NovelToon NovelToon
Temanku Ayah Sambungku

Temanku Ayah Sambungku

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Cinta Terlarang / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Dendam Kesumat
Popularitas:417
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

"Kamu serius Jas? Kamu merestui mama pacaran sama Arjuna? Temen kamu?" tanya Cahaya tak percaya. Senyum lebar mengembang di bibirnya.


"Lo nggak bohong kan Jas? Lo beneran bolehin gue pacaran sama nyokap Lo kan?" tanya Arjuna. Meskipun merasa aneh, tapi dia juga cukup senang. Berharap jika Jasmine tidak mengecewakan mereka.

Jasmine melihat sorot kebahagiaan dari mamanya dan Arjuna. Hatinya terasa sesak, benci. Sulit baginya menerima kenyataan bahwa Mamanya bahagia bersama Arjuna.

*
*
*

Hmm, penasaran dengan kelanjutannya? baca sekarang, dijamin bakal suka deh:)))

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13. Jiwa dan Ragaku Milikmu

Sore harinya saat jam kerja selesai, Arjuna menaiki motornya menuju pulang ke rumahnya untuk berganti baju. Tak lama setelah itu tibalah dia di depan rumahnya, setelah memarkirkan motor di halaman, Arjuna melangkah masuk untuk berganti baju dan mengambil buku-buku kuliahnya.

Setelah semua siap dia kembali menaiki motornya menuju ke rumah Jasmine untuk menjemputnya seperti biasa. Dia pun tiba di depan rumah Jasmine yang saat itu tertutup rapat.

Arjuna turun dari motor dan berjalan menuju pintu. Tangannya sudah siap mengetuk, namun tiba-tiba pintu terbuka dari dalam.

Arjuna sedikit terkejut, begitupun dengan Jasmine yang membuka pintu itu.

"Arjuna? Tiba-tiba nongol di depan pintu, kaget tau!" Jasmine terkejut, tangannya refleks mengelus dada, sementara tangan satunya masih memegang erat tas berisi buku-buku.

Dada Arjuna naik turun, nafasnya sedikit tersengal karena dia juga terkejut. "Gue juga terkejut kali anj-ir! Gue tadi mau ngetuk pintu rumah lo, eh, lo udah buka duluan. Udah siap?" tanyanya kemudian.

Jasmine menatap kesal ke arah Arjuna. Lalu mendorong dada Arjuna, membuatnya sedikit mundur kebelakang. Setelah itu, ia melangkah keluar, menutup pintu, dan menguncinya. Kunci itu ia selipkan ke dalam tasnya.

"Pakai nanya lagi! Kalau udah kayak gini ya jelas sudah siap lah! K4tarak mata Lo?!" Jasmine berkata dengan nada sedikit ketus, seperti biasanya. Arjuna hanya menghela napas dan mengangguk.

"Ya udah kalau gitu kita langsung berangkat aja. Nanti keburu telat," jawab Arjuna, lalu berbalik menuju motornya. Jasmine mengikuti di belakangnya.

Setelah tiba di tempat motornya terparkir, Arjuna menaiki motornya, dan Jasmine langsung naik ke boncengan. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Arjuna, dan Arjuna pun menyalakan mesin motornya, melaju menuju kampus.

Di tengah perjalanan Jasmine menghela nafas, lalu berceletuk. "Jun, gue bosen tau," keluh Jasmine, kepalanya bersandar manja di punggung Arjuna.

Arjuna melirik Jasmine lewat spion motornya, "Bosen kenapa?" tanyanya singkat.

"Ya bosen aja gitu, hidup perasaan gini-gini aja nggak ada perubahan. Gue pengen sesuatu yang baru, tapi nggak tau sesuatu itu apa. Lo ada ide nggak?" tanya Jasmine kepada Arjuna, meminta sarannya.

Arjuna terlihat berpikir sejenak. Pandangannya tetap tertuju kepada jalanan, kampus tempat mereka belajar masih sangat jauh. "Hmm, apa ya? Gue juga nggak tahu, sih. Hidup gue juga gitu-gitu aja dari dulu. Kalau lo mau, Lo bisa coba cari kerja kayak gue. Lo kan sekarang tinggal sendirian ya, nggak akan ada yang nafkahi Lo, gimana kalau lu gue bantu cari kerja?" tanya Arjuna.

Jasmine mengerutkan kening, memikirkan kata-kata Arjuna. "Gue udah pikirin ini dari lama. Bahkan dari sebelum bokap gue meninggal," jawabnya cepat. 

"Tapi gue masih bingung. Kira-kira kerjaan yang cocok buat gue apaan ya? Gue kan nggak serajin Lo, nggak sekuat lo juga. Kira-kira gue cocok kerja apaan ya? Lo tau nggak?" 

Arjuna kembali berfikir. Jasmine dengan wajahnya yang eksotis bak perempuan Tionghoa, mata sipit yang menawan, dan senyum manis yang memikat, memanglah wanita yang cantik.

Namun, sifatnya yang tomboi, sedikit k4sar, dan mahir bela diri, membuatnya berbeda. Ia seperti perpaduan unik antara kecantikan dan kekuatan, membuat Arjuna bertanya-tanya, pekerjaan apa yang cocok untuknya? Sifatnya yang seperti laki-laki dan kurang feminin membuatnya semakin sulit ditebak.

"Gimana kalau lu kerja di bengkel aja? Lu kan rada ngerti ya sama mesin motor gini, gimana kalau lu kerja di bengkel aja, saat senggang gitu?" Saran Arjuna boleh juga. Selama ini Jasmine memang sedikit mengerti soal mesin motor dan mobil. Dia bisa jika hanya memperbaiki motor yang mogok.

"Boleh juga tuh ide Lo, tapi Lo tau nggak bengkel mana yang lagi butuh karyawan?" tanya Jasmine. Arjuna mengangguk. "Kayaknya gue tau deh, tapi karena sibuknya kerja sama kuliah gue lupa. Nanti deh gue cari tau lagi, kalau ketemu gue kasih tau lu," jawab Arjuna.

Mereka pun tiba di kampus mereka. Arjuna memarkirkan motornya di parkiran kampus. Jasmine, yang duduk di boncengan, turun dari motor dan berjalan beriringan dengan Arjuna menuju gedung.

*********

Saat waktu sudah sangat larut, Arjuna dan Jasmine terlihat berlalu pulang. Di boncengan motor Arjuna, Jasmine tertidur pulas, kepalanya bersandar lembut di punggung Arjuna.

Hari ini, keduanya memang disibukkan dengan jadwal padat di kampus. Tak hanya kelas reguler, Jasmine dan Arjuna juga punya kelas privat masing-masing. Alhasil, mereka pulang sedikit lebih lambat dari teman-teman lainnya.

Sesampainya di depan rumah Jasmine, Arjuna perlahan menghentikan motornya di halaman. Dengan perlahan, dia menepuk paha Jasmine, membangunkannya.

"Jas, bangun Lo. Kita udah sampai nih," kata Arjuna, tapi Jasmine, yang tertidur pulas, tak bergeming. Memang jika sudah tidur begini Jasmine akan susah sekali untuk dibangunkan. Perlu sedikit tenaga ekstra atau kejahilan agar dia bisa bangun.

Arjuna menghela nafas, "Hadeh, nih cewek susah banget dah dibanguninnya," gumamnya, sambil memutar bola matanya malas. Ide jahil pun muncul di benaknya. Dengan senyum jahil, Arjuna mengulurkan tangannya ke belakang, menyentuh paha Jasmine dan... jep... mencubitnya pelan.

"Eughh, Arjuna!! Jangan cubit-cubit dong, sakit!" Jasmine menggeliat, matanya masih setengah terpejam. Dia mengucek matanya, lalu menatap Arjuna dengan ekspresi kesal yang menggemaskan. Arjuna hanya terkekeh melihat tingkah Jasmine.

"Ya sorry, habisnya lo dibangunin susah banget, jadinya ya gue cubit aja biar lu mau bangun. Udah buruan turun, udah sampai nih. Nanti lu lanjut tidur aja di dalam," balas Arjuna, menyuruh Jasmine untuk turun dari motornya. Dengan sedikit kesal Jasmine turun dari motor Arjuna.

"Nanti Lo kabarin gue lagi ya soal lowongan bengkel itu, gue lagi butuh banget. Duit gue lama-lama menipis," pinta Jasmine, wajahnya masih sedikit kesal.

Arjuna menoleh ke arah Jasmine, senyum tipis terukir di wajahnya. Ia mengangguk, lalu mengacungkan jempol. "Iya nanti gue kabarin lagi. Ya udah ya gue balik dulu, udah malem banget, pasti nyokap gue nyariin." 

Jasmine tersenyum balik. "Thanks ya, hati-hati di jalan." Arjuna melambaikan tangan dan berbalik ke arah motornya. Ia memutar kunci, menyalakan mesin, dan melaju meninggalkan rumah Jasmine.

Setelah Arjuna pergi, Jasmine berbalik dan berjalan menuju pintu. Dia mengambil kunci rumahnya yang ia masukkan ke dalam tas, setelah menemukannya Ia masukkan kunci itu ke lubang kunci, memutarnya, dan pintu pun terbuka. Dengan langkah ringan, ia masuk dan menutup pintu dari dalam.

***********

Keesokan harinya Jasmine bangun lebih siang dari biasanya. Hari ini dia tidak ada jadwal ngampus. Mau pagi atau sore tidak ada. Jadi dia tidak ada kegiatan apapun.

Dia ingin menelpon Arjuna dan mengajaknya berjalan-jalan, tapi pagi ini Arjuna pasti sedang sibuk bekerja. Lagipula, sama seperti dirinya, Arjuna juga tak punya kelas hari ini, jadi ia akan bekerja hingga malam.

Jasmine meregangkan tubuhnya, menguap lebar, lalu bangkit dari tempat tidur. Pandangannya menyapu seisi kamar, lalu tertuju pada foto sang papa yang tergantung di dinding. Sebentar, pikirannya masih berputar-putar, efek baru bangun tidur. Namun, tak lama kemudian, matanya berkaca-kaca, air mata mulai menetes.

"Papa, Jasmine kangen Papa. Kenapa papa ninggalin Jasmine secepat ini?" lirih Jasmine, air matanya masih membasahi pipinya. Lama ia terisak, hingga akhirnya ia mengusap air matanya, menarik ingusnya, dan meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas.

Ketika ponselnya menyala, dari layar ponsel ia melihat ada sebuah pesan yang terkirim dari nomor asing yang kemarin menghubunginya. Dengan penasaran Jasmine membuka ponselnya, mengklik pesan yang muncul di layar.

(Nanti kita ketemuan ya jam sebelas siang di taman raja zebra. Jangan lupa.)

Jasmine langsung menepuk keningnya setelah mengingat itu. Dia hampir saja lupa jika siang hari ini dia harus bertemu dengan orang asing yang kemarin menghubunginya. Dengan segera Jasmine membalas pesannya.

(Oke, nanti gue dateng. Tunggu aja.)

Jasmine meletakkan ponselnya di samping tubuhnya, matanya tertuju lurus ke depan. "Sebenarnya apa sih yang mau orang asing itu kasih tau ke gue? Apa ini ada hubungannya sama mama? Kenapa rasanya gue penasaran banget ya?" gumamnya. Rasa bingung dan penasaran memenuhi pikirannya.

"Eh, tapi tunggu! Kemarin kan di foto itu ada Mama sama Arjuna, terus kalau gitu, orang asing itu mau jelasin apa ya ke gue? Kenapa beberapa hari ini Arjuna nggak pernah cerita apapun soal Mama, selain memuji-muji Mama di depan gue? Haduh, pusing deh. Nggak peduli gue. Tapi..." Jasmine terdiam. Air matanya yang sudah kering kembali menetes. Dia kembali menangis, wajahnya tampak sedih.

"Tapi gue..." 

**********

Di kantor Arjuna terlihat bekerja seperti biasanya. Sampai suatu ketika Cahaya memanggil Arjuna ke ruangannya dengan alasan ingin dibuatkan secangkir kopi. Arjuna membuatkan minuman sesuai yang dipesankan, lalu mengantarnya ke ruangan Bu Cahaya.

Tak lama setelah itu tibalah dia di depan ruangan bosnya. Dengan tangan kirinya menenteng nampan berisi kopi, Arjuna mengetuk pintu.

Tok..X3

"Masuk," setelah terdengar suara sahutan dari dalam Arjuna membuka pintu dan melangkah masuk. Pintu kembali terkatup di belakangnya, dan Arjuna berjalan menuju meja Bu Cahaya yang tampak fokus menatap layar laptopnya.

Arjuna meletakkan nampan berisi secangkir kopi hangat di atas meja, lalu dengan ramah menyodorkan minuman itu kepada Bu Cahaya.

"Bu, saya izin keluar dulu," kata Arjuna, berbalik hendak keluar sambil membawa nampan.

Tapi tiba-tiba Cahaya mendongak dan memanggil, "Tunggu, Jun!" Arjuna menghentikan langkahnya dan berbalik, kembali menghampiri meja Bu Cahaya. Berdiri di depan mejanya.

"Kamu cuma mau nganter kopi aja nih? Nggak mau manja-manjaan dulu sama aku? Aku kangen tau sama kamu. Kiss dulu yuk, kering nih bibir aku," ujar Cahaya sambil berdiri dan mendekati Arjuna dengan sedikit manja. Arjuna meletakkan nampan berisi kopi di meja, dan Cahaya berdiri tepat di hadapannya.

Senyum manis mengembang di bibir Cahaya saat dia melingkarkan tangannya di leher Arjuna. Arjuna pun membalas dengan melingkarkan tangannya di pinggang Cahaya.

Dengan lembut, Cahaya mendekatkan wajahnya ke wajah Arjuna, dan dengan cepat mengecvp bibirnya. Dia lalu menarik diri, namun tangannya masih setia melingkar di leher Arjuna.

"Manis banget sih bibir kamu, kayak gula. Tapi manisan bibir kamu sih daripada gula, rasanya pengen ngemut terus," goda Arjuna, senyumnya mengembang. Cahaya, yang mendengar gombalan Arjuna, langsung tersipu malu. Pipinya memerah, seperti buah persik matang di bawah terik matahari.

"Ish, kamu bisa aja," balas Cahaya, wajahnya tertunduk malu.

Arjuna mengangkat tangannya dan mendekap pipi Cahaya. Cahaya mendongak, tatapannya bertemu dengan Arjuna. Perlahan, Arjuna mendekat, memiringkan kepalanya, dan men-ci-um bibir Cahaya.

Ciu-man mereka bermula dengan sentuhan lembut, seperti bulu kapas yang mengembang. Namun, seiring waktu, ciu-man itu semakin dalam, semakin hangat, hingga Arjuna, tanpa sadar, memegang salah satu gunung Fuji milik Cahaya, membuat Cahaya mendesah pelan.

Mata Cahaya yang semula terpejam perlahan terbuka, menatap Arjuna dengan intens. Keduanya terlarut dalam momen itu, hingga akhirnya mereka melepaskan ciu-man, saling menatap dengan tatapan yang dalam.

Arjuna masih memegang gunung Fuji milik Cahaya, seolah tak ingin melepaskan sentvhan itu.

"Benda kenyal ini milikku bukan?" tanya Arjuna, nada bicaranya sedikit mengg0da. Cahaya tersipu malu, pipinya memerah. Dia mengangguk malu-malu, tatapan mereka masih saling bertaut.

"Kalau begitu, aku boleh kan menyentuhnya?" tanya Arjuna, senyum tipis terukir di bibirnya. Ekspresi wajahnya sulit diartikan, membuat Cahaya tak kuasa menahan debar di dadanya. Arjuna terlihat sangat seksi hari ini, wajahnya memancarkan aura yang mengg0da.

Cahaya mendekat, wajahnya nyaris menyentuh telinga Arjuna. Dengan senyum jahil, dia berbisik, "Jangankan menyentuh, memainkannya pun aku nggak masalah. Kamu boleh melakukannya. Jiwa dan ragaku milikmu Sayang. Kamu jangan lupa ya, kita pacaran loh sekarang." 

Cahaya menjauhkan wajahnya, mengedipkan sebelah mata nakal. Arjuna tersenyum, lalu men-ci-um bibir Cahaya lembut. Kedua tangannya menelusuri pipi Cahaya, dan mereka berputar-putar di sana, larut dalam ciu-man yang semakin dalam.

Tok...X3

"Permisi, Bu," ketukan pelan terdengar dari luar pintu ruangan Cahaya. Dengan sedikit jengkel, Cahaya dan Arjuna melepaskan ciu-man mereka. Rambut Cahaya sedikit berantakan, dan baju seragam Arjuna sedikit melorot. Arjuna tersenyum, mengusap bibir Cahaya dengan jari jempolnya,

"Aku keluar dulu ya." bisik Arjuna, mendekatkan wajahnya ke telinga Cahaya. Napasnya hangat di kulit Cahaya, membuat wanita itu sedikit merinding. Arjuna menjauhkan wajahnya, tersenyum dan mengedipkan mata nakal. Cahaya balas tersenyum malu-malu, pipinya memerah, lalu mengangguk.

"Dilanjut nanti ya setelah jam kantor selesai. Aku masih belum puas," bisiknya menggoda. Arjuna hanya tersenyum, mengambil nampan yang dibawanya di atas meja, lalu berbalik dan keluar dari ruangan.

Saat membuka pintu, karyawan yang tadi mengetuk terkejut melihat Arjuna keluar dari ruangan Cahaya. Namun, karyawan itu tidak menghiraukannya dan langsung masuk ke ruangan Cahaya.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!