NovelToon NovelToon
ARAKA

ARAKA

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Tamat / Cintamanis / Teen School/College
Popularitas:2.4M
Nilai: 4.7
Nama Author: Mae_jer

Hubungan Ara dan Ravel sih aktor terkenal yang juga adalah kakak kandungnya berubah semenjak mama mereka meninggal. Kakaknya menjadi sangat dingin padanya.

Meskipun begitu, Ara tumbuh menjadi gadis yang ceria. Ia juga banyak teman di sekolah dan suka berbuat onar.

Suatu hari, ketika ia sedang menjalani hukuman, sekolah mereka tiba-tiba diserang preman. Hari sudah gelap dan semua orang sudah sudah pulang, hanya ada Ara dan cowok yang berpapasan dengannya tadi,

Karrel, cowok populer di sekolah itu yang terkenal dingin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 4

Karrel menatap Ara lekat-lekat. Melihat tubuhnya yang bergetar hebat, ia refleks menarik gadis itu ke dalam pelukannya.

"Jangan takut, ada aku disini. Aku akan bersamamu." gumamnya pelan berusaha menenangkan Ara dengan mengusap-usap punggungnya lembut. Beberapa detik kemudian terdengar sebuah isakan.

Ara menangis dalam pelukan Karrel tapi badannya sudah tidak gemetar lagi. Pria itu bernapas lega. Ia tiba-tiba merasa aneh dan mengernyit bingung, biasanya bersentuhan dengan perempuan saja ia tidak mau tapi sekarang ia malah memeluk gadis itu dan perasaannya justru merasa tenang.

Sudut bibirnya terangkat ke atas dan ia tersenyum masih dengan tampang tidak percaya. Pandangannya turun ke Ara yang tampak sudah terlelap dalam pelukannya, ia kembali tersenyum tipis lalu mengusap sisa-sisa air mata di pipi gadis itu.

Cukup lama Ara ketiduran sampai preman-preman itu pergi setelah polisi datang, mungkin ada yang melaporkan mereka.

Keadaan sekolah pasti sangat kacau akibat lemparan preman-preman itu. Ia belum lihat secara langsung, namun ia bisa membayangkan separah apa kerusakan gedung dan properti sekolah mereka.

Pandangan Karrel kembali beralih ke gadis yang masih terlelap dalam dada bidangnya itu.

"Hey, bangun." gumam Karrel pelan mencoba membangunkan Ara dengan menepuk-nepuk pipinya lembut. Ia sebenarnya tidak tega membangunkan gadis itu tapi ini sudah larut, keluarganya pasti khawatir. Mereka harus pulang.

"Hei bangunlah, ayo pulang."

Butuh waktu cukup lama bagi Karrel sampai gadis itu terbangun. Ara mengucek-ngucek matanya dan menatap Karrel sambil berpikir, ia lalu teringat preman-preman yang membuat keributan tadi. Suara-suara ribut tadi sudah tak ada, membuat Ara bernafas lega. Ia bisa tenang sekarang.

"Mereka mana?" tanyanya dengan mata terbuka lebar, tidak mengantuk lagi.

"Preman-preman itu?" Karrel balas bertanya. Tidak terlihat lagi sikap dinginnya seperti biasa.

"Mm." jawabnya langsung sebelum Ara menjawab.

Karrel lalu keluar dari bawah meja. Badannya sudah kram karena terlalu lama duduk di kolong meja kecil itu sambil memeluk gadis itu. Ara ikut keluar.

"Ayo pulang." ucap Karrel menyodorkan tas gadis itu.

"Sebentar aku telpon kakakku untuk jemput." Ara mengeluarkan ponselnya dari saku dan menelpon kakaknya. Lumayan lama ia menunggu tapi akhirnya telponnya di angkat.

"Halo kakak aku,"

Tiiiiiit

Telponnya di matikan sepihak oleh seseorang diseberang. Ara mendesah pelan, kakaknya tega sekali, sudah malam begini tapi tidak khawatir dimana keberadaan adiknya, telponnya dimatiin pula.

"Kenapa?" tanya Karrel menatap Ara.

"Telponnya mati." jawab Ara dengan wajah lesu.

"Biar aku saja yang antar." ucap Karrel datar. Ara mendongak menatap pria itu.

"Memangnya kau tahu rumahku?"

Karrel balik menatap gadis itu tajam. Mana mungkin ia tahu rumahnya, bertemu saja baru sekali. Yang benar saja.

Ara menyengir bodoh. Ia bisa lihat sikap Karrel yang kembali dingin seperti biasanya.

"Baiklah. Aku akan menunjukan arahnya." lanjutnya seolah mengerti arti tatapan Karrel.

Pria itu lalu berbalik keluar kelas sambil menyalakan senter di hpnya.

"Ayo." perintahnya menoleh kebelakang ke Ara yang masih mematung di tempatnya.

Ara mengikuti langkah Karrel. Matanya sibuk melihat sekeliling sekolah yang lumayan hancur. Bukan, sangat hancur. Ia bergidik ngeri. Sekolah ini tidak terlihat elit lagi. Untung polisi cepat datang, kalau tidak preman-preman itu mungkin akan membakar sekolah mereka dan ia akan mati konyol dengan lelaki kaku yang tidak ia kenal itu. Ralat, pria yang ia kenal tapi tidak dekat apalagi punya hubungan dengannya. Tega sekali mereka, rutuk Ara.

"Memangnya sekolah salah apa?gumamnya kemudian. Karrel berbalik menatapnya membuat gadis itu balas menatap pria itu bingung.

"Kenapa?" tanyanya bingung dan ikut berhenti.

"Ada sesuatu di sebelahmu." pria itu menunjuk sesuatu dengan dagunya.

Ara mengikuti pandangan Karrel, tiba-tiba seekor kodok melompat melewatinya.

"Hwaaaaa." teriaknya cepat-cepat berlari menabrak Karrel. Kalau tidak cepat-cepat ditahan, Ara dipastikan sudah mencium lantai sekarang.

"Penakut." cibir Karrel menatapnya. Ara mencebik. Mereka kembali berjalan keparkiran mobil.

Di luar sangat ramai dengan polisi dan masyarakat lainnya yang tinggal di sekitar sekolah itu, tapi kepala sekolah mereka belum terlihat hanya beberapa guru dan para wartawan. Dua satpam yang biasanya jaga malam terluka para akibat lemparan dan sudah di larikan ke rumah sakit.

Ara bergidik ngeri. Tanpa sadar ia menggandeng lengan Karrel, membuat cowok itu menatapnya aneh. Satu hal yang ada dipikirannya sekarang adalah, gadis ini ternyata sangat penakut.

"Kita langsung pulangkan?" tanya Ara ke Karrel dengan wajah memelas.

"Mm." sahut Karrel."

"Masuk." katanya lagi membukakan pintu mobilnya untuk Ara, gadis itu menurut saja. Tak lama kemudian mobil hitam itu meluncur meninggalkan sekolah.

Mobil Karrel berhenti di depan sebuah rumah yang tidak kalah mewah dari rumahnya. Dahinya berkerut samar, ia kenal rumah itu. Ia melirik Ara.

"Ini rumah kamu?" tanyanya.

Ara mengangguk

"Kamu adiknya Ravel?"vtanya Karrel lagi memastikan.

"Wahhh, kamu penggemar kak Ravel ya? kamu bahkan tahu rumahnya." seru Ara tidak menyangka.

Karrel kembali menatapnya tajam. Sejak kapan ia jadi penggemar sih brengsek itu.

"Dibandingkan penggemar, aku lebih suka jadi musuhnya." ia menekankan kata musuh sambil menatap Ara dengan tatapan mengintimidasi.

Ara membungkam mulutnya. Lagi-lagi ia salah ngomong.

"Ka..kamu nggak suka sama kak Ravel?"

"Mm. Aku lebih suka menonjoknya, termasuk orang-orang yang dekat dengannya." tekan Karrel lagi menakut-nakuti. Ara menelan ludah. Otaknya berpikir keras. Bagaimana ini, kenapa dirinya bisa keceplosan begitu sih tadi. Otaknya berputar mencari ide.

"Se.. sebenarnya aku hanya anak pembantu di rumah ini, Kak Ravel itu majikan aku, lihat saja," gadis itu memajukan wajah ke dekat pria itu.

"Wajah kami bedakan? Aku juga tiap hari naik bus ke sekolah. Mana mungkin orang kaya naik bus kan?" Ara mengatakan semua ide bohongnya. Dasar tolol, keliatan sekali oleh Karrel kalau ia berbohong. Lagipula, pemikiran darimana itu kalau orang yang kaya tidak ada yang naik bus, ia saja terkadang naik kendaraan umum itu kalau lagi bisa membawa mobil. Karrel menunduk dekat wajah sang gadis didepannya.

"Benarkah?" ia menatap ke dalam mata gadis itu. Ia mulai merasa ada kesenangan tersendiri menjahili gadis itu. Padahal mereka baru kenal tapi ia tidak tahu kenapa berada di samping Ara membuatnya merasa nyaman.

Ara mengangguk cepat. Tiba-tiba ia merasakan tangan Karrel yang malah memeriksa telapak tangannya. Tentunya pria itu sengaja mau berbuat usil.

"Tangan kamu halus seperti orang yang tidak pernah kerja. Kau yakin bukan adiknya Ravel?" godanya.

Ara gelagapan

"Hmm, k..kak Ravel dan aku nggak deket, kamu ingat tadi kan? telponku saja di matikan sama dia. Buktinya kami memang nggak dekat." katanya lagi mencari alasan lain.

"Mungkin saja dia mematikannya karena sedang syuting." balas Karrel terus menggoda.

"Ta..tapi," Ara mulai hilang ide. Ia terdiam. Pria didepannya itu malah tersenyum lebar membuat gadis itu melongo takjub menatapnya. Biasanya juga datar seperti balok. Tapi senyuman itu tidak bertahan lama. Wajahnya kembali datar.

"Kau mau sampai kapan disini?" suara rendah dan datar milik Karrel terdengar lagi.

"Hm?"

"Aku harus pulang, cepat turun." sikap pria itu berubah dingin lagi, mau tak mau Ara hanya menurutinya. Setelah gadis itu keluar, Karrel langsung melajukan mobilnya, meninggalkan Ara tanpa bicara apapun atau sekedar pamit.

"Cowok aneh." umpat Ara sebal lalu ikut berbalik masuk ke halaman rumahnya.

1
kala
❤️😍
Dinara Syafira Ahmad
Kecewa
Dinara Syafira Ahmad
Buruk
Humay Uum
lanjuuuuttt
Hera
👍🏻
Erni Fitriana
mlipir
Elfam KumalaSari
kerenn , benar2 tdk terlintas dipkiranku ceritanya akan seperti ini thor
mantapp sekali
karyaku: hi kk mampir yuk "transmigrasi menjadi istri mafia" jangan lupa y
total 1 replies
Anne139
laaanjuuutt thor...
Ratna Rachman
sangat luar biasa.is the best
rin Wulandari
kak izin ya, aku mau dibuat drama sakura🙏
Nurtisya Natra
Luar biasa
Anonymous
aaA
Alvaro
Kecewa
Bebby_Q'noy
🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤣🤣🤣
Bebby_Q'noy
😂😂😂😂😂😂
Bebby_Q'noy
sudah kuduga
Bebby_Q'noy
🥺😭😭😭
Bebby_Q'noy
🥺😭😭
Bebby_Q'noy
😭😭
Bebby_Q'noy
😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!