Mungkin hal biasa kalo cewek cupu pacaran sama bad boy, namun kali ini kebalikanya gimana peran sicewe yang urak-urakan, suka balap liar, dan tidak mau diatur malah dia jatuh cinta dengan cowo cupu kutu buku yang anti sosial.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prettyaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
siapa dia?
Hubungan Gara dan Sera semakin mesra setiap harinya. Meskipun sifat keras kepala Sera belum banyak berubah, hal itu tidak pernah benar-benar mengganggu hubungan mereka. Satu bulan lagi, ujian kelulusan akan tiba. Sera mulai lebih rajin belajar, terutama bersama Gara, yang selalu menjadi juara umum di sekolah. Namun, ada satu hal yang belum Sera berani katakan pada Gara—rencananya untuk kuliah di luar negeri. Ia bahkan melarang teman-temannya membocorkan hal ini karena takut Gara akan sedih.
Sementara itu, Gara sudah ditetapkan untuk melanjutkan pendidikan di fakultas kedokteran. Sejak kecil, keluarganya menuntutnya menjadi seorang dokter, meskipun dalam hatinya, Gara lebih ingin menjadi seorang guru. Namun, ia tak punya pilihan selain menuruti keinginan orang tuanya.
Hubungan Gara dan Sera masih menjadi rahasia bagi keluarga mereka. Gara belum berani mengenalkan Sera kepada keluarganya, takut jika orang tuanya tidak menyetujui dirinya memiliki pasangan sebelum mencapai impian yang mereka tentukan untuknya.
Di sebuah ruangan apartemen, Gara dan Sera tengah sibuk dengan tugas pelajaran masing-masing. Berkat bimbingan Gara, Sera mulai memahami beberapa pelajaran yang sebelumnya sulit baginya. Gadis itu bahkan sudah tidak pernah bolos lagi. Gara sangat salut melihat perubahan pacarnya yang kini benar-benar ingin menjadi lebih baik.
"Sudah, Sera. Istirahat dulu, ayo kita makan," pinta Gara saat melihat Sera masih serius mengerjakan tugas. Setiap hari Minggu, Sera selalu datang ke apartemennya untuk belajar bersama.
"Bentar dulu, Gara. Ini sebentar lagi selesai. Kamu makan duluan aja," jawab Sera tanpa mengalihkan pandangan dari bukunya.
Gara menghela napas, lalu keluar kamar menuju dapur. Ia mengambil beberapa makanan dan camilan, lalu kembali ke kamar dan masih mendapati Sera sibuk belajar.
"Ayo, buka mulutnya," ucap Gara sambil menyodorkan makanan ke arah Sera. Dengan telaten, ia menyuapi pacarnya tanpa mengganggu konsentrasinya. Setelah selesai makan, Gara menahan tubuh Sera agar menatap matanya.
"Habis ini udahan ya?" tanyanya tegas.
Sera hanya mengangguk. Ia tahu jika Gara marah, lelaki itu akan mendiamkannya dalam waktu lama, dan ia tidak ingin hal itu terjadi.
Setelah melihat Gara keluar dengan membawa piring kotor, Sera menghela napas pelan. Sesaat kemudian, Gara kembali ke kamar dan tersenyum saat mendapati Sera sudah beristirahat, tertidur di ranjangnya dengan mata terpejam. Dengan lembut, ia merapat dan memeluk tubuh mungil pacarnya. Gara sangat mencintai Sera dan tidak ingin kehilangannya. Perlahan, ia pun ikut terlelap.
***
Pagi itu, Sera sudah bersiap mengenakan seragam sekolahnya. Saat turun ke ruang makan, ia mendapati keluarga ayahnya telah berkumpul di meja makan. Ia tidak tahu kapan mereka datang, tapi memilih untuk mengabaikannya. Padahal, ia sudah tenang selama beberapa minggu ini tanpa kehadiran mereka, namun kini mereka kembali lagi.
"Tumben lo penampilannya berubah. Mau jadi cewek baik-baik, ya? Padahal mah aslinya kotor banget," celetuk kakak tirinya dengan nada sinis.
Sera menggenggam tangannya erat. Ia sangat membenci kakak tirinya yang selalu menghasut ayahnya agar membenci dirinya dan menuduhnya dengan berbagai hal. Namun, ia memilih untuk diam. Jika ia membalas, kakak tirinya akan semakin senang melihatnya marah, dan ujung-ujungnya, ayahnya juga akan ikut memarahinya. Sera hanya bisa bersabar dan berharap suatu hari ayahnya sadar bahwa mereka hanya mengincar hartanya.
Dengan mood yang hancur akibat hinaan tadi, Sera sampai di sekolah dalam keadaan malas. Seharusnya, ayahnya membela dirinya karena sudah berubah, bukan hanya diam saat ia dihina. Tapi itu hanya angan-angan. Ayahnya tidak akan pernah berpihak padanya.
Begitu masuk kelas, ia melihat teman-temannya sibuk mencatat sesuatu dengan terburu-buru.
"Kalian lagi nyatet apa sih?" tanya Sera penasaran.
"Ini tugas ekonomi kemarin. Gue lupa ngerjain," jawab salah satu temannya. "Lo udah belum?"
"Gue udah, lah. Yakali cewek pinter nggak ngerjain tugas," jawab Sera dengan percaya diri.
"Iya, iya. Yang paling pinter. Sini, gue lihat," balas temannya sambil meraih buku Sera.
"Nah, gitu dong dari tadi," ujar Sera sambil menggeleng melihat tingkah mereka.
Saat jam istirahat, geng Sera pergi ke kantin. Mereka mendengar gosip bahwa ada murid baru di kelas Gara seorang gadis cantik dan berprestasi.
"Gila, mau ujian malah ada murid baru," celetuk Akram.
Mereka hanya menggeleng, tidak tahu apa-apa.
Saat di kantin, mata Sera langsung tertuju pada Gara yang datang bersama seorang gadis yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Mungkin itu murid baru yang sedang dibicarakan. Gara tersenyum ke arahnya, tetapi tidak ada tanda-tanda ingin menghampiri. Sebaliknya, ia berjalan ke meja lain bersama gadis itu.
Sera menghela napas berat. Ia butuh penjelasan tentang siapa gadis itu dan apa hubungannya dengan Gara.