Axel Rio terjebak bertahun-tahun dalam kesalahan masa lalunya. Ia terlibat dalam penghilangan nyawa sekeluarga. Fatal! Mau-maunya dia diajak bertindak kriminal atas iming-iming uang.
Karena merasa bersalah akhirnya ia membesarkan anak perempuan si korban, yang ia akui sebagai 'adiknya', bernama Hani. Tapi bayangan akan wajah si ibu Hani terus menghantuinya. Sampai beranjak dewasa ia menghindari wanita yang kira-kira mirip dengan ibu Hani. Semakin Hani dewasa, semakin mirip dengan ibunya, semakin besar rasa bersalah Axel.
Axel merasa sakit hati saat Hani dilamar oleh pria mapan yang lebih bertanggung jawab daripada dirinya. Tapi ia harus move on.
Namun sial sekali... Axel bertemu dengan seorang wanita, bernama Himawari. Hima bahkan lebih mirip dengan ibu Hani, yang mana ternyata adalah kakak perempuannya. Hima sengaja datang menemui Axel untuk menuntut balas kematian kakaknya. Di lain pihak, Axel malah merasakan gejolak berbeda saat melihat Hima.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Escape From Crime Scene
Aku tersenyum, kuusahakan semanis mungkin. Sifatku yang ini memang sering salah diartikan oleh orang lain, Sikap ramahku yang mengundang salah paham. Tapi kalau yang benar-benar mengenalku, pasti tahu kalau aku lebih sering tersenyum untuk menyembunyikan kebencianku. Semakin lebar senyumku, semakin keluar jiwa psikopatku.
Tapi percayalah aku tersenyum bukan tanpa sebab. Aku memang ingin memancing kebusukan Tante Mira.
“Ya ampun anak suamiku...” desis Tante Mira sambil mendekatiku. Ia meletakkan tangannya di pipiku, “Kamu manis sekali ya.”
“Makasih, Tante.” Aku menepis tangannya. “Berkat DNA ibuku.” Ini sepenuhnya sindiran, untuk mengingatkannya, kalau dibandingkan ibuku, Tante Mira tidak terlalu cantik. Levelnya jauh.
“Kamu pasti kesepian ya setelah ibumu nggak ada. Mau aku peluk?” tanyanya.
“Nggak usah, nanti pacarku marah. Dia bisa mendeteksi parfum cewek lain.” Ujarku sambil mengambil mangkuk dari kabinet di atas.
“Aku kan juga ibu kamu, Axel. Masa kamu bandingin sama pacar sih? Nakal banget kamu...”
“Justru pacarku suka marah kalau aku mendekati cewek karaoke, dari parfumnya ketahuan murahan.” Aku sengaja terkekeh mengejeknya. “Penghinaan untuknya.”
Untung saja Tante Mira mengerti artinya, kalau dia sedang kurendahkan.
Lagian, aku nggak punya pacar.
Belum ada perempuan yang menarik di mataku.
Lebih menarik BMW F 700GS ku, motor sport bergaya trail yang dudukan belakangnya kumodif biar nggak ada cewek yang bisa numpang.
Aku sedang mencari wanita yang se-seksi 700GSku. Yang bisa kutunggangi kapanku aku mau, tapi nggak bawel dan berisik. Dengan kecepatannya yang tanpa suara bisa melalui medan-medan sulit dalam suka dan duka. Plusnya, nggak gampang sakit, minusnya, biaya perawatannya menguras kantong. Aku beli ini dapat diskon, dari 500juta jadi 465juta saja. Murah kan?
Kalau diibaratkan motor, Tante Mira ini bagaikan... NMax kali ya? Pan tatnya gede, dadanya gede, tapi nggak berguna di jalanan metropolitan. Susah nyalipnya nggak bisa ngebut.
“Axel, akui saja, kamu butuh aku. Nanti aku janji kalau kamu mau menerimaku, aku akan buat bapak kamu membuatkan Greencard juga untukmu. Karena rencananya dia akan meninggalkanmu di sini.”
Oke, aku sudah tahu rencana bapakku selanjutnya. Dia akan meninggalkanku di sini. Aku sih terima-terima saja, lagipula untuk apa tinggal di negara orang lain? Untuk dibuat bunuh diri seperti ibuku juga? Siap-siap saja bernasib sama.
“Makasih Tante, aku berencana akan kuliah di sini, mengharumkan nama bangsa.” Sahutku sambil meletakkan semangkuk sup buntut di meja. “Tante mau sup? Masih banyak nih sisanya.” Iseng saja kutawari dia, mumpung kamera masih merekam.
“Aku sih lapar, tapi bukan mau sup.” Dia menghampiri meja, dan dengan lancangnya duduk di atas pangkuanku. Hidungku sampai menyentuh puncak dadanya.
Dan dia menggoyang-goyangkan pinggulnya, sampai ‘adekku’ tegang sendiri.
“Uuuuh, kamu udah keras nih, sayang. Ya ampun ukurannyaaa...” dia kepanasan sendiri. Gelisah di atas pangkuanku. Padahal aku sebenarnya masih kalem-kalem saja. Lebih ke jijik sih sebenarnya.
Dan saat ia menunduk untuk menciumku.
Aku pun berdiri.
Dan dia terpental jatuh ke lantai.
“Sori Tante... sambelnya di ujung meja sana.” Aku pun meraih mangkok, menyambar botol sambal, dan masuk kamarku dengan langkah agak cepat sampai kuah supku tumpah-tumpah ke lantai.
Merinding ih.
**
Semakin hari dia semakin kurang ajar.
Seperti, saat makan bersama bapakku, kakinya terangkat dan membelai alat vitalku di bawah meja. Aku pura-pura kaget dan kubilang kalau ada semut menggigit kakiku saat bapak bertanya.
Juga, kalau aku sibuk dengan motorku, ia masuk garasi dalam keadaan sepenuhnya tanpa busana. Sampai aku siram oli dan dia lari ke kamar mandi dengan panik. Duh kenapa Oli ya, bukan air aki aja.
Dan malam itu sepulangnya aku dari latihan Muay Thai, agak telat pulang karena aku dalam persiapan mengikuti olimpiade, dan ternyata aku lupa mengunci pintu kamarku.
Pemandangan di depanku ini lumayan menggoda. Tante Mira sedang menggunakan alat getar di atas ranjangku, dalam keadaan tubuh terekspos sepenuhnya.
Dia menyeringai menggodaku sambil mende sah.
Aku langsung pura-pura muntah di toilet kamarku.
Akhirnya dia marah-marah.
Lalu sengaja kuomeli dia : “Tante, meong-nya dirawat dong! Kok bentuknya amburadul gitu? Kalah glowing sama anak Esema!”
Dia langsung kena mental.
Lari ke kamarnya sendiri sambil nangis.
Aku pun terkekeh geli sambil geleng-geleng kepala.
Gongnya adalah menjelang hari ulang tahunku, di bulan Oktober tahun itu.
Aku pulang dalam keadaan capek setelah berkeliling Jawa Barat dengan komunitas motorku. Temanku Irvin, mengajakku ke area puncak untuk ngopi dan nyewa cewek. Kuhabiskan beberapa ronde, lalu pulang di hari yang sama.
Jadi, aku pulang jam 2 pagi.
Rumah kosong. Dalam keadaan gelap.
Perabotan berantakan
Kupanggil-panggil ART-ku, tak ada jawaban.
Kosong, suaraku bergema.
Mataku menangkap sesuatu yang berwarna terang, dengan tulisan ibuku tertoreh di post it itu, ditempel ke pintu kulkas.
“Maaf, Axel. Maaf...” begitu tulisannya.
Kurasakan duniaku runtuh.
Post it ini adalah kertas yang sama, yang ada di pinggir jembatan Golden Gate, barang bukti milik kepolisian USA atas kasus bunuh diri ibuku. Post it ini diduga ditulis ibuku ditujukan untuk diriku, anak kandungnya satu-satunya. Entah dia meminta maaf untuk apa, tapi aku meragukan keaslian tulisan ini walau pun memang mirip.
Bagaimana caranya kertas ini bisa tertempel di pintu kulkasku? Bukankah seharusnya benda ini ada di Kantor Polisi?
Kalau kuperkirakan,
Dengan adanya Post it ini sudah pasti bukan rampok biasa. Pasti sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan ilegal bapakku.
Apakah aksi bapakku sudah ketahuan? Lalu ia segera kabur ke Amiriki tanpa diriku karena aku nggak pulang-pulang? Masa dia tak sempat menghubungiku? Aku ini anaknya loh, masa Tante Mira lebih penting daripada aku?
Tapi, Entah apa yang bapakku lakukan sudah pasti bukan hal baik kan?
Lalu kuperiksa perabotan, semua barang haram masih ada di dalam rumah walau pun kondisinya berantakan, tapi mereka tersembunyi dilapisi furniture biasa. Lihat saja batu bata pengganjal pintu bahkan masih tergeletak di depan pintu.
Aku akhirnya ke kamar ART-ku. Mau bertanya, bapakku titip pesan tidak padaku sebelum dia pergi?
Dan jantungku hampir copot saat aku melihat..
Mayat...
Banyak jasad tanpa nyawa.
Bersimbah darah bergelimpangan.
Di rumah tambahan yang ditinggali para ART kami.
Pikiranku langsung tertuju ke satu hal penting.
Para ARTku ini, tentu tahu dan kenal semua tamu yang datang ke rumah bapakku.
Seperti halnya aku.
Itu berarti...
Entahlah aku tak sanggup berpikir, tapi instingku mengatakan aku harus lari dari sana.
Aku pun membawa barang seadanya, pergi secepat kilat dengan motor besarku sambil berpikir harus kemana.
Berikutnya yang terjadi, seperti yang ku kisahkan di Alpha Love Story kepada Devon dan Kayla.
Kukutip kata-kataku di bab selanjutnya biar kalian pembaca tidak repot buka-buka bab lagi.
Yang sudah baca, skip aja, lanjut ke bab berikutnya.
tapi aku lupa dmn bacanya Madam.. kekehkehh 🤭
Paling ringan ya lumpuh ☹️😭😭🤧🤧
hah, kekuatan nya... bahkan Lily aja mengakui klo Devon itu kuat di r4nj4ng.. Layla aja nyerah sama kelakuan Devon yg selalu tau titik s3nsitifnya, cuma yg aman dari jerat Devon Kayla istri Zaki tapi tetep bisa grepe² si Devon nya.
kamu gk salah kah Devon pilih istri Hani... bisa ngimbangi gk dia , aduh kog kasian sama Hani 😬
Gimn kabar Hani thor?
Selamat hari rays idul fitri madaaammm 😍😍😍🙏🏼🙏🏼🙏🏼