejati seharus nya tidak hanya tentang memiliki,tetapi juga tentang merelakan dan berharap yang terbaik untuk orang yang dicintai.Dengan hati yang berat,ia memutus kan untuk melanjut kan hidup nya.Membawa serta kenangan dan pelajaran berharga dari cinta pertama nya. Akan kah kebenaran sesungguhnya akan terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhylara_Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lo Yakin Mau Ngejar Dia???
Pagi hari nya di Kediaman Byan...
Di kesibukan Byan yang tengah fokus melihat ponsel nya, ia juga senyum² sendiri seperti orang kesurupan. Yang sebenar nya terjadi adalah, ia tengah sibuk memperhatikan chat dari seseorang. Yap betul, dari siapa lagi kalau bukan chat dari gadis yang ia sukai itu, Aruna.
"Lo kenapa, yan??" Tiba-tiba suara yang tidak asing di telinga Byan itu membuat nya seketika kaget. Yang ternyata itu adalah Dipta, yang masuk kekamar nya bersama dengan Langit. Ia pun langsung memperbaiki posisi duduk nya, dan kembali memasang muka datar seperti biasanya.
"ekhmmm ... Kenapa apa nya?" ucapnya dingin, sambil terus memainkan ponsel nya.
"Ya lo kenapa, senyum-senyum sendiri gue liat dari tadi." Seru Dipta, yang ternyata sudah mengintip lama di luar kamar Byan bersama Langit.
"Kapan gue senyum, perasaan gue diem-diem aja dari tadi di sini."
"Hhh lo kira gue ga punya mata Yan, gue liat dari tadi lo senyum-senyum liat ponsel lo itu. Emang lo liat apaan sampe lo bisa tersenyum gitu, hmmm?
"Apaan sih lo Dip, ga ada. Ga ada apa-apa juga , salah liat kali lo."
Dipta dan Langit terus mencoba untuk mengungkapkan rahasia Byan, namun Byan tetap berusaha untuk menyangkalnya.
"Lo chat ama Aruna!" kata Dipta dengan nada yang tidak percaya.
"Ga, Dip!" jawab Byan dengan nada yang tetap santai. "Lo salah liat aja."
Langit yang berdiri di samping Dipta mengangguk setuju. "Iya, Yan, kita liat lo senyum-senyum sendiri tadi. Pasti lo chat ama Aruna!"
Byan mulai merasa tidak nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan dari teman-temannya. Dia berusaha untuk mengalihkan perhatian mereka dengan berbicara tentang topik lain.
"Udahlah, kita ga usah bicara tentang itu. Bagaimana kalau kita pergi ke kafe hari ini?" tanya Byan dengan harapan untuk mengalihkan perhatian mereka.
Tapi, Dipta dan Langit tidak mudah teralihkan. Mereka terus mencoba untuk mengungkapkan rahasia Byan...
"Tapi, apa yang lo bicara in sama Aruna, sih?" tanya Dipta dengan penasaran.
Byan terkejut dengan pertanyaan Dipta. Dia tidak menyangka bahwa Dipta akan bertanya tentang isi percakapannya dengan Aruna.
"Ga ada apa-apa, Dip," jawab Byan dengan nada yang tidak sabar. "Cuma bicara tentang hal-hal biasa aja."
Dipta dan Langit saling menatap, kemudian kembali menatap Byan. "Yakin deh, Yan?" tanya Dipta dengan nada yang tidak percaya.
Byan mengangguk, namun Dipta dan Langit tidak yakin apakah Byan benar-benar tidak menyembunyikan sesuatu...
"Tapi, Yan, kita tahu lo ga bisa bohong," kata Dipta dengan senyum. "Lo pasti menyembunyikan sesuatu dari kita."
"Iya iya, gue emang chat ama Aruna. Puas kalian!! Kalau kalian bukan temen gue, udah gue tonjok kalian ... Punya temen tapi kepoan semua."
"Hhhh kalau bukan karna kita, mana bisa lo chat
ama Aruna sekarang ... Tapi, ngomong-ngomong lo serius mau ngejar Aruna??"
"Hmm ..." Mengangguk tanpa menyangkal sama sekali.
Dipta dan Langit saling menatap, kemudian kembali menatap Byan. Mereka bisa melihat bahwa Byan sangat serius dan tidak main-main soal ucapan nya. Karna sepengetahuan mereka, kalau Byan sudah bertekad maka ia akan memperjuangkan semampu nya.
"Wow, Yan, lo benar-benar jatuh cinta dengan Aruna, ya?" kata Dipta dengan senyum.
Byan mengangguk, dia tidak bisa menyangkal perasaannya. "Iya, gue bener-bener menyukai nya, bahkan dari awal kita ketemu." kata Byan dengan nada yang lebih lembut.
Langit mengangguk, dia bisa memahami perasaan Byan. "Aruna memang gadis yang unik, tapi gue rasa dia sangat cocok sama lo, Yan," kata Langit dengan senyum. Mendukung keputusan teman nya itu.
Dipta juga mengangguk, dia juga setuju dengan Langit. "Iya, Aruna memiliki kepribadian yang tomboy dan pendiam, tapi gue rasa dia memiliki hati yang baik dan setia, yan. Tapi, dari liat sikap nya, kayak nya lo harus berjuang lebih kuat lagi deh buat dapatin dia. Sepenglihatan gue, Kayak nya Aruna ga berpengalaman soal pacaran, tapi ya gue juga ga yakin sih ... Dan ya, lo harus kuat mental juga." kata Dipta dengan senyum.
"Kuat mental, maksud lo??" Sangkal Byan memotong perkataan Dipta.
"Ya lo harus siap-siap, karna Aruna bukan hanya tomboy tapi dia juga memiliki paras wajah yang cantik." smirk Dipta. "Bukan hanya lo yang berusaha deketin dia, Tapi diantara pelanggan tetap Aruna, pasti juga ada banyak pria yang ingin mendekati nya." Sambung Dipta menjelaskan situasi nya.
"Lo bener ... Tapi gue ga akan nyerah semudah itu. Gue bakal tetep maju meski saingan gue puluhan bahkan ribuan sekali pun." smirk Byan. Tapi dalam hati nya, ia malah lebih merasa cemas memikirkan apa dia bakal sanggup buat mejuang in gadis yang ia cintai itu.
"Yaudah-yaudah, kita percaya sama keyakinan lo. Hmm gimana kalau nanti malam kita ke kafe??" Ajak Langit memecah suasana, karna ia melihat ada kecemasan dalam raut wajah Byan.
"Boleh tuh, manfaatin waktu libur juga, hhhh." ucap Dipta semangat.
"Ga dulu deh, lang. Gue sini aja, lagi mager keluar." Jawab Byan santai tanpa ekspresi. Seketika membuat Dipta dan Langit terdiam sejenak, karna tidak biasanya Byan menolak untuk keluar. Dipta dan Langit saling menatap, seketika mereka tersenyum. Seakan mereka bicara lewat pikiran saja.
"Lo yakin ga ikut kita, yan?"
"Hmm" mengangguk tanpa berkata apa pun.
"Yaudah kita duluan." ucap Dipta sembari berjalan meninggalkan Byan. Begitu juga dengan Langit.
"Kita mau kemana, lang?" bisik Dipta kepada Langit, dengan suara sengaja agak di besar kan agar Byan mendengar.
"Senja Coffee aja, lagian juga udah biasa kesana, kan?" smirk Langit.
"Oh iya, yaudah yok gas."
" Eit eit eit ... Lo bilang apa?" teriak Byan yang terpancing sama perkataan Dipta dan juga Langit. "Senja Coffee??"
"Iya, kenapa?" ucap Dipta smirk.
"Gue ikut!!"
"Loh, kata tadi bilang ga ... sekarang mau ikut ... Gimana sih lo, plin plan amat."
"Ya lo enak aja mau kesana tanpa gue, gabisa gabisa gue ikut!!"
Dipta dan Langit pun saling menatap dan tersenyum smirk. Melihat Byan yang kecemasan bakal di didahului oleh Dipta dan Langit untuk bertemu Aruna. Setelah melihat itu Byan langsung faham bahwa itu renca keduanya, untuk mengajak Ia keluar. Ketiga nya pun langsung berangkat setelah Byan memberi pelajaran pada kedua teman nya. Ya hanya memberi satu pukulan kecil di kepala mereka.
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩
Mari saling mendukung🤗